"Gimana Tar, Ivan kerumah lu?" tanya Dinda dibalik handphone.
"Lah lu kok tau" Tari menjawab dengan alis yang hampir menyatu karena terheran sebab Dinda mengetahui hal yang belum dia ceritakan padanya.
"Dia tadi chat gue, nanya lu suka buah apa ya gue kasih tau" Dinda langsung meresponnya dengan jujur dan gembira karena sebentar lagi sepertinya Tari akan menjadi pacar Ivan. karena tidak mungkin hanya karena sakit, Ivan rela menggotong, membelikan makanan, mengantar nya dan menjenguk Tari hingga menanyakan buah yang Tari suka pada sahabatnya. Kalo bukan mengarah pada hal tersebut, apakah mungkin Ivan memperlakukan hal yang sama pada siswa yang lain? sepertinya tidak deh.
"Emmm makanya buah kesukaan gue semua tuh yang dibawa" Tari menjawab dengan senyum merekah di seberang sana. dia kagum bukan karena ivan sudah membawa buah kesukaannya melainkan kagum pada Dinda yang masih ingat dengan makanan favoritnya. yah, Tari memang aneh.
"Udah pulang orangnya" Dinda penasaran.
"Baru aja pulang Din, lu kalo mau kesini otw aja bantuin gue habisin buahnya"
"Wahh dengan senang hati Tar" Dinda pun menyegerakan untuk pergi kerumah Tari, karena jarak rumah mereka pun tidak jauh dan Dinda bosan sendirian tanpa kegiatan di rumahnya.
Sesampainya dirumah Tari, Dinda langsung ke kamar Tari setelah menyapa mama Tari yang masih dengan aktivitasnya di taman depan.
Segala cerita menjadi pembicaraan mereka berdua di dalam kamar, sesekali juga sambil menonton drama korea yang masih Tari tonton sejak tadi.
Segala macam makanan di meja pun hampir habis tak tersisa.
Memang kalo cewe sudah kumpul, sekecil apapun cerita mereka perbincangkan, segala apapun yang ga penting pula mereka ketawakan, dan sebanyak apapun makanan kalo lagi kumpul wahh habiss habiss ga bakal tersisa.
Apalagi Tari bisa di bilang introvert tapi sejak ketemu Dinda partner manusia konyolnya dia jadi ekstrovert sekarang, tapi anehnya hanya pada Dinda dia jadi banyak omong, jadi banyak hal konyol yang dia lakukan.
Ga aneh sih bener kata pepatah "manusia yang lagi menutup diri suatu saat akan lebih senang mengungkapkan perasaannya pada manusia yang tepat"
Drama korea habis berbarengan dengan adzan maghrib menandakan makan malam akan segera dimulai. Tari langsung mengajak Dinda ke dapur untuk memasak yang dari tadi sudah ditunggu mama Tari disana. Mama Tari hanya menyiapkan bahan masakan yang akan dimasak oleh anaknya sisanya Tari dan Dinda yang akan memasak dan menghancurkan dapur disana.
Sesi potong bawang, cabe dan sosis sudah selesai mereka langsung membuat nasi goreng spesial untuk beberapa porsi.
Harumnya masya allah banget, walaupun dapur berantakan tapi terbayar oleh masakan mereka yang enak banget.
"Siapa yang masak ini ma?" Papa Tari bertanya dengan nada heran karena kalo anak kandungnya yang masak gak akan seenak itu.
"Anak-anakmu tu mas" mama Tari menjawab sambil nenolehkan kepala pada Tari dan Dinda yang sibuk makan.
"Wahh, papa ga percaya kalo Tari yang masak pasti Dinda yang bumbuin ya? Dan Tari yang bagian plating ya?"
"Kita masak bareng kok om" Dinda gugup ditambah kaki yang sedari tadi menyenggol kaki Tari yang mengetahui maksud Dinda disana.
"Kok papa tau? Tari kan punya selera beda kalo bikin nasi goreng sama kalian, jadi Dinda yang kusuruh bumbuin" Tari membantu Dinda menjawab pertanyaan papanya.
