Chereads / Wanita Libra Kehilangan Kegadisannya / Chapter 2 - Tanpa Direncanakan

Chapter 2 - Tanpa Direncanakan

Setelah seluruh siswa pulang, anggota OSIS berkumpul untuk melakukan rapat class meeting yang akan dilaksanakan esok hari.

Sebenarnya jauh-jauh hari di tiap istirahat pun mereka sering membahas mengenai class meeting tersebut, hari ini finalnya agar besok tidak kikuk ketika class meeting dilaksanakan.

Ivan pun mengarahkan semua anggotanya untuk melaksanakan tugas masing-masing dengan melakukan yang terbaik baik senior maupun junior anggota OSIS tersebut.

Sekitar 1 jam lebih sedikit, rapat pun selesai dengan wajah gembira karena sudah menenteng makanan ditangan kanan masing-masing anggota OSIS tersebut.

Beda dengan Ivan dan teman akrab nya yaitu Doni mereka berencana mencari buku untuk dibaca disela sela kesibukan nya.

"Ke Mall CC aja gak sih Van, lumayan dekat kan." Si Doni berucap.

"Sebelum itu kita mampir beli makan dulu Don, lu kenyang cuma makan camilan yang lo bawa pas rapat OSIS tadi?" Ivan dengan nada meringis menahan lapar.

"Warung biasa?"

"Yo'i, biar ga lama , biar ga kesorean juga pulangnya", sahut Ivan.

Sekitar 30 menitan mereka menyudahi makannya, dan langsung menuju tempat berikutnya.

Mall CC terlihat agak sepi di lantai bawah, kemungkinan sudah berpencar mengitari mall luas itu.

Tapi Ivan dan Doni langsung ke toko buku untuk mencari barang yang dia cari.

Sebelum ke tempat buku dipajang, Ivan sempat membeli beberapa bolpoin dan crayon.

Doni sudah terlebih dahulu mencari buku. Sekitar 3 buku berhasil ia pegang dengan berbagai macam jenis. Ada novel, sejarah, dan ada juga tentang kehidupan si penulis.

Tapi Doni masih mencari-cari buku lagi yang belum ditemukan keberadaannya.

Ivan pun bergabung dengan Doni ke tempat buku-buku tentang novel langka.

"Lo ga cuma beli buku kan Don?, pasti lo baca kan buku yang lo pegang itu?" Ucap Ivan dengan senyum ngeledek.

"Ya pasti gue baca lah Van, walau ga secepat lo pas waktu baca buku sih" Doni nyaut dengan malu-malu.

"Dengan sebanyak itu buku yang lo pegang, masih cari apalagi lo keliatan bingung gitu?".

"Masih cari novel judul (A) gue Van"

"Lah, kok selera kita sama?, gue cari buku itu juga Don" sahut Ivan dengan terkejut.

"Yaudah kita cari sama-sama Van, tapi kalo misal buku itu sisa 1, jangan ribut yak" 

Doni terlihat takut keduluan Ivan menemukan novel tersebut.

Setelah mencari setidaknya 10 menitan dengan beda tempat, mereka akhirnya bergabung sepertinya mereka akan menyerah.

Tapi tidak lagi ketika 2 pasang mata yang menuju 1 titik.

seketika mata mereka saling bertatapan seperti hendak berlari.

Dan 1 2 3 mereka berlari ke arah novel tersebut. Tak beraturan mereka lari sambil suara sepatu terdengar oleh pengunjung toko tersebut.

Siapa sangka tangan wanita juga sedang memegang novel yang mereka perebutkan.

Tari bingung ada 2 tangan juga memegang novel yang sedang dia pegang. dia dan Dinda terlihat bingung siapa 2 orang itu karena mereka memakai masker berwarna putih yang menghalangi wajahnya.

Beda dengan yang bermasker. mereka melotot karena Tari juga sedang memegang buku yang sedang mereka pegang juga.

Sampai akhirnya karyawan toko tersebut membantu melerai mereka.

"Maaf mas, mbak dilarang ribut disini".

"Ini mas saya yang memegang buku ini terlebih dahulu, boleh saya langsung membayarnya?" Tari langsung berkata karena takut buku tersebut diambil oleh 2 orang tadi.

Ivan dan Doni membuka maskernya, seketika mata Tari dan Dinda pun terbelalak terkejut karena mereka adalah orang yang dikenalnya. 

"Maaf mas, novel ini untuk saya saja ya?

Kalo nanti Tari sudah selesai baca, mas boleh pinjam kok" dengan kikuk Tari berusaha menjelaskan.

Mungkin karena Tari, mereka merelakan sebuah novel jadi milik Tari. 

