Setelah Ivan memarkirkan sepeda motornya, ia langsung membawa camilan serta helm yang ia pinjam. Tuk Tuk Tuk bunyi ketukan pintu membuat orang didalamnya senang karena melihat tentengan yang dibawa ketua OSIS akan membuat perut mereka sedikit lebih kenyang.
Seketika cemilan tadi diserbu tanpa dipersilahkan oleh Ivan. Ia hanya tersenyum karena sudah mengerti sikap anggotanya.
Ivan mengambil handphonenya untuk mengabari calon tuan putri yaitu Tari yang dia antar tadi.
"Assalamualaikum cantik" mulai si ketua OSIS genit.
Dibiarkan tak terbalas karena mungkin Tari masih sibuk dengan segala kesibukan seorang wanita pikirnya.
Sambil menunggu balasan dari Tari,Ivan melakukan beberapa pengarahan untuk anggotanya dan meminta maaf karena sudah datang telat karena ada kepentingan mendesak.
Beberapa anggotanya senyum tipis karena mereka tau kepentingan mendesak itu adalah menemani dan mengantar calon dari ketua OSIS itu. Sebagian lagi mereka belum mengerti karena masih junior tidak mau mencampuri urusan diluar kegiatan OSIS.
Handphone Ivan bergetar di saku celananya menandakan ada pesan masuk. Ivan langsung mengakhiri sekaligus membubarkan rapat yang panjang hari ini.
"Waalaikum salam" jawab dari seberang sana.
"Kok ga tanya siapa?" Balas Ivan.
"Hanya menjawab salam, gaperlu tau ini dari siapa" Tari dengan nada ketus.
"Aku Ivan, yang hari ini gendong kamu, anterin kamu pulang, ajak kamu makan, satu cuma yang belum aku lakuin."
"Hemm apaan?"
"Milikin kamu"
Seketika Tari tidak menjawab pesan dari Ivan, Dia tidak tau pipi merah merona sedang terpancar di wajah Tari disana.
Tanpa balasan dari Tari, Ivan pun mengajak Doni pulang karena hari sudah sore.
"Lu anterin sampe rumah kan Van?" Tanya Doni.
"Ya Iyalah emang gue anterin kemana?"
"Lama kali lu, gue sampe cape ngomong didepan anggota lainnya tadi karna gaada lu"
"Maafin gue Don, kan baru kali ini gue telat."
"Iya telat tapi dapet cemilan sih gapapa deh ya"
Ivan langsung mengendarai motornya dengan Doni tapi masih gelisah dengan selalu mengecek handphonenya, takutnya diperjalanan Tari membalas pesannya. Tapi ternyata hingga sampai rumah pun belum juga dibalas.
Ivan tinggal sholat dan mandi pun belum juga dibalas oleh Tari,kira-kira kenapa ya.
"Selamat malam Tar"
Lama ga ada balasan, Ivan pun berinisiatif untuk menelpon.
Berdering lama tanpa ada jawaban dari Tari, Ivan pun memutuskan untuk membaca buku terlebih dahulu. 30 menit berlalu belum juga ada balasan. Ivan memutuskan untuk chat Tari lagi.
"Sudah baikan Tar?"
"Malam, alhamdulillah sudah enakan"
"Lama kali balasnya, salting ya?"
"Hah? Salting kenapa?"
"Ohh nggak ya, besok kalo gaenak jangan di paksain masuk dulu Tar"
"Hehe iya, anuu mau istirahat dulu"
"Lahh baru juga fast respon, yaudah selamat malam Tar mimpi indah yaa"
Diseberang sana Tari belum tidur, dia banyak mikir tentang Ivan. Ngapain dia bersikap demikian dan banyak pikiran-pikiran aneh lainnya. Hingga tanpa sadar Tari terlelap tidur dengan tangan masih memegang handphone yang masih menyala.
Keesokan harinya Tari tidak masuk sekolah karena badan masih lemas dan tidak ada lomba yang dia ikuti hari ini.
Tari langsung menulis pesan ke Dinda untuk mengabarkan sesuatu ke Dinda.
"Din gue ga masuk hari ini, masih nyeri lemes badan gue nih kalo masuk ntar ngerepotin lu lagi"
"Lah barengan kita, baru gue juga mau ngabarin lu kalo gabisa masuk hari ini"
"Lah kenapa lu Din?"
"Lu gainget? Kalo lo datang bulan terus gue juga ikutan Tariii , tanggal datang bulan kita hampir sama tiap bulan."
