Chereads / Wanita Libra Kehilangan Kegadisannya / Chapter 20 - Love Language

Chapter 20 - Love Language

"Ihh gausah ditutupin tomatonya dongg" Ivan mengejek Tari yang menutupi pipinya menggunakan selimut hingga tersisa hanya kedua mata berbinar pertanda senang.

"Aku kesana nih kalo masih ditutup" ancam Ivan yang tak mungkin ia lakukan karena hari sudah malam.

Mendengar Ivan berkata demikian, Tari perlahan menyikap selimutnya. Untung pipinya sudah tidak lagi memerah.

"Maaf ya, besok ke mall deh beneran langsung beli powerbank couple sama kamu"

Sambil berpikir, Tari menggelengkan kepalanya pertanda tak mau ikut dengan ajakan pacarnya itu.

"Ihh kok gitu" Ivan pura-pura cemberut agar Tari mau dengan ajakannya.

"Besok jadwal aku menstruasi, males kemana-mana"

"Kan ada aku, tak belikan apapun deh. Es krim? Ramen? Atau bakpau matcha?"

"Tunggu besok ajadeh gimana-gimananya ya"

"Semoga ga dulu deh besok ya, biar kamu mood buat pilih powerbanknya"

"Kalaupun nggak, gaboleh beli bakpau matcha?"

"Ya boleh dong cantik, asal kamu mood aja jalannya"

"Beli yang lain juga boleh?"

"Mau beli apaa?"

"Novelnya Ntsana baru keluarr tau yang terbaru"

"Ihh bahas novel, emang buku yang jadi rebutan kita dulu sudah kamu baca"

"Ini lagi bacaa sayangkuuu" sambil menunjukkan buku yang sedang terbuka ke depan kamera agar Ivan bisa melihatnya.

"Manggil apa? Coba ulangin ga denger aku barusan."

Tari ngeblush lagi pipinya mendengar Ivan bercanda yang menyudutkannya.

Mereka melanjutkan mengobrol dengan santai hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Boleh sleep call ga?" Tari bertanya dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Boleh. Tapi handphonenya sambil kamu cas biar besok bisa tetap kamu bawa ke sekolah" saran Ivan.

"Ihh pengalaman ya? Sampe nyaranin itu"

"Ya mana ada aku sleep call. Mau sleep call siapa."

"Mantan lah, atau sekarang masih suka sleep call an ya?"

"Apaan sih, kalo kamu disini udah ku cubit tuh pipi"

"Lah kok ngamokk?"

"Nggak sayangkuu, ini aku udah siap siap bobo. Harus bobo ya jangan tidur"

"Lah emang apa bedanya"

"Kalo bobo ya mata ketutup biar bermimpi indah tapi kalo tidur itu masih overthinking. Kek kamu tadi ngomongin mantan" Ivan sambil menghembuskan nafas.

"Tak iyain aja deh lagi males komen. Mau bobo dah nih ya"

"Selamat malam sayangku. Semoga besok masih bisa sholat subuh ya biar bisa bangunin aku" Ucap Ivan sambil memejamkan matanya sebelah sedangkan yang satunya melihat Tari yang sedang antusias memperhatikannya.

"Selamat juga sayang, semoga kamu besok subuh bisa bangun sendiri tanpa dibangunin ya"

Ivan tersenyum disana mendengarkan jawaban tak terduga dari kekasih randomnya itu.

Tanpa ada yang berbicara lagi, hanya terdengar suara kipas dari kamar Ivan dan sesekali suara nyamuk berkeliaran di sekitar badan mereka berdua.

6 jam kurang tertulis video call an mereka. Ternyata Tari bangun terlebih dahulu karena bunyi dari jam alarm di samping tempat tidurnya.

Tak hanya itu, Tari benar sedang datang bulan hari itu. Makanya ia tak langsung pergi untuk sholat subuh melainkan menatap Ivan yang masih tidur disana.

Anehnya posisi tidurnya tidak terlalu pindah dari tempat sebelumnya. Makanya handphonenya juga tidak terlalu berpindah tempat mungkin karena Ivan ga berpindah-pindah seperti layaknya jarum jam yang terus bergerak.

Sekitar 10 menitan Tari menatapnya hingga tak sadar yang ditatap juga menatap dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Pagi sayang" dengan suara khas bangun tidur tapi yang ini berbeda banget hingga Tari tak tahan mendengarnya.

Pagi-pagi sudah disuguhi yang beginian. Tari yang tak tahan lagi-lagi menutupi dirinya dengan selimut.