"Iya kalo kamu yang bumbuin nanti yang ada terlalu asin Tar, kalo pengen cepet nikah bilang jangan lampiaskan ke makanan" mama Tari mengejeknya karena keliatannya sudah ada rencana ke arah sana melihat ada cowo main kerumah.
Iya kata orang kalo masak lalu keasinan bisa jadi yang masak itu ingin cepat nikah. Ga tau kepercayaan dari siapa tapi menurut Tari itu salah.
Dia hanya suka asin tapi ga ingin cepat menikah.
Asin kesukaan Tari bukan yang asin banget kok.
Setelah puas mengejek Tari, mereka menyelesaikan makannya dan mencuci piring bagian Dinda. Tari masih repot memotong buah sisa pemberian Ivan tadi.
"Kenapa buah banyak sekali ma? Mama tadi pergi belanja?" Tanya papa Tari pada mama Tari yang kaget dengan pertanyaan suaminya karena sejak tadi dia belum cerita kalo ada yang menjenguk Tari dengan membawa banyak buah kesukaan Tari.
"Tadi ada yang jenguk Tari pa bawa buah banyak sekali" sahut mama Tari dehgan berusaha santai karena takut jawabannya akan diperpanjang oleh suaminya yang kepo itu.
"Siapa? Dinda?" papa Tari langsung menyahut karena benar-benar kepo atau hanya sekedar ingin tau.
"Bukan, katanya sih kakak kelasnya pa" mama Tari menyahut santai.
"Ohh yang kemarin kita bicarakan itu? papa Tari sambil mengeraskan suaranya karena ingin Tari mendengar obrolan dengan mamanya.
"Bicarain apa sih seru banget" sambung Tari dari dapur sambil membawa buah potong yang banyak sekali.
"Bicarain kakak kelas yang lagaknya akan jadi pacar nih bentar lagi" ejek papa Tari sambil menoel bahu Tari yang sudah duduk di sebelahnya.
"Huss jangan ngawurr pa" Tari menyangkalnya dengan menyuapi papanya buah apel dilanjut dengan menyuapi mamanya buah pir yang sangat manis.
"Gapapa nak, selama pacaran membuat semangat dan ga melenceng sih gapapa buat papa mama" papa Tari bicara serius sambil membawa badan Tari untuk menghadap padanya.
"Apalagi mama sudah tau orangnya biar kalo ada apa-apa juga bisa mama samperin" sambung mama dengan wajah cengengesan bermaksud mengejek Tari yang menunduk malu terlihat dari pipi merona dua-duanya.
"Iya te, sepertinya Ivan sih suka sama Tari tapi Tarinya aja yang ga peka" Dinda kompor dengan melirik Tari yang sedari tadi masih menunduk malu.
"Buahnya dimakan yaa hadirin sekalian, stop bicara yang enggak enggak" Tari kabur setelah mengambil buah dan mengajak Dinda untuk ikut ke kamarnya.
Didalam kamar,mereka tidak menonton drama korea lagi karena waktunya juga ga akan cukup apalagi besok mereka akan masuk sekolah lagi karena besok adalah hari terakhir class meeting dan akan dilanjutkan dengan acara pemberian hadiah.
jam 8 malam Dinda pulang dengan buah ditangan kirinya. Dinda pamit dan segera pulang karena sudah di telpon berkali kali oleh mamanya.
Dinda pulang, Tari mencari-cari handphone nya yang sejak Dinda datang dia tidak memegangnya.
Dia kaget terdapat beberapa panggilan tak terjawab dan banyak sekali pesan.
Nama Ivan terpampang di pesan paling atas karena sudah Tari sematkan nomornya.
"Besok sudah bisa masuk kan Tar?" Ivan menanyakannya diseberang sana yang mungkin khawatir karena tidak ada balasan setelahnya.
Tari langsung membalasnya dengan ragu karena dia juga malas tapi berpikir lagi kalo besok tidak masuk lagi takutnya Ivan kesini lagi.
"Iya besok masuk"
Tanpa menunggu balasan dari Ivan, dia langsung mengecas handphonenya lalu pergi tidur.