Di perjalanan pulang Ivan menepikan kendaraannya karena dering telpon terus berbunyi. Ivan mengangkatnya karena tidak tega jika dia mengabaikan adiknya yang baru sembuh dari sakit.
"Mas masih dirumah Tari?" Fany dengan nada ngegas di seberang sana.
"Sudah pulang Fan, mau apa?? Mau dibelikan apa?"
"Loh, aku telpon mas bukan bertujuan untuk itu kok. Tapi kalo mas menawarkan nanti bisa dibicarakan".
"Aduh mas kejebak nih"
"Kalo kejebak tinggal berusaha aja sih biar lolos. Biar bisa menuju ke tempat terbahagia didunia"
"Ngawur nih anak, dah dah mau apa kamu?"
"Kotak pensil Tari ketinggalan di tas ku nih, tadi buru" pas ke perpus langsung ke kantin"
"Nah, teruss?"
"Terus? Yaa mas kan mau pulang, sekalian belikan aku camilan ajadeh mas".
"Buat malam ini aja yahh, besok - besok nggak lagi".
"Terserah mas aja sih kalo itu. Kalo mau pacar mas aman di sekolah yaa harusnya kan ada timbal baliknya ya ga sih ?"
"Awass, mas laporin mama ya"
"Dahh mass makasih camilannya dan hati hati ya bawa camilannya"
Fany langsung menutup telponnya dengan tidak menunggu lawan bicaranya meresponnya.
Ivan yang tersenyum melihat tingkah adik nya itu menggelengkan kepalanya pertanda ga heran lagi dengan sikap yang adiknya lakukan itu.
Dia langsung mengendarai motornya dengan perlahan karena didepan sudah ada minimarket untuk membelikan adiknya camilan serta tak lupa 3 buah coklat untuk Tari yang akan diberikannya esok hari.
Setelah keluar dari minimarket, rintik hujan mulai berjatuhan bersamaan dengan getaran spam handphonenya yang terletak di saku bajunya.
Tari spam chat disana disambut senyuman oleh Ivan yang memegang handphone dan plastik belanjaan.
"Sudah dirumah"
"Disini hujan, disana nggak?"
"Telpon ya nanti"
"Eh iya, kotak pensilku ketinggalan di tas Fany"
"Nanti bawa kamu ya, esok ketemu pagi bisa?"
"Kalo ga bisa gapapa sih, pulangnya juga gapapa"
"Tapi jawab dulu ini sudah dirumah apa belum?"
Ivan langsung menelpon Tari tanpa basa basi.
"Kenapa tuan putri, ga kurang spam tuh?"
"Kalo gamau di spam ya balas dong"
"Ini aku masih di minimarket, Fany titip camilan"
"Lah, minimarket mana?"
"Di dekat rumahmu nii"
"Hujan dong, ini disini hujan soalnya"
"Iya hujan. Ga papa biar ada gunanya nih jas hujan"
"Tunggu reda aja sih, biar ga terlalu basah"
"Iya gakira pulang, kan masih telponan"
"Allahuakbar manusia peka bangett"
"Iya dong, punya siapa dulu?"
"Punya om tante lah"
"Sih, awas kamu ya. Eh iya kotak pensilnya Fany juga cerita. Biar aku yang bawa besok sekalian jemput kamu."
"Besok kan ada rapat Osis nanti kesiangan kalo masih jemput aku"
"Tadi katanya paginya mau ketemu"
"Maksudnya setelah rapat Osis tuh gantengku"
"Ngga ngga besok ku jemput kamu"
"Yaudah deh kalo kamu maksa"
"Maksa tapi kamu senang kan?"
"Kepedean kamu tuh"
Pembicaraan pun berlanjut hingga hujan yang tadinya deras, sekarang hanya tinggal rintiknya.
"Mau dilanjutin sekarang atau nanti kalo aku sudah dirumah?"
"Kenapa? Sudah ga hujan?"
"Sudah, cuma tinggal rintiknya"
"Lanjut dirumah aja deh, ntar kamu dicari mama"
"Sudah bilang tadi kerumahmu, kalo pulang malam ya biar telpon kamu" dengan nada sedikit mengejek.
"Belum ada telpon nih dari tadi, belum dicari berarti. Kerumah lagi aja kamu" Tari makin membuat lawan bicaranya ingin melancarkan aksinya.
"Kalo kamu mau, aku otw nih kerumahmu"
"Ihh jangan dong, pulang aja. Nanti ga direstuin mama kamu yah"
"Sudah dapat kalo itu mah"
"Kamu panjang bangett sih, tadinya keknya mau pamit tapi panjang masih ngomong"
"Hehe yaudah aku pulang dulu ya, ntar aku telpon lagi ya cantik"
"Okeee byeee byeee jelekk"
Tari langsung mematikannya dan segera mengambil buku yang belum sempat ia baca.
