Chereads / The Guardians The Hunt / Chapter 12 - Chapter 12: Aerotalix, The Tempest Strike

Chapter 12 - Chapter 12: Aerotalix, The Tempest Strike

Setelah quest penyelamatan darurat dikeluarkan oleh Hunters Guild, para Hunter yang berjumlah 20 orang, termasuk Aria dan Ignis, segera bersiap menuju lokasi yang telah diberikan oleh resepsionis guild. Mereka menaiki kapal yang telah dipersiapkan oleh Hunters Guild untuk perjalanan menuju pulau Isle Solvalis.

Setelah semua Hunter naik ke kapal, tanpa menunggu lama, kapal mulai berlayar, membelah ombak menuju tujuan.

Di tengah perjalanan, Aria memperhatikan beberapa Hunter sedang sibuk meracik sesuatu menggunakan serangga, tanaman herbal, dan jamur. Penasaran dengan apa yang sedang mereka lakukan, ia mendekat dan bertanya dengan sopan, "Permisi... Boleh tahu, kalian sedang membuat apa?" tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.

Salah seorang Hunter, seorang pria berambut cokelat pendek dengan janggut tipis, menoleh dan tersenyum sebelum menjelaskan. "Ah, ini? Aku sedang membuat Flash Bomb dan beberapa Tranquilizer Bomb. Kondisi darurat seperti ini membuat beberapa dari kami tidak sempat membeli yang sudah jadi, jadi aku meraciknya sendiri untuk dibagikan kepada semua Hunter di kapal ini."

Aria mengangguk pelan, mengamati proses pembuatan bom tersebut dengan minat. "Jadi, benda ini akan sangat membantu untuk melemahkan atau mengalihkan perhatian monster?" tanyanya.

"Benar sekali," jawab pria itu sambil memeriksa bahan-bahannya. "Flash Bomb sangat efektif untuk membutakan monster sejenak, sedangkan Tranquilizer Bomb digunakan untuk membuat monster tertidur, terutama jika kita ingin menangkapnya hidup-hidup."

Aria mencatat hal itu dalam pikirannya, kagum dengan kemampuan para Hunter yang dapat beradaptasi di situasi genting seperti ini.

Sementara itu, di bagian depan kapal, terlihat kelompok Hunter yang awalnya meminta quest penyelamatan darurat. Salah satu dari mereka, seorang pria berambut pirang dengan Great Sword di punggungnya, tampak gelisah, mondar-mandir di dek kapal. Kekhawatiran jelas terpancar di wajahnya, sementara rekan-rekannya mencoba menenangkannya dengan berbicara pelan.

Kapal terus melaju, dan suasana di dalamnya diisi dengan persiapan, diskusi, serta rasa antisipasi yang tegang menjelang pertemuan mereka dengan Aerothalix.

Setelah hampir satu setengah jam berlayar, pulau Isle Solvalis mulai terlihat di kejauhan. Sambil menunggu kapal berlabuh, beberapa hunter terlihat membagikan flash bom dan traquilzer bom kepada semua hunter yang ada disana, masing-masing dari mereka mendapat lima flash bom dan limtraquilzer bom.

Setelah pembagian selesai, terlihat beberapa hunter mulai mengasah senjata mereka, memeriksa barang bawaan seperti bom dan jebakan, dan sebagian lagi mempersiapkan peluru dan anak panah mereka. Tak berselang lama kapal pun berlabuh, dan ketika jembatan di buka, para hunter pun mulai berlari berhamburan menuju lokasi penyelamatan. Seorang pria berambut pirang dengan Great Sword di punggungnya, yang tadi tampak gelisah dan mondar-mandir di dek kapal, kini ikut berlari sambil berkata, "Tunggu aku Ren! Celes!"

Saat mereka berlari bergegas menuju lokasi, raungan keras dari Aerothalix menggema di udara, diiringi dengan sambaran petir yang terus-menerus menyambar, memberi tanda bahwa monster itu semakin dekat.

Di depan, pria berambut pirang dengan Great Sword di punggungnya memimpin rombongan, berlari cepat dan dengan tegas. Para Hunter lainnya mengikuti di belakangnya, saling bersiap-siap dengan senjata dan peralatan mereka. Mereka melewati hutan yang lebat, menuruni tebing terjal, dan melintasi gua-gua sempit, tak ada yang berhenti. Setiap langkah mereka penuh ketegangan.

Akhirnya, setelah beberapa waktu berlari, mereka tiba di pulau kecil yang terhubung dengan Isle Solvalis. Saat mereka melangkah lebih jauh, seorang gadis dengan rambut biru gelap yang diikat twintail tampak terlempar tinggi ke udara oleh kekuatan monster tersebut, dan sepertinya akan segera jatuh ke tanah.