"Sudah sholat sayang" Ivan beranjak dengan duduk dan mencabut kabel chargernya.

"Lagi gabisa sholat" Tari menjawab samar-samar dibalik selimutnya.

"Oh yaudah aku sholat dulu ya"

"Matikan dah VCnya. Kamu kesini dulu kan nanti?"

"Gapapa tak matikan?"

"Gamau sebenernya tapi kali ini gapapa deh"

"Kamu aja yang matikan ya, aku sholat dulu"

Tari menunggu Ivan yang sedang berwudhu dan sholat di kamarnya. Handphone nya juga di pas kan dengan tempat sholat Ivan.

Hingga salam Tari mematikan VCnya karena gamau Ivan tau kalo sejak tadi dia belum mematikannya.

"Ihh baru dimatikan ya" Ivan mengirim pesan.

"Iya liat pangeranku lagi sholat adem banget"

"Okedeh nanti kalo kamu sudah datang bulannya pasti liat kamu juga ntar"

Seketika Tari mengalihkan pembicaraannya untuk bersiap ke sekolah sambil memenuhkan baterai handphonenya yang sejak tadi malam ia gunakan untuk sleep call an.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi lewat . Ketokan pintu membuat keluarga Tari yang sedang sarapan di dapur tak heran lagi siapa lagi kalau bukan Ivan.

Mama papa Tari menengok bersamaan ke arahnya menunjukkan agar segera dibukakan pintu untuk Ivan yang mungkin saja masih di depan pintu.

"Ajak makan dulu Tar" mama menawarkan.

"Sudah pasti dia mah, kalaupun belum bakal sarapan di kantin" Tari mengambil Tas yang berada di meja dekat ia sarapan.

"Tipe wanita kurang peduli nih sama pasangan" papa sambil menunjuk-nunjuk Tari yang sedang terburu-buru.

"Assalamualaikum ma pa" sambil bersalaman pada kedua orang tuanya dan langsung lari kedepan rumah.

Ivan sedang duduk memegang handphonenya di kursi depan rumah Tari. Kaget karena Tari langsung membuka pintu tak pelan.

"Mau langsung berangkat?" tanya Tari.

"Terserah kamu, mau kemana dulu?" Ivan masih repot dengan handphonenya.

"Masih pagi sudah repot sama ini" sambil nunjuk handphone Ivan yang masih di genggam.

"Nih aku lagi chatingan sama yang bisa custom powerbank" sambil menunjukkan obrolan nya.

"Online kah?"

"Nggak sih, di mall dekat sini. Makanya nanti pulang sekolah kita bareng kesana"

"Siapp bosss" sambil mengangkat tangannya untuk menghormat pada Ivan di depannya yang seketika tersenyum.

Mendengar Tari dan Ivan belum berangkat, papa dan mama Tari keluar. Ivan bersalaman karena sudah mau berangkat sekolah.

Seperti biasa, helm dipakaikan ke kepala Tari. Membuka pijakan kaki untuk Tari. dan mengambil tasnya untuk diletakkan ke depan tempat duduk si penyetir.

Dijalan, Tari sibuk melihat handphone Ivan yang sejak dirumahnya sudah diberikan padanya. Tidak tau maksud Ivan apa tapi hanya untuk berjaga-jaga agar Tari tidak merasa overthinking.

Tapi Tari beda, ia tidak mengecek aplikasi yang mencurigakan. Justru dia membuka kamera untuk mengabadikan momen" bersama Ivan.

Entah itu foto selfienya sendiri, video perjalanan atau Ivan yang ia foto dari belakang yang terlihat gagah mempesona.

Ivan yang mengetahui apa yang dilakukan Tari melalui spionnya memelankan sepeda motornya agar Tari lebih leluasa mengambil video atau hanya sekedar memotret biasa.

Yang biasanya hanya butuh 15 menit untuk sampai ke sekolah melalui jalan berbeda dari sebelumnya. Kali ini membutuhkan waktu setidaknya 20 menit lebih sedikit.

Hingga sampai di sekolah, siswa sudah mulai ramai. Guru-guru yang biasanya juga menyambut siswa di pintu gerbang sudah memasuki ruang guru.

Bukan karena mereka berdua kesiangan. Tapi kali ini cuaca agak sedikit mendung dari biasanya. Jadi mungkin membuat semua orang semangat menjalani hari agar lebih cepat menyelesaikan kegiatannya dan pulang dengan cuaca yang masih mendung serta tertidur pulas di bawahnya.