Di supermarket Ivan kebingungan karena titipan dari mama Tari belum pernah dia beli.
Dia pun memutuskan untuk meminta bantuan pada karyawan di sana untuk memilihkannya.
Tak lupa Ivan juga membeli aneka sosis untuk dibawa ke calon ibu mertuanya itu.
Sekitar 15 menitan Ivan selesai belanja. Cukup sebentar karena cowo yang belanja. Lain dari cewe mungkin se jam pun belum tentu selesai.
Apalagi supermarket cukup sepi. Jadi nilai plus untuk Ivan karena sejak tadi dia khawatir karena Tari ditinggal sendirian.
Setelah bertemu lagi, terlihat Tari sudah memegang es krim di tangan kanannya.
Mata Tari terbelalak karena melihat Ivan membawa banyak tentengan belanjaan.
"Kenapa banyak kali? Mamamu juga titip sesuatu?" Tari bertanya tapi masih sibuk memakan es krimnya.
"Buat mama mu semua ini, oleh-oleh" jawab Ivan santai.
"Mama kan titip ga sebanyak itu"
"Yaa dari aku ini bukan cuma titipan mama mu"
"Nanti aku yang dimarahi sampe rumah kamu yang tanggung jawab ya"
"Gakira, tenang aja deh" sambil tersenyum merekah ke arah Tari yang sedang cemberut.
"Yaudah ayo pulang, sudah sakit nih kaki" Tari meringis.
"Ada sakit kaki tapi mulut bisa makan eskrim yaa" Ivan sambil menjewer pipi Tari gemas.
"Yaa dari pada ga ngapain aku dari tadi ya mending makan es krim lah"
"Hmmm mulai berani ngeles yaa, yaudah ayoo pulang nanti dicariin mama"
Mereka berdua lekas pergi ke parkiran untuk pulang kerumah Tari karena hari makin malam.
Beruntungnya sudah ga ketemu mama papa Ivan, kalao ketemu bakal di ejek abis-abisan karena sejak tadi mereka gandeng tangan.
Bukan gandeng tangan sih, tapi tangan Tari gelendotan pada lengan Ivan yang kedua tangannya memegang tas belanjaan.
Sampai mobil pun Ivan langsung melajukan mobilnya karena handphone Tari mulai berdering.
Terlihat tulisan mama disana.
"Belum pulang?"
"Ini sudah arah mau pulang"
"Mau titip lagi mama boleh?"
"Jangan lah ma, ini mobil sudah penuh belanjaan mama"
"Mau titip apa tante?" Ivan nimbrung.
"Nggak deh, kalian buru pulang aja"
"Yaudah aku tutup telponnya". Tari menghentikan pembicaraannya.
Selang beberapa menit, mereka sampai dirumah Tari. Dengan kedua orang tuanya yang menunggu di teras sambil mengobrol ditemani kopi, teh dan segala macam camilan yang berada di toples.
"Assalamualaikum" ucap Tari dan Ivan segera menyalami kedua orang tua Tari juga.
"Waalaikumsalam nak, kenapa banyak sekali bawaannya. Sepertinya mama ga titip sebanyak ini deh."
"Aku belikan ma. Lumayan beli satu gratis satu." Alasan para lelaki memang wahh.
"Hemm ada temennya mamamu tuh Tar. Beli gratisan" papa Tari ikut nimbrung.
"Ya udahh masuk dulu Van, minum kopi dulu yuk" ajak mama Tari.
"Gapapa tante, mau langsung pulang saja. Ditungguin mama papa dirumah soalnya"
"Ditungguin?? Ada apa Van??" Mama penasaran.
"Mama papa baru pulang dari liburan tante. Tadi sempat ketemu juga di mall."
"Ohh begitu, salam ya mama papamu"
Ivan pun pamit pada mama papa Tari dan sedikit melirik Tari yang sedang duduk memijat kakinya.
Setelah Ivan pamit, Tari bangun dari duduknya dan langsung pergi ke kamarnya.
Untuk membersihkan wajahnya dari make upnya.
Ketok ketok (bunyi ketokan pintu mengagetkan Tari yang berada di depan meja riasnya)
Tari langsung membuka pintunya yang disambut senyuman mamanya diluar kamarnya.
"Mau makan apa Tar?" Mama bertanya.