Setelah berusah saling menenangkan gara-gara novel itu. Akhirnya Tari dan Ivan pergi ke arah kasih untuk membayar barang yang mereka beli.

"Barang mas biar saya yang bayar, hitung-hitung permintaan terimakasih saya karena sudah 2 kali mrmbantu saya. Pertama tadi dikantin dan sekarang, novel ini jadi milik saya" Tari berucap.

"Loh jangan dek,jangan perhitungan begitu.

Mas tadi ikhlas yang dikantin, kalo yang masalah novel ternyata setelah dihitung-hitung uang mas kurang kalo ditambahkan dengan barang ini (sambil menunjukkan bolpoin dan crayon tadi).

"Maka dari itu, bolehkan saya kali ini bayar barang mas ya?"

Perbincangan panjang akhirnya masuk final,

Ivan mengiyakan tawaran Tari untuk membayar barang Ivan yang berad dikeranjang belanjaan.

"Terimakasih mas" ucap Tari dengan senyum manisnya.

"Hah? Mas yang terimakasih dek", sahut Ivan.

Doni dan Dinda hanya senyum-senyum melihat kelakukan mereka berdua di meja kasir.

Mungkin isi pikiran mereka sama yaitu melihat kecocokan sepasang sejoli sedang berargumen tipis-tipis disana.

Setelah bayar Tari dan Ivan bergabung dengan Dinda dan Doni.

Mereka bermaksud untuk segera pulang karena hari sudah mulai sore. Mereka berjalan sama-sama hingga menuju parkiran tanpa pembicaraan apapun sejak dari lantai 3 mall tersebut

Hingga akhirnya Ivan memulai pembicaraan.

"Kalian langsung pulang atau masih mau mampir?"

"Langsung pulang kok mas, ini sudah sore. Sahut Dinda.

"Kearah mana kalian?" Sambung Doni.

"Kearah timur mas, dekat kok" Jawab Tari.

"Ohh ke arah timur, kalo gitu kita bareng saja, kita juga pulang ke arah timur kok." Sambung Ivan.

Saling naik dan berboncengan mereka sama-sama keluar dari parkiran mall menuju ke arah timur. Sekitar 100 meteran Dinda menyalakan sen kiri untuk belok. 

Tapi Doni lurus karena komplek rumah mereka masih agak jauh. 

Suara klakson berbunyi menandakan mereka berpamitan.

"Gimana Tar? 3 kali lo ketemu si Ivan hari ini.

Sudah ada benih-benih cinta belum?" Ejek Dinda.

Dinda yang sejak tadi termenung tiba-tiba terkejut oleh polisi tidur yang tidak sengaja Dinda lewati tanpa basa basi.

"Lo ga dengerin gue ya Tar?.

"Kenapa Din? Maaf ya, sepertinya akan ada tamu bulanan nih Din, perut gue sakit banget".

"Sebentar lagi sampe tuan putri"

Masuk ke pagar halaman rumah Tari, Dinda juga mengantarkan Tari ke kamarnya. 

Dinda takut Tari pingsan kalo sudah datang bulan dia memang rentan pingsan soalnya.

"Mau gue buatin teh anget ga Tar?"

"Boleh Din, terimakasih ya"

Dinda buat teh sambil melihat kulkas.

Mencari teman makan yang enak disandingkan dengan teh hangat. Ternyata ada buah.

"Eh ada nak Dinda, buat camilan ya.

Kata Ibu Tari.

"Iya tante buat Tari sepertinya akan ada tamu bulanan" sambil senyum Dinda menjawab.

"Oalah, begitu gapapa minum teh hangat buatanmu juga Tari bakalan sembuh itu nak" ibu Tari berucap.

"Yaudah ibu tengok Tari dulu ya sebentar"

10 menit berlalu teh dan buah potong tersaji di depan meja Tari.

"Minum dulu Tar, biar mendingan.

Ini gue langsung potong aja buahnya ga izin dulu tadi maaf yak"

"Terimakasih Din"

Ngobrol-ngobrol mengenai wanita dikamar Tari sejak tadi akhirnya Dinda pamit pulang karena sudah ditelfon maminya.

"Pamit ya te, Tar. Semoga cepat baikan.

Semangat, besok class meeting ayoo merefresh otak dulu"

"Hehe iya Din, terimakasih sekali lagi"

Setelah menghabiskan buah, Tari istirahat dengan kompres diperutnya.

Ia lupa mengecek handphone nya yang ternyata habis baterai.

Ibu Tari membantunya agar besok ke sekolah tidak lagi meributkan soal handphone.

Semoga Tari sembuh yaa, biar besok bisa ikut class meeting dan bertemu si ketua OSIS pastinya.