Suara air dikamar mandi pagi sekali mengelucur, tidak seperti biasanya jam segini sudah ada suara air bersiraman.
Tapi kedua orang tua sudah asyik mengobrol di dapur. Sang istri sedang menyiapkan untuk memasak dan sang suami sedang melihat laptop di meja makan dekat dapur.
"Gak biasanya tuh anakmu mandi jam segini biasanya setelah sholat tidur lagi baru mandi buat ke sekolah" si istri memulai pembicaraan setelah mendengar siraman air.
"Anakmu juga kali. Semangat yang luar biasa berarti itu ma" papa menjawab dengan kedua tangan diangkat hingga menunjukkan otot kedua tangannya.
"Semangat biar lekas ketemu cewenya kali ya pa"
"Yahh bukan lah, kan mau sholat subuh ma. Jadi sholat mandi dulu gitu biar semangat ketemu sang pencipta"
"Yahh kenapa ga dari dulu aja sih kalo emang mau gitu pa"
"Hidayah itu datang kapan saja mama, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali"
"Iyain aja dulu deh papa ngomong apaan.. nanti mama tanyain sendiri aja ke orangnya" mama masih penasaran dengan jawabannya.
Mama langsung melanjutkan kegiatannya untuk memasak karena manusia yang akan diberi makan sudah bertambah satu.
Sementara anak keduanya belum terdengar suara nya karena kamarnya juga jauh dari dapur.
Keheningan pun tercipta dirumah yang cukup besar itu karena Ivan sudah selesai dari mandinya, papa yang berhenti mengetik di laptop dan mama yang sudah selesai memotong bahan makanan yang akan dimasaknya.
Tapi tak lama suara pintu dibuka memecah keheningan pagi hari saat itu.
Ivan rupanya yang sudah tampan rapi dengan seragam sekolahnya.
"Wah anak papa masih pagi sudah rapi sekali" papa mengejek putranya dengan merangkul badan Ivan yang tinggi itu.
"Kalo sudah rapi aja bilangnya anak papa" mama cemburu.
"Iya soalnya hari senin pa, biasanya gini juga kok pas mama papa lagi diluar kota" Ivan pasang alasan yang cukup akurat.
"Okeoke gausah gerogi ayo duduk temenin papa disini sambil nunggu masakan mamamu"
"Bentar lagi sudah masak kok ini tinggal nunggu Fany mungkin masih sibuk dengan riasan wajahnya"
"Rias apa sih ma, masih sekolah masak masih macak sih"
"Maksudnya gapake menor gitu tapi biar keliatan segar aja tuh pake skincare" mama tampak membela Fany dengan menepuk wajahnya seperti memakai skincare.
Ga lama dari perbincangan itu, Fany pun datang dengan Tas yang dibawanya.
"Fany makan dikit aja ma, soalnya ada janji berangkat pagi sama teman" sambil berjalan dari kamarnya menuju dapur.
"Kalo makan dikit bawa bekal ya Fan, bagi teman-temanmu juga ntar"
"Aku makan banyak ya ma, biar ga bawa bekal kesekolah" Ivan menjawab dengan keras.
Papa yang mendengarkan tersenyum karena melihat putranya tidak mau membawa bekal.
Ga aneh sih cowo gamau bawa bekal, apalagi ini ketua osis pasti ga ada waktu untuk makan disekolah.
"Ayoo makan dulu deh mama sudah selesai nyiapinnya. Bekal Fany juga sudah tinggal dimasukkan ke tasmu Fan."
Fany mengangguk pertanda paham, dan mulai memakan masakan mamanya yang terhidang di meja makan.
Kali ini nasi goreng dengan udang goreng dan telur dadar kesukaan papa yang terhidang pagi ini.
Pagi hari menyenangkan sekali karena bisa sarapan bersama sekeluarga lengkap, karena akhir-akhir ini mereka berdua hanya terkadang sarapan dengan menu seadanya yaitu roti lapis tapi kali ini sudah ada mama nya yang memasaknya.
Saat mereka berkumpul pun masakan mama tidak tersisa karena mama hanya memasaknya untuk sekali makan saja.