"Sudah makan kok ma, mau langsung tidur aja. Capek kaki nih."
"Gamau cerita dulu gitu Tar" mama mengkode Tari dengan mencubit pinggangnya.
"Besok ajadeh ma"
"Mama gangguin yaah kalo ga cerita sekarang"
"Yaudahh deh dikamar aja ya ma, kalo diluar nanti papa ganggu"
Mereka pun kedalam kamar Tari untuk bercerita.
"Jadi gimana? Sudah pacaran?"
"Iya ma, aku terima. Sempat ketemu sama keluarganya juga di mall tadi"
"Pasti langsung lampu hijau kan?"
"Ya mana aku tau kalo itu ma"
"Halahh seneng kan kamuuu"
Heran yaa zaman sekarang kalo ga pacaran ditanyain kenapa kok ga pacaran. Padahal kan terserah mereka ya mau pacaran atau nggak.
Kita kan gatau sebab mereka ga pacaran itu kenapa.
Masa lalu yang belum selesai, fokus belajar, atau masih ngincar modelan oppa oppa korea kita kan gatau yah hihi..
"Yaudah deh ma Tari mau istirahat duluu , mama kan sudah tau intinya juga kan"
"Hemm anak wedhok mama,, baik baik ya nak jadi pacar"
Mama pun keluar serta mematikan lampu kamar Tari yang akan segera tidur.
Tapi beda dengan ucapannya, dia mengambil handphonenya dengan penerangan lampu tidur disebelah kasurnya.
Disana sudah banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari Ivan pacar barunya itu.
"Sudah tidur ya?"
"Belum, baru selesai cerita ke mama"
"Ceritain aku yaaa?"
"Jangan kepedean deh jadi orang" pipi Tari memerah.
"Besok ku jemput yaa"
"Tumben bilang, biasanya langsung dateng"
"Ini karena aku udah jadi pacarmuuu"
Pembicaraan panjang terjadi disana hingga waktu menunjukkan pukul 22.10 Tari tiba-tiba memejamkan matanya.
Dan karena lama tidak ada balasan, Ivan pun juga terlelap di seberang sana.
Malam berganti pagi dengan suara ayam yang berisik berhasil membangunkan Tari.
Dia tak sadar kalo sudah tertidur semalam, sampai lupa mencharge handphone miliknya.
Dengan badan sempoyongan karena masih kurang tidur dia pun mencharge handphonenya serta pergi ke kamar mandi untuk melaksanakan kewajibannya karena hari ini dia bersih.
Setelahnya Tari pergi ke dapur karena sejak tadi sudah harum aroma masakan.
Mamanya sudah bangun sejak adzan dikumandangkan disusul Tari setelahnya.
Papa belum bangun berujung Tari disuruh mamanya untuk membangunkannya..
Papa tidak biasanya bangun kesiangan..
Sebab semalam dia lembur hingga pukul 2 dini hari.
"Papaaaa.. bangun paa.. belum sholat subuh loo"
Tari membangunkan papanya dengan lembut.
Disambut dengan suara khas bangun tidurnya.
"Iya nak papa bangun sebentar lagi"
Setelah dijawab papanya, Tari langsung ke arah dapur untuk membantu mamanya untuk sekedar mencuci piring atau semacamnya itu.
"Sudah bangun papamu?"
"Iyaa maa, bentar lagi juga kesini ngirup aroma masakan mama"
"Oh iya mama cerita ke papamu soal Ivan"
"Terusss"
"Ya ga terus, papamu juga ga komen banyak"
Tak lama papa Tari membuka pintu kamar dan segera bergabung di dapur untuk sarapan.
"Minum kopinya dulu pa, masih anget itu di meja"
"Hemmmm" papa masih mengantuk.
Sembari papa meminum kopi, Tari membantu mamanya untuk menata makanan ke meja makan karena hari sudah tidak petang lagi.
Sekitar 15 menitan mereka makan dan mengobrol di meja makan. Tampak seseorang mengintip di jendela pintu depan. Sembari mengetuk pintunya pelan.
Mereka bingung, siapa pagi sekali untuk bertamu kerumah.. bukannya bekerja atau semacamnya malah bertamu.
Tari yang tau gerak gerik orang itu tersenyum mendengar celotehan mamanya karena tidak mengetahui kalo orang itu ternyata…