Chereads / Wanita Libra Kehilangan Kegadisannya / Chapter 16 - Masih Hari Pertama

Chapter 16 - Masih Hari Pertama

Bel masuk berbunyi para siswa berlarian yang semula mengobrol di tengah lapangan sambil berjalan, yang mengobrol dengan satpam dan yang sedang sarapan di kantin menyegerakan langkahnya untuk pergi ke kelas masing-masing.

Beda dengan Ivan ketua OSIS sekaligus ketua kelas itu pergi ke ruang guru karena pengajar jam pertama sedang berhalangan hadir.

Ia hanya mengambil sebuah kertas untuk dibagikan pada teman sekelasnya, selebihnya ia lama karena mengobrol dan menyalami para guru di ruangan sekaligus dalam perjalanan kembali ke kelas.

Hari ini tidak ada rapat OSIS karena acara sudah selesai, diwajibkan untuk giat belajar kembali materi yang seharusnya dipelajari saat acara kemarin berlangsung.

Dikelas pun tak ada seorangpun yang berani keluar dari kelasnya karena mereka sadar telah dihadiahi oleh refreshing otak kemarin sekarang waktunya untuk belajar kembali agar tidak tertinggal oleh teman yang melaksanakan les diluar sekolah maupun teman seangkatan nya yang berbeda sekolah.

Tanpa sadar bel istirahat pertama dibunyikan, ada siswa yang langsung menuju ke kantin untuk mengisi perut kosongnya karena belum sarapan dan ada juga yang mengeluarkan bekalnya dari tasnya tapi buku tetap jadi patokan penglihatannya.

Hingga akhirnya salah satu guru melewati koridor kelas Ivan dan melihat kearah dalam kelas yang dominan siswana sedang makan dan buku masih di atas mejanya.

"ini waktunya belajar kah anak-anak?" guru tersebut memasuki kelas.

"istirahat kan masih pak, belum juga ada 15 menit" jawab salah satu siswa paling belakang.

"kalo waktunya istirahat ya istirahatin dulu otak kalian. jangan makan tapi pikiran masih belajar.

siswanya langsung menutup buku yang semula terbuka dan menawari makanan untuk Pak Veri di meja guru.

"dah dah dilanjut dulu makan kalian, bapak juga sudah pesan makanan diruang guru"

Pak Veri pun berdiri dan berjalan ke arah luar kelas dan menuju ruang guru yang terletak tidak jauh dari kelas tersebut.

Setelah pak Veri berlalu, Ivan yang sejak tadi asyik mengobrol dengan beberapa temannya pun berdiri dan mengatakan hal yang tak terduga.

"Mumpung aku baik, silahkan ke kantin dan beli apa saja yang kalian mau nanti bilang kalo aku yang akan bayar"

"jangan ngada-ngada deh Van, ini 30 an siswa mau bangkrut lu?"

"Kalo kalian tau diri kan gabakal habis 500 juga aku" Ucap Ivan sambil cengengesan.

"Beneran nih ya, kita jalan nih ke kantin. ucap salah saat siswa.

"Silahkan para gadis duluan ke kantinnya."

Mereka pun berlarian pergi ke arah kantin yang letaknya agak jauh dari kelasnya.

Beberapa dari mereka mengambil plastik untuk dikumpulkan jadi satu dan sisanya hanya makan mie ayam di tempat.

Mungkin sebab mereka ga pergi ke kantin karena letaknya jauh, kalo hari ini ada yang traktir lautan pun mereka sebrangi untuk mendapatkannya.

Beberapa menit kemudian pun segerombolan siswa kembali dari kantin ke kelas nya.

Ivan langsung pergi ke kantin untuk membayarnya karena bel masuk akan segera dibunyikan.

Tiba-tiba digrup  kelas terdengar bunyi pesan masuk.

"Lain kali waktunya istirahat jangan fokus buku ygy, aku ga bakal traktir kalian tiap hari soalnya" dengan tambahan emotikon tertawa dibelakangnya Ivan mengirimnya.

"Kalo ga ikhlas kami kembalikan sekarang juga nih ke kantin" balas salah satu siswa.

"Tergantung kalian mau jalan lagi aja sih" Ivan tau rahasia mereka.

