Chereads / Wanita Libra Kehilangan Kegadisannya / Chapter 1 - Bukan Perkenalan Biasa

Wanita Libra Kehilangan Kegadisannya

🇮🇩Magic_Hourr
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 10k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bukan Perkenalan Biasa

Hari yang cerah serta angin sepoy-sepoy di SMK Citra Medika membuat jam kosong menjadi ajang perlombaan untuk menyalurkan mimpi . 

Tapi ini bukan mimpi yang berusaha akan diwujudkan suatu hari nanti namun mimpi yang disalurkan melalui mata yang terlelap yaitu tidur. 

Hampir seluruh siswa kelas X tidur di kelas dengan menyandarkan kepala pada meja dan tubuh tetap di kursi. Ada Pula yang langsung berbaring di lantai paling belakang kursi siswa, 

2 kursi pun bisa disatukan menjadi kasur yang bantalnya menggunakan tas mereka yang isinya mungkin hanya beberapa buku kecil dan jaket saja.

Dari total 30-an siswa kelas X kurang dari sebagian siswa tersebut berada di perpustakaan.

Ada yang membaca buku, membantu petugas perpustakaan untuk menata buku dan ada juga yang sharing dengan kakak kelas mengenai pelajaran dan semacamnya.

Tari yang sedang membaca buku dikejutkan oleh temannya yang bersikukuh memberitahu suatu hal yang mengejutkan pandangannya.

"Tar lo liat arah jam 9 ada malaikat tanpa sayap tuh lagi kesasar" (dengan siku yang sedikit menyenggol bahu Tari).

"Hah apaan sih Din", ucap Tari dengan nada kesal.

Seketika Tari langsung menengok, "oh ketua OSIS", ucap Tari dengan santai.

"Wah dengan santainya lo jawab begitu,Lo ga tau dia itu cowok paling tampan di sekolah ini ? Ketua OSIS lagi. Nikmat mana yang kamu dustakan Tari pagi-pagi sudah disuguhi pemandangan yang menakjubkan", Dinda berkata dengan mata masih tertuju pada ketua OSIS yang sedang sibuk berdiskusi dengan salah satu guru disana. 

Tiba-tiba bunyi bel istirahat berbunyi menandakan bahwa waktunya siswa untuk mengisi perut mereka dengan sesuatu yang mengenyangkan, atau hanya sekedar ngemil camilan.

Yang tidur bangun dari tidurnya, yang belajar segera menghirup udara segar sambil menikmati angin sepoi-sepoi serta pepohonan rindang di lapangan sana.

Selang beberapa menit Tari dan Dinda juga beranjak dari duduk manisnya untuk pergi ke kantin bersama-sama. Terlepas dari si ketua OSIS yang ternyata sudah pergi sejak tadi dari perpustakaan.

Tak disangka-sangka ketua OSIS juga berada di kantin tapi beda stand makanan dengan Tari dan Dinda.

"Tar, lo masih bisa fokus cari makanan? saat didepan lo itu ada manusia yang sempat kita bicarakan tadi?"  (Ucap dinda sambil menyenggol siku tari).

Tari tak bergeming. Dia hanya membalas "Hmmm"

Setelah cukup lama mencari makanan yang mereka mau, saatnya untuk membayarnya.

Makanan Tari serta Dinda disuguhkan ke depan meja kasir untuk dihitung berapa uang yang harus mereka bayar.

Setelah dihitung, Tari memberi uang 100 ribu pada kasir dan ternyata ucap kasir

"maaf bak, ada uang kecil? Atau pas saja tidak apa-apa"

Tari menengok ke arah Dinda yang bermaksud untuk bertanya apakah dia ada uang kecil atau tidak.

"Dompetku ketinggalan di kelas Tar, tapi ga ada uang kecil juga sih. Tadi dikasih mami 100 ribu juga buat jajan beberapa hari kedepan."

Tari dan Dinda clingak-clinguk kebingungan. Tiba-tiba ada yang bertanya "Berapa bu total makanan punya mereka? Sekalian ditotalin makanan punyaku juga."

"35 ribu mas semuanya," kata si mbak kasir.

"Oh iya bu, ini kebetulan ada uang pas 35 rIbu."

(Sambil menyodorkan uang ke arah kasir)

Dengan wajah kikuk dan gemetar. Ternyata yang tadi bayar makanan mereka adalah ketua OSIS tadi (Ivan namanya).

Tari memulai percakapan.

"Maaf mas jadi merepotkan, terima kasih sudah membantu kami tapi apa boleh besok kami ganti uangnya? Soalnya kami lagi ga ada uang kecil mas" dengan nada gemetar Tari terpaksa mengatakannya.

"Oh tidak apa-apa dek tidak usah dikembalikan,

mas hanya ingin membantu"

kata si Ivan tadi sambil senyum.

Seketika bel masuk berbunyi . . . . . . . . . . . .

"Sudah waktunya masuk dek, silahkan kalian kembali ke kelas"

"Terimakasih sekali lagi mas"

Disini Dinda tidak banyak bicara karena sibuk memandang si ketua OSIS itu.

Sambil lari Tari dan Dinda kembali ke kelas, tidak lagi kembali ke perpustakaan karena sebentar lagi waktunya pulang.

Tari masih bertanya-tanya.

