Setelah Aria kembali bersama Felyron milik Kaiden yang membawa mayat Velogian, mereka segera naik ke atas Carrier yang ditarik oleh Felyron itu. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas meninggalkan Frostspire Peaks.
Rasa tegang dan kelelahan yang mereka alami setelah menghadapi situasi berbahaya membuat suasana perjalanan terasa sunyi. Tak ada kata yang terucap; masing-masing hanya duduk diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Desiran angin dingin yang melintas di sekitar mereka menjadi satu-satunya suara yang menemani perjalanan itu, sementara bayangan gunung yang tertutup salju perlahan menghilang di kejauhan.
********************
Beberapa menit berlalu, dan mereka akhirnya tiba di pos pemantauan desa Glacium Hollow.
Glacium Hollow adalah sebuah desa kecil yang terletak di dataran tinggi, tidak jauh dari kaki gunung bersalju Frostspire Peaks. Desa ini berfungsi sebagai pos pemantauan penting untuk memantau aktivitas monster yang sering muncul di sekitar pegunungan. Meskipun kecil, Glacium Hollow memiliki fasilitas strategis yang mendukung kebutuhan para Hunter dan pelancong.
Dikelilingi oleh pemandangan salju abadi dan aliran sungai geotermal, desa ini juga dikenal sebagai tempat istirahat favorit. Salah satu daya tarik utamanya adalah Pemandian Air Panas Glacium, yang air mineral hangatnya dipercaya mampu menyegarkan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.
Desa ini dihuni oleh sekitar 50-60 orang, yang sebagian besar bekerja sebagai pengintai, peternak kecil, atau pengelola fasilitas lokal seperti penginapan dan bengkel pandai besi sederhana. Salah satu struktur penting di desa ini adalah Menara Pengawas Salju, yang digunakan untuk mengamati pergerakan monster dari Frostpire Peaks, serta Pusat Komunikasi Pos Salju, yang berfungsi sebagai saluran informasi antara penduduk dan Hunter Guild.
Kehidupan di Glacium Hollow penuh tantangan karena suhu yang ekstrem, tetapi penduduknya dikenal ramah dan hangat. Mereka memiliki tradisi Festival Cahaya Salju, sebuah perayaan yang melambangkan harapan dan semangat hidup di tengah musim dingin yang panjang.
Bagi para Hunter, Glacium Hollow adalah tempat transit yang ideal sebelum memulai ekspedisi ke Frostpire Peaks. Keberadaan desa ini menjadi bagian penting dalam ekosistem dunia perburuan, menyatukan para pemburu dan penduduk lokal dalam satu tujuan: bertahan hidup di tengah alam liar yang tak kenal ampun.
Setibanya di gerbang masuk desa Glacium Hollow, mereka turun dari carrier dengan raut wajah yang masih menyimpan ketegangan dan kelelahan dari perjalanan panjang. Di pos penjagaan, seorang petugas segera menghampiri mereka untuk melakukan konfirmasi identitas. Setelah memastikan semuanya sesuai, mereka diberikan izin untuk masuk ke desa.
Sebelum melanjutkan ke tempat istirahat, Aria memutuskan untuk menitipkan mayat Velogian yang telah dia buru kepada petugas pengelola material. Tubuh monster itu akan diproses untuk diambil material berharganya, seperti sisik, cakar, dan taring, yang nantinya bisa digunakan untuk keperluan peralatan atau dijual kepada Hunter Guild. Sementara proses itu berjalan, mereka berniat memanfaatkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan kondisi.
Setelah memutuskan untuk menghilangkan rasa lelah di pemandian air panas, mereka berjalan menuju tempat tersebut sambil menikmati udara dingin desa. Dalam perjalanan, mereka melihat Lyra tengah berkeliling desa dengan mengenakan pakaian khas penduduk Glacium Hollow.
Melihat teman-temannya yang tampak kelelahan dan sedikit tegang, Lyra segera menghampiri mereka. "Kalian baik-baik saja? Wajah kalian terlihat begitu lelah," tanyanya dengan nada khawatir.
Mira, yang merasa paling ingin segera beristirahat, langsung menjawab dengan nada sedikit lesu, "Bisa kita bicarakan itu nanti saja, Kak Lyra. Aku benar-benar butuh menghilangkan rasa lelah dulu."
Lyra mengangguk memahami, membiarkan mereka melanjutkan perjalanan ke pemandian untuk mendapatkan ketenangan yang mereka butuhkan.
Setibanya di pemandian air panas, Mira dan Aria menuju area khusus perempuan, sementara Griffin dan Kaiden menuju pemandian pria. Setelah melepas pakaian mereka dan mengenakan handuk, Mira dan Aria segera berendam di dalam air panas yang mengepul lembut, membiarkan kehangatan air mengusir rasa lelah dari tubuh mereka.
"Akhirnya, aku bisa bersantai juga," ucap Mira sambil bersandar pada tembok pemandian yang terbuat dari bebatuan alami. Uap air menyelimuti wajahnya, membuatnya tampak lebih rileks.
Aria, yang berada di seberangnya, menyelamkan tubuhnya lebih dalam hingga hanya kepalanya yang terlihat. "Kau benar. Begitu masuk ke sini, rasa lelahku hilang seketika," katanya sambil tersenyum tipis.