Ivan yang pertama kali pamit untuk berangkat. Mereka bertiga kaget karena lagi-lagu tidak biasanya Ivan berangkat pagi walaupun ketua Osis.
"Aku berangkat dulu ya ma pa" Ivan sambil menggendong tasnya.
"Tungguin aku la mas, aku bareng siapa lagi kalo mas berangkat sekarang" Fany ga terima.
"Fany sama papa bentar lagi, papa tinggal salin aja nih" papa langsung melerai mereka.
"Salam ya Van, mau jemput Tari kan?" Mama menjawab sambil membereskan meja makan.
"Berangkat dulu" Ivan langsung kabur takut ditanya yang aneh-aneh lagi.
Kali ini Ivan membawa motor kesayangannya N max warna putih keluaran terbaru dan tak lupa membawa helm cadangan untuk Tari tentu saja.
Ivan langsung melajukan sepedanya itu untuk menuju kerumah pacar nya itu dengan semangat dan badan yang masih kedinginan karena terpaan angin yang cukup hebat.
Jaket yang dikenakannya tidak berpengaruh untuk cuaca hari ini.
Untungnya jarak rumah Ivan kerumah Tari tidak terlalu jauh. Hanya hitungan menit, Ivan pun sampai disambut dengan kejadian memalukan.
"Tari yang buka bentar" Tari langsung lari dari meja makan untuk pergi ke arah manusia mencurigakan pagi-pagi sekali bertamu.
Setelah dibuka, wajah Ivan terpampang disana mengejutkan kedua orang tua Tari yang ikut menatap keduanya.
"Lah nak Ivan ayo gabung sini sarapan" mama ikut menyapanya.
"Ayo ikut, sudah sarapan?" Tari menggandeng lengan Ivan untuk ke meja makan.
"Sudah sebenarnya, tapi ga enak mama mu dah nawarin" Ivan menjawab sambil tersenyum ke arah Tari.
"Halah, bilang aja masih laper"
"Duduk sini sebelah om nak" papa ikut menyapa Ivan yang tampak sedang gugup.
"Mau lauk yang mana Van?" Mama Tari menawarkan lauk setelah menuangkan nasi yang tampak sangat banyak.
"Nasinya dikit aja te, sudah sarapan juga dirumah tadi"
"Gapapa, ini untuk pasokan sampai nanti sore"
Tertawa mereka semua karena ocehan tersebut.
"Tante kira siapa tadi pagi pagi sudah bertamu" sambil makan mereka juga mengobrol.
"Ngobrolnya nanti aja ma, nanti Tari telat ke sekolahnya" Tari menyaut dengan mulut yang masih ada makanan.
Mereka pun segera menyelesaikan sarapannya hingga akhirnya Tari dan Ivan berangkat setelah meminum jus semangka buatan mama Tari.
"Berangkat dulu ya ma pa" Tari berpamitan dengan menyalami kedua orang tuanya.
Disusul Ivan dibelakangnya untuk pamit serta bersalaman.
Padahal belum terlalu siang, tapi mereka berdua terburu-buru untuk sampai ke sekolah.
Hari ini juga Tari memakai jaket karena cuaca tidak bersahabat.
Ivan melajukan motornya dengan pelan agar Tari tidak terlalu kedinginan dibelakangnya.
Dengan waktu yang cukup lama dari biasanya akhirnya mereka sampai di sekolah. Tanpa ada pembicaraan di jalan. Tari sibuk memeluk Ivan didepannya, serta Ivan sibuk mengelus tangan Tari yang berada di perutnya.
Di parkiran, Ivan mengeluarkan bekal yang dibuatkan mamanya untuk diberikan Tari.
"Buat ngeganjel perut nanti Tar"
"Lah baru hari pertama pacaran sudah diberi bekal, curiga besok bakal dikasih cincin nih" Tari malu mengatakannya tapi Ivan terlihat senang.
"Kalo kamu mau mah, ayo nanti pulang sekolah beli ya"
Tari tidak menjawab dan hanya berlarian karena malu. Apalagi wajahnya sudah terlihat kemerahan.
Tidak lama dari kejadian itu, bel masuk berbunyi.
Menandakan siswa siap untuk menerima pelajaran pertama.