Bayangkan hingga hampir dua puluhan chapter tidak ada dia membaca buku, padahal dari awal buku yang mempertemukan mereka berdua.
Tapi wajar sih, beli buku banyak tapi bacanya nanti-nanti karena godaan oppa-oppa korea lebih menggoda ya ga sih??
Lanjut…..
Hingga beberapa menit Tari membaca buku, adzan maghrib berkumandang tapi dering telepon dari ketua osis belum juga terdengar.
Dia pun melakukan kewajibannya terlebih dahulu karena sudah lama ia mandi wajib untuk mensucikan dirinya kembali setelah adanya permasalahan wanita tersebut.
Tapi tampaknya setelah sholat pun, Tari yang gelisah melihat handphonenya berkali-kalipun tak tahan menunggu telepon dari Ivan yang tadi berjanji untuk menelponnya sesampai dirumah.
Memang benar ya, ucapan lelaki tidak bisa dipegang padahal dia yang berjanji tapi dia juga yang enggan menepatinya. Entah alasan apapun itu menurutku memang sudah sifat lelaki seperti itu. Atau mungkin belum bertemu yang bersifat kebalikannya kali ya makanya berpikiran sifat lelaki sama aja semuanya. Ah sudahlah yang penting yang bersamaku sekarang akan kurawat dengan baik, entah apa itu ujungnya aku bersyukur pernah merawatnya dengan sangat baik.
Fany tertulis di handphone Tari. Berdering rupanya menandakan panggilan masuk.
Tapi entah kenapa deringan tersebut berlangsung lama hingga otak Tari mulai bersikeras berpikir kemana-mana.
Tari mencoba menelpon Ivan yang sejak tadi tidak muncul tulisan berdering menandakan handphonenya mati atau kehabisan data.
Tari terus mencoba menelpon kedua nomor tersebut. Hingga pada akhirnya Fany membalas dengan pesan.
"Apa Tar? Cari mas ya? Orangnya masih makan. Handphonenya lowbatt tadi sempat bocor juga bannya sepedanya makanya baru makan sekarang tuh orang soalnya baru sampai rumah"
"Oke deh Fan, nanti hubungin aku ya kalo sudah selesai"
"Siap kakak iparku"
Tari menunggu lagi dengan pergi ke dapur untuk makan malam bersama keluarganya.
"Besok dijemput lagi Tar?" Mama bertanya.
"Sepertinya iya ma, tapi gatau lagi deh soalnya ada rapat osis besok pagi"
"Ya kalo ada rapat kamu siap-siapnya harus pagi juga dong kasian Ivan. Biar ga lama nunggu kamunya"
"Slow aja sih ma. Mau tau aku kalo dia buru-buru gimana"
"Husss gak boleh gitu Tar, ingat jangan tengkaran baru seumur jagung ga boleh nge tes nge tes yang berujung tengkar nanti" papa ikut nimbrung.
"Iya ga bakal ma pa. Tari ga gitu kok"
"Yaudah makan dah dulu. Keburu lauknya dingin" ucap mama.
Sekitar 15 menitan mereka selesai makan malam. Papa mama beralih ke ruang keluarga . Melancarkan kegiatan rutinnya untuk menonton drama di televisi.
Berbeda dengan anak tunggalnya yang langsung ke biliknya dan memegang handphone. Tak sadar senyum lebar terpampang di wajah cantiknya.
Tertulis Emmasss Ketos ditambah emotikon love merah 3 biji.
"Khawatir ya cantik?"
"Maaf ya tadi lowbatt habit teleponan sama bidadari di minimarket tadi sore"
"Fany kan sudah bilang kan. Banku bocor tadi untung sudah ga hujan jadi bisa langsung cari bengkel"
"Mau ngabarin kamu tadi, baru sadar kalo lowbatt"
"Untungnya si tukang tambal bannya sat set jadi agak cepat benerin bannya terus langsung pulang akunya"
"Maafin ya cantik"
"Besok-besok bawa powerbank deh aku"
"Atau beli powerbank custom couple bareng kamu ya besok?"
Chat berhenti disana, Tari berniat membalasnya tapi langsung di telepon Ivan. Mungkin tertulis di handphone Ivan mengetik jadi langsung sat set.
Panggilan video langsung mereka lakukan.
Terlihat pipi chubby Tari ngeblush yang langsung diejek sang pacar dibalik sana.