Chereads / Wanita Libra Kehilangan Kegadisannya / Chapter 3 - Bukan Lagi Sebuah Kebetulan

Chapter 3 - Bukan Lagi Sebuah Kebetulan

Hari pertama class meeting dimulai dengan datangnya anggota OSIS pagi-pagi buta untuk mempersiapkan acara tersebut.

Bukan hal yang sulit juga karena sudah diadakan tiap tahun, tapi semoga kali ini menjadi class meeting yang bertambah nilai kebahagiaan siswa. Begitu kira-kira harapan para anggota OSIS.

Dimulai dengan rapat terlebih dahulu untuk mengawalinya. Selanjutnya mengingatkan tugas masing-masing anggota. "Komunikasi dijalankan jangan sampai ada miss. Enjoy saja manjalani tugas yang penting tepat sasaran. Semoga acara hari ini lancar." Ivan berkata dengan lantang didepan anggota OSIS lainnya.

Jam 7 tepat bel berbunyi hari pertama class meeting dimulai dengan Apel untuk mengarahkan para siswa acara apa saja yang akan dilaksanakan hari ini. 

Sekitar 10 menit apel selesai, ketua OSIS segera mengambil alih mic ditengah lapangan untuk memberi tahu sekali lagi bahwa lomba pertama yaitu futsal, basket, dan juga voli.

"Bagi siswa yang ikut serta lomba tersebut segera untuk mempersiapkan diri."

Siswa yang ikut dalam lomba yang diberitahukan tadi telah berkumpul dengan anggota OSIS serta guru yang menjadi penentu menang atau tidaknya lomba tersebut.

Beda dengan Tari yang sejak dari rumah sudah agak lesu, hari pertama kedatangan tamu.

Tapi dia memaksa untuk pergi kesekolah karena dia tidak ikut lomba untuk hari ini.

Tari tetap berada didekat lapangan tepat didepan kantin untuk meminum teh hangat agar meminimalisir kram perutnya, tentunya ditemani sohibnya yaitu Dinda.

Lomba futsal kelas Tari belum pada giliran, lomba basket sudah sejak tadi dimulai, dan untuk voli belum juga pada giliran.

Siswa yang akan mengikuti lomba berada tepat didekat guru pemimpin masing-masing perlombaan.

Hingga pada akhirnya lomba voli kelas Tari pada giliran berlomba. Masalanya anggota voli wanita kurang 2 orang lagi, bukan kurang lebih tepatnya 2 orang tersebut disusul keluarga untuk pulang lebih dulu dikarenakan salah satu dari anggota mereka meninggal. 

Tanpa basa basi Tania ketua grup voli wanita mencari-cari Tari dan Dinda untuk mengisi kekosongan anggota voli tadi. 

"Tolong siapa saja yang ketemu Tari dan Dinda untuk segera pergi kelapangan voli" Tania memberi pengumuman di grup whatsapp.

"Tadi Tari dan Dinda sedang di kantin" jawab Jefri.

Dengan terburu-buru Tania langsung pergi ke kantin untuk menemui Tari dan Dinda.

Disana Tari masih sedang meminum teh hangat yg ternyata sudah 2 gelas kosong berada didepannya. Sedangkan Dinda sedang nonton konser di handphone miliknya. Bisa-bisanya pemberitahuan whatsapp yg sedang mencarinya dihiraukan. 

"Tar, Din bisa gak kalian jadi pengganti Rana Rani buat lomba Voli?" Tania menjelaskan.

"Hah??" Tari kaget. Bukan karena dia tidak bisa main voli tapi karena ini bukan hari yg tepat untuknya bermain voli.

"Kalo aku iya iya aja sih Tan, tapi Tari sedang kedatangan Tamu bulanan tuh kasiaan" jawab Dinda.

"Kalo Tari gabisa ikut kelas kita bakalan kena denda karena tidak mengikuti lomba Din. Anak-anak yg lain juga gabakalan mau. Yg tau main voli kan cuma kalian selain kita"

"Sebentar aku habisin teh hangat ini dulu, lalu mau ganti itu dulu sebentar ya Tan, Dinda ikutt yuk." Tari menjawab dengan lugas.

"Oke aku tunggu dilapangan ya Tar, nanti aku traktir kalian deh. Terimakasih sebelumnya ya"

Tari dan Dinda buru-buru ke kelas setelah Tari menghabiskan teh hangatnya untuk mengambil suatu yang tabu bagi laki-laki.

Lalu mereka pun langsung ke kamar mandi.