Di pemandian pria, Griffin dan Kaiden juga menikmati waktu santai mereka. Kaiden menyandarkan tubuhnya pada sisi kolam, sementara Griffin duduk dengan tangan terlipat di atas lutut.
"Kau lihat mereka tadi? Wajah Mira dan Aria tampak seperti baru saja melewati pertempuran hidup dan mati," komentar Kaiden, mencoba memecah keheningan.
Griffin mengangguk kecil sambil membenamkan tangannya ke air panas. "Aku tidak heran. Dari cerita mereka, sepertinya yang mereka hadapi di Frostpire Peaks jauh lebih berat dari yang kita bayangkan. Tidak setiap hari kau bisa lolos dari Frostgonga dan Elder Dragon sekaligus."
Tiba-tiba, suara Mira terdengar dari balik pembatas bambu yang tebal dan tinggi, memisahkan pemandian pria dan wanita. "Griffin, kau membicarakan kami, ya? Jangan kira aku tidak bisa mendengar!"
Griffin mendongak, setengah terkejut tapi juga tak bisa menahan senyum. "Hanya membahas betapa tangguhnya kalian, Mira. Aku tidak mengatakan yang buruk, kok."
Kaiden tertawa kecil mendengar itu. "Tangguh? Itu mungkin kata yang sopan. Jujur saja, kau lebih terlihat seperti setengah mati tadi, Mira!" katanya dengan nada menggoda.
Dari sisi pemandian wanita, Mira mendengus. "Kau tidak ada di sana, Kaiden, jadi kau tidak punya hak bicara. Kalau kau yang ada di tempatku, mungkin kau sudah pingsan sebelum sempat melawan!"
Aria ikut tertawa kecil mendengar perdebatan mereka. "Dia benar, Kaiden. Melihat Frostgonga dari dekat saja mungkin sudah cukup membuatmu ingin berbalik arah."
"Ya, ya, aku paham. Kalian semua lebih tangguh dariku. Puas?" balas Kaiden sambil mengangkat kedua tangannya, seolah menyerah.
Percakapan itu berlanjut dengan tawa ringan dari kedua sisi pemandian, membuat suasana yang sebelumnya tegang berubah menjadi lebih santai dan hangat.
Saat percakapan penuh canda dan tawa sedang berlangsung di kedua sisi pemandian, Lyra tiba-tiba masuk ke area pemandian wanita. Ia tersenyum tipis sambil berkata, "Sepertinya kalian sedang asyik, ya. Aku bisa dengar tawa kalian dari luar."
Mira, yang tidak menyadari kehadiran kakaknya, terkejut dan buru-buru berbalik. "Kak Lyra! Sejak kapan kau ada di sini?" tanyanya dengan nada setengah panik.
Lyra duduk di sisi kolam, merendam kakinya sebelum perlahan masuk ke air hangat. "Belum terlalu lama. Aku masuk saat kalian mulai membicarakan Elder Dragon dan Frostgonga," jawabnya tenang. Matanya beralih ke Mira, tatapannya sedikit tajam. "Itu situasi yang sangat berbahaya, Mira. Kalau saja kau memilih kembali bersamaku waktu itu daripada mencari Aria, kalian mungkin tidak akan terjatuh ke jurang."
Ucapan itu membuat Mira menunduk. Ia membenamkan dirinya ke air hingga hanya matanya yang terlihat, seolah berusaha menghindari tatapan Lyra. Melihat tingkah adiknya, Lyra menghela napas kecil dan melanjutkan dengan nada yang lebih lembut. "Tapi aku tahu itu keputusan yang sulit. Kalau kau tidak kembali untuk menemui Aria, mungkin dia benar-benar tidak akan selamat. Aku bangga pada keberanianmu, Mira. Tapi tolong, mulai sekarang, berhati-hatilah. Mengerti?"
Mira mengangguk pelan, masih separuh tenggelam di dalam air. "Iya, Kak. Aku mengerti," jawabnya pelan.
Aria, yang menyaksikan interaksi kakak beradik itu, tersenyum kecil. "Terima kasih, Lyra. Kalau Mira tidak datang, aku mungkin benar-benar sudah jadi makanan Velogian atau Frostgonga. Dia menyelamatkanku."
Lyra menatap Aria dan mengangguk. "Kau juga, Aria. Tolong jaga dirimu lebih baik ke depannya. Aku tidak mau kehilangan salah satu dari kalian."
Keheningan yang menenangkan sejenak meliputi mereka, hanya terdengar suara air yang bergemericik. Akhirnya, Mira kembali muncul sepenuhnya dari air, wajahnya lebih santai. "Baiklah, baiklah. Aku janji akan lebih berhati-hati. Tapi kak Lyra, kapan terakhir kali kau tertawa? Kau terlihat terlalu serius belakangan ini."
Komentar itu membuat Lyra terkekeh kecil. "Kalau begitu, aku akan coba bersantai seperti kalian. Mungkin dimulai dari berendam lebih lama di sini."
Tawa kecil terdengar dari ketiganya, dan suasana pun kembali menjadi hangat dan nyaman, membaur dengan uap air panas yang memenuhi ruangan.
~Bersambung~