"Lahh, lu kan ga selemah gue Din,"
"Males juga gue, nanti disuruh gantiin orang yang ga ada lagi buat ikut lomba, lu mah enak ada Ivan, lah gue kalo pingsan siape yang nolong"
"Lah Ivan siape gue emang?"
"Ahh luu ga peka sih males"
Sebenarnya Tari tau maksud Dinda, tapi dia gamau cerita takutnya jadi cerita yang nggak-nggak.
"Sarapan dulu Tar" kata mama Tari di balik pintu.
"Iya ma, sebentar lagi"
Tari pun turun tanpa membalas pesan Dinda.
Ditengah sarapan pun, mereka berbincang dengan masih ketawa-ketiwi.
"Kemarin siapa yang nganterin Tar?"
"Kakak kelas ma"
"Kakak kelas? ada hubungan apa sampe dianterin segala apalagi mama liat kamu juga bawa camilan banyak banget."
"Iya ma, kemarin Dinda buru-buru pulang jadinya Tari sama dia"
"Bener cuma kakak kelas?" Sambung papa Tari.
"Lah emang siapa?" Tari jawab dengan ngegas.
Selesai sarapan Tari pun masuk kamar dengan hati gembira dia membuka laptop bermaksud akan menonton drama korea favoritnya.
Berjam-jam Tari tidak keluar kamar karena fokus dengan tontonannya, dia juga tidak menyadari kalo handphonenya mulai tadi bergetar karena seseorang menelfonnya.
Iya selain Dinda, teman kelas dan papanya dia juga dapat telpon dari Ivan. Penghuni baru handphone Tari.
Beberapa pesan ga ada balasan Ivan menelpon yang juga ga diangkat olehnya.
Hingga pada akhirnya jam pulang sekolah Ivan buru-buru membeli buah dan pergi kerumah Tari.
Ivan serasa dikejar anjing mengendarai motornya, untungnya Doni tidak ikut dia ada acara dadakan katanya.
15 menit sampai dirumah Tari, dia langsung dibukakan pintu oleh mama Tari.
"Assalamualaikum tante, Tarinya ada?"
Sungguh ini pertanyaan paling basa-basi didunia.
"Ohh ada nak, silahkan masuk tante panggil dulu Tarinya"
Seketika Tari kaget dengan banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab, dia juga membanting handphonenya ketika mamanya membuka pintu dan bilang ada cowo yang kemarin nganter Tari pulang.
"Iya ma, Tari ganti baju dulu setelah itu keluar"
Tapi didalam hati dia gugup,ngapain sampe di jengukin segala.
"Maaf cuma bisa bawa ini Tar," sambil menyuguhkan rantang buah.
"Kenapa repot sekali, aku gapapa kok"
"Gapapa kenapa sampe gamasuk sekolah tapi"
"Anuu itu anu" Tari gelagapan.
"Dapat salam dari Doni juga tadi, gabisa ikut dia karena ada acara dadakan"
"Iya gapapa"
"Pesanku kok ga kamu balas Tar?, istirahat ya"
"Anu tadi nonton drama korea sih" sambil cengengesan Tari menjawab.
"Lah, kukira ada apa-apa tadi Tar, sampe pesan gadibalas pun telpon gadiangkat"
"Maaf kalo udah fokus emang suka lupa"
"Berarti sudah enakan ya?"
"Belum sih, tapi ga seperti kemarin aja"
"Nanti buahnya dimakan ya, aku gatau kamu suka apa tapi sudah tak belikan yang menurutku kamu suka"
Mata Tari berbinar ketika melihat buahnya, memang buah kesukaan Tari semua itu ada apel, mangga, pir, melon, jeruk, kiwi dan nanas disana.
"Yaudah aku gabisa lama-lama disini Tar, liat km aja sudah alhamdulillah nanti kalo aku chat balas ya"
"Iya nanti dibalas"
Ivan pun pamit ke mama Tari juga yang kebetulan sedang menata bunga di halaman depan.
"Katanya cuma kakak kelas, tapi sampe disamperin cuma gara-gara ditelpon gadiangkat sih" ejek mama Tari.
"Lah emang cuma kakak kelass kok ma"
"Iyadehh percaya" mama Tari pun melanjutkan aktivitasnya.
Tari juga masuk dan membawa buah pemberian Ivan dan diletakannya dikulkas. Dia hanya membawa sebuah apel saja ke dalam kamarnya.