"Lu mau masuk kelas ga Van, kalo ga gua kunci nih" balas lagi siswa yang agak nakal.

"Bentar lagi, masih mau ambil tugas lagi di ruang guru"

Grup chat kelas langsung sepi karena bel sudah berbunyi,

Ivan kembali dengan lembaran soal di tangan kirinya dan di tangan kanannya plastik besar untuk diberikan pada Tari nantinya.

Memang satu sekolah tapi kelas mereka sangat jauh. Tari pun tidak memaksa Ivan untuk menemuinya. di kantin pun mereka ga berpapasan karena mungkin Tari sedang memakan bekal dari mama Ivan atau beda waktu Tari dan Ivan ke kantinnya.

Tapi Ivan tidak lupa mengirim pesan untuk mengunjunginya nanti di istirahat kedua.

tanpa balasan dari Tari tipe orang yang menonaktifkan handphonenya ketika di sekolah.

Sesi pembelajaran pun dimulai kembali dari masing-masing kelas.Hingga akhirnya Doni izin ke toilet untuk menyegarkan pikiran yang lagi suntuk.

Doni mengajak salah satu temannya, Fiki namanya.

"Ga usah sok mau belajar lu Fik, ikut gua ayo" ajak Doni.

"Ke toilet atas?" Fiki bertanya karena perjalanan mereka mengarah ke halaman sekolah atas.

"Gue emang izin ke toilet, tapi ga sampe ke atas juga. Kalo buang air kecil sudah di ujung masih mau lu ke toilet atas ?"

"Mau kemana emang kita?"

"Jalan-jalan aja sih refreshing otak sekali-kali"

"Yaudah, sama-sama mumet"

Mereka pun pergi ke halaman atas karena disana rindang bagus untuk penglihatan mata agar tidak buram karena hanya melihat buku

Disana juga ada Tari dan Dinda sedang keluar dari kelasnya.

"Mau kemana Don?" Sapa Tari yang mulai akrab dengan teman pacarnya.

"Ga ada sih Tar, toilet di bawah full. Ini lagi cari toilet" Doni berbohong.

Fiki yang sadar Doni berbohong hanya senyum dengan gerak gerik yang mencurigakan.

"Mau liat yang segar-segar ya?" Dinda bertanya mengakrabkan diri.

"Ohhh aku mengerti. Silahkan dilanjut abang Doni" Tari berlarian sambil mengejek Doni yang heran karena Tari berlari.

"Sampai jumpa nanti Don, aku ngantar tuan putri dahulu" Dinda juga ikut berlari dibelakang Tari yang sudah masuk ke toilet.

Doni dan Fiki tidak menghiraukan dan melanjutkan perjalanannya hingga ke halaman paling atas karena disana cocok untuk melihat seluruh sekolah dengan pohon rindang nan sejuk.

Tapi baru akan duduk disalah satu kursi taman. Ada seseorang yang neneriaki mereka berdua.

"Kalian ngapain disini?" Pak Veri lagi mengajar disana dan melihat mereka berdua di luar kelasnya.

Mereka berdua pun lari terbirit-birit karena pak Veri terkenal dengan jeweran telinga yang sangat amat menyakitkan kalau kita melakukan kesalahan.

Mereka pun menghentikan larinya ketika berada di depan kantin yang sangat sepi. Mereka pun akhirnya membeli air putih dingin untuk menghentikan dahaganya.

Tak sadar, pak Veri melihat mereka berdua dari tempat semula tadi. Hingga mereka berdua masuk ke dalam kelas pun pak Veri melihatnya dengan seksama.

Di dalam kelas Ivan tidak menanyakannya.

Bukan karena apa, tapi takut mengganggu fokus teman-temannya.

Tapi Ivan langsung menyalakan 2 kipas sekaligus untuk menyegarkan Doni dan Fiki dari keringat yang berhasil membuat baju mereka basah.

Dan lagi takutnya teman-temannya terganggu dengan bau tidak sedap mereka.

Seiring berjalannya waktu pergantian pelajaran terlewati hingga akhirnya pak Veri muncul di depan kelas mereka.

Doni dan Fiki kaget sekaget-kagetnya takut beliau kesini karena kesalahan tadi.