"Kenapa di kantin ga ada uang kembalian? Padahal kita pembeli yang bisa dikatakan terakhir." Uang hasil dari jualan mereka dari awal istirahat apa tidak cukup untuk dijadikan uang kembalian ya…

Dinda juga sempat berpikir demikian.Tapi pikiran Dinda dihantam tak terbatas dengan kalimat "Mungkin ini cara yang diatas untuk mempertemukan Tari dan si ketua OSIS tadi"

Ya gak sih ?

Sesampainya di kelas, Dinda yang duduk dibelakang Tari pun berkata "Tar, jangan langsung pulang mau ga? Ada bazar di mall Central Cendekia (kita singkat saja mall CC ya).

"Boleh Din, sekalian juga mau cari sesuatu".

Guru pun datang dari arah tak disangka-sangka.

Ternyata Bu Ning sejak tadi ada di gudang ruangan belakang kelas kita.

Entah apa yang dicari Bu Ning, tapi ternyata beliau sedang memarahi siswa biar tidak tidur di gudang. Alasannya pun masuk akal, Karena gudang jarang dipakai, kami tidak tau hewan apa saja yang bersarang di sana. Kalo kami diserang saat tertidur, bagaimana?

Nah itu alasan Bu Ning melarang siswanya untuk tidur di gudang.

Banyak nasihat yang dilontarkan Bu Ning diantaranya masih kelas X yang rajin sekolahnya, 

Jam kosong manfaatkan sebaik mungkin.

Belajar di perpustakaan atau belajar sesama teman materi yang belum kalian mengerti.

Bukannya tidur, bermalas-malasan dan senang saat bel istirahat berbunyi. Apalagi sebentar lagi bel pulang berbunyi, mata kalian ga ngantuk sedikitpun.

Begitu kira-kira ucapan Bu Ning. 

Terakhir Bu Ning mengatakan bahwa besok waktunya class meeting, berbagai lomba akan diadakan besok. Jadi besok memakai baju olahraga dari rumah tidak usah bawa baju ganti.

Semua siswa mengiyakan perkataan Bu Ning sejak tadi. Lalu bel berbunyi waktunya pulang.

Siswa pun bersiap untuk pulang. Senyum mereka berbinar karena mendengar bel tersebut.

Tapi Bu Ning masih bercanda dengan mengatakan kalimat "Sebentar baru bel pulang, kalo kalian keluar sekarang, parkiran masih ramai. Kita tunggu yang di parkiran sedikit lebih sepi dulu baru kalian boleh keluar" ucap Bu Ning dengan sedikit tersenyum karena melihat wajah cemberut siswa-siswanya.

Sekitar 10 menitan parkiran pun sedikit sepi.

Ketua kelas pun mempersiapkan teman-temannya untuk pulang sama-sama.

Berpamitan pada Bu Ning, lalu pintu keluar serasa tak bisa untuk menahan dorongan keluarnya siswa kelas X itu.

Sedikit lebih berkurang siswa didalam kelas,Tari dan Dinda baru beranjak dari kursinya untuk berpamitan pada Bu Ning.

Mereka malas untuk berdesakan bahkan dengan teman sekelas mereka sendiri.

Menuju parkiran, yang sepeda motor pun bisa dihitung karena seluruh siswa sudah pulang.

Mungkin yang tersisa hanya sepeda motor milik anggota osis yang sedang rapat acara class meeting besok.

Memakai sepeda motor Dinda, Tari pun bonceng dibelakangnya menuju ke mall CC seperti yang mereka rencanakan.

Sekitar 10 menitan sampai ke mall yang mereka tuju , ternyata ramai di lantai 1.

Mereka langsung menuju bazarnya yaitu di lantai 3 yang ternyata ga seramai biasanya.

Kemungkinan informasi belum sampai pada telinga manusia-manusia penyuka bazar.

Mereka mengincar stand makanan korea di sebelah barat sana. Mereka langsung lari ke tempat tersebut karena masih sepi. Tahu kan mereka ga suka ramai. Jadi kalo ramai sedikit pun mereka mengurungkan niatnya untuk membelinya.

2 tteokbokki, 1 odeng, dan 1 jajangmyeon pun menjadi santapan kali ini. Mereka makan ditempat karena disediakan tempat duduk serta meja di depan stand tersebut.

Sekitar 15 menit mereka menyudahi acara makannya dan berlanjut untuk melihat-lihat bazar.

Si Dinda mencari pernak-pernik BTS kesayangannya itu. Gelang, strap masker, jam tangan, dan gantungan kunci bertemakan BTS pun sudah ada di genggamannya.

Tapi beda dengan Tari, dia mencari buku tapi tidak satupun bazar terdapat buku yang sedang dia cari. 

"Ga ada Din, pindah ke toko buku saja boleh ga?"

"Dengan senang hati tuan putri," sahut Dinda.

Sesampainya di gramedia, Dinda pun mencari buku yang dia cari, bermenit-menit mencari akhirnya ketemu.

Tapi kalian tau kenapa? 

Buku yang dipegang Tari , dipegang juga oleh tangan yang Tari dan Dinda pun belum tau dia siapa.

Bagaimana kelanjutan ceritanya,

Kita tunggu di Bab 2 ya teman-teman.

Selamat menunggu dan sampai jumpa.