Tari masuk kamar mandi dan mengganti sesuatu itu sedangkan Dinda sedang bersiap siap dengan bajunya yang sejak tadi tidak rapi.

10 menit kemudian mereka berlari dari kamar mandi ke lapangan voli yang ternyata giliran mereka hanya menunggu grup voli yang lainnya kalah baru giliran grup Tari tersebut untuk main.

Sekitar 10 menitan mereka menunggu akhirnya giliran grup Tari untuk bermain.

2 grup sedang bersiap-siap dan peluit dibunyikan tanda permainan dimulai.

Grup Tari kalah sejak sekitar 35 menit bermain.

"Gapapa, terimakasih semuanya" ucap Tania.

"Tar, Din terimakasih sudah menyelamatkan kelas kita dari denda. Muka lo kenapa pucat banget Tar?" Tania bertanya.

Tari tak menjawab, dia hanya sedang mengatur napas sambil duduk selonjor di dekat lapangan voli.

Tania dengan sigap mengambil air didalam tas nya untuk Tari dan semua temannya.

"Minum dulu Tar, sambil menyuguhkan air kedepan Tari."

5 menit berlalu mereka memutuskan untuk ke kantin, Tania traktir sebab sudah bermain voli dengan baik. Selangkah dua langkah mereka berjalan, mereka terkejut dengan suara badan kelimpangan.

Setelah melihat ke belakang,Tari sudah tergeletak di tanah, dia pingsan.

Dinda bingung sambil memangku kepala Tari, dia berteriak untuk menolong sahabatnya itu.

"Tolong tolong Tari pingsan" begitu kira-kira kata Dinda.

Seketika Tari dikerumuni semua siswa. Tapi si ketua OSIS yang mulai tadi melihat Tari berlomba pun ikut didalamnya, dia langsung memopong Tari untuk dibawa ke UKS.

Tari langsung ditangani petugas kesehatan di sana. 

"Dia kekurangan cairan karena hari pertama kedatangan tamu sebaiknya jangan terlalu banyak aktivitas." Kata si petugas kesehatan.

Dinda baru ingat, Ivan sudah tidak ada lagi di sekitar UKS. Yah dia langsung keluar untuk melaksanakan tugasnya sebagai ketua OSIS.

Tapi tanpa sadar, Ivan membawa banyak makanan, teh hangat, dan pembalut.

Saat menggopong badan Tari tanpa sengaja ada sedikit noda di lengannya. 

"Ini tolong berikan Tari setelah dia sadar nanti" Ivan terburu-buru karena sejak tadi handphonenya berbunyi.

"Iya kak, terimakasih" Dinda kebingungan karena diplastik itu juga ada pembalut.

Tari sadar sekitar 10 menit lebih. 

"Tar lo harus tau, yg gopong lo kesini itu Ivan" Dinda antusias sambil membawa teh ke depan mulut Tari.

Tari masih linglung sambil melihat plastik besar disebelahnya.

"Apaan sih lo Din sampe se plastik besar itu, dan ada pembalut segala" Tari masih lemas sambil berbincang dengan Dinda.

"Lo gatau apa apa , ini yang beli bukan gue tapi Ivan"

"Hah ? Beli pembalut segala?

Tari langsung mengecek celana olahraganya, ga keliatan tapi ada perbedaan. Mata Tari menjelalak. "Jadi Ivan tau kalo gue anu?"

"Kalo sudah mendingan lekas ganti dulu Tar, tuh udah dibeliin sama pangeran"

"Gue ganti bukan karena dibeliin dia ya, tapi karena persediaan gue di kelas juga habis"

Dinda mengiyakan. Gengsi kok tetep cantik sih Tar. Begitu kata Dinda.

Setelah berjam-jam di UKS mereka dikagetkan dengan chat Tania.

"Maaf Din gue buru-buru pulang gasempat ke UKS nemuin Tari, ibu gue sakit Din. Lekas baikan buat Tari yak"

Chat Tania ditunjukkan ke Tari yang berakhir dengan tanggapannya yang memakluminya.

Yahh Tari memang orang yang gaenakan, tapi setelah dia menderita orang yang minta bantuan itu ga ada timbal baliknya pun dia tetap memaklumi.

Bel pulang sekolah sudah sejak tadi berbunyi, tapi mereka masih menghabiskan makanan yang dibawa Ivan sambil berbincang-bincang.

Seketika kaget dengan bunyi ketokan pintu.

Yang dikira petugas kesehatan ternyata bukan. Dia memegang 2 tas dibahunya dan lagi-lagi camilan menjadi tentengannya.