Melihat situasi yang sangat genting itu, pria berambut pirang dengan great sword di punggungnya langsung berteriak dengan penuh ketegasan, "Celes, bertahanlah! Aku datang!" Tanpa ragu, dia berlari ke arah gadis itu, melompat sedikit tinggi untuk menangkap tubuh Celes yang sedang jatuh.

Setelah berhasil menangkap tubuh gadis bernama Celes, pria berambut pirang itu segera membawanya ke tempat yang lebih aman. Namun, sebelum dia sempat bergerak jauh, salah seorang hunter berteriak, "Cepat tutup matamu sekarang juga!"

Tanpa menunggu jawaban, hunter itu melemparkan flash bomb ke arah Aerotalix. Ledakan cahaya terang menyilaukan itu membuat Aerotalix kehilangan penglihatannya sementara, disertai dengan gerakan liar dan raungan frustrasi dari wyvern tersebut.

Melihat kesempatan ini, para hunter lainnya segera bertindak. Kelompok penyelamat dengan sigap membawa target kedua, seorang pria yang terluka parah, keluar dari pulau kecil tersebut. Sementara itu, beberapa hunter lainnya tetap berada di lokasi untuk menghadang Aerotalix dan memberikan waktu bagi tim penyelamat untuk menjauh.

Beberapa menit berlalu, Aerotalix akhirnya mendapatkan kembali penglihatannya, diiringi dengan raungan yang memekakkan telinga. Energi listrik mulai menyelimuti tubuhnya, tanda bahwa ia sedang mengumpulkan kekuatan untuk melancarkan serangan berikutnya.

Para hunter yang tersisa bersiap menghadapi serangan yang akan dilancarkan oleh wyvern itu. Saat Aerotalix mulai mengumpulkan listrik dari tanduk dan sayapnya, tanpa menunggu perintah, Aria dan Ignis langsung bergerak.

Aria menyerang bagian kaki monster itu beberapa kali dengan longsword-nya, mencoba menghambat gerakannya, sementara Ignis melompat ke arah kepala Aerotalix, berusaha mematahkan tanduk wyvern tersebut.

Melihat aksi Aria dan Ignis, para hunter lainnya segera bergabung dalam pertempuran. Sebagian bertugas menangkis serangan Aerotalix, sementara yang lain menembakkan peluru dan anak panah, mengarahkan serangan mereka ke mata wyvern untuk mengganggu konsentrasinya.

Pertarungan sengit pun dimulai, dengan semua hunter bekerja sama untuk mengalahkan ancaman besar di depan mereka.

Serangan demi serangan terus dilancarkan, dan kini Aerotalix terlihat mengalami luka yang cukup parah. Tanduknya patah, salah satu sayapnya robek dan terpotong sebagian, sementara ekornya berhasil dipisahkan dari tubuhnya. Luka-luka tersebut membuat Aerotalix semakin lemah, dan ia mulai berusaha melarikan diri dari para hunter.

Namun, upayanya untuk kabur sia-sia. Salah seorang hunter dengan cepat melemparkan flash bomb ke arahnya, membuat wyvern itu kembali kehilangan penglihatannya. Dalam kebutaan dan kepanikannya, Aerotalix menjadi semakin rentan.

Melihat peluang emas ini, Aria dan dua hunter lainnya yang menggunakan longsword langsung melompat ke arah monster tersebut. Dengan gerakan yang terkoordinasi, ketiganya mengayunkan pedang mereka secara bersamaan, menebas leher Aerotalix hingga kepalanya terpisah dari tubuhnya.

Dengan raungan terakhir yang memudar, tubuh besar Aerotalix jatuh ke tanah, menandai akhir dari pertempuran sengit tersebut.

Semua hunter bersorak merayakan kemenangan mereka setelah pertempuran yang melelahkan. Dengan penuh semangat, mereka mengangkat pisau carving ke udara, tanda kebersamaan mereka, sebelum mulai meng-carving mayat Aerotalix.

Setiap potongan material berharga dari wyvern itu, mulai dari sisik bercahaya hingga tanduk listriknya, diambil dengan hati-hati. Hasil carving tersebut kemudian dibagi sama rata di antara semua hunter yang terlibat, termasuk regu penyelamat yang telah mempertaruhkan nyawa mereka.

Dengan selesainya tugas penyelamatan, semua hunter kembali ke kapal, membawa hasil carving yang telah di bagi rata, yang akan digunakan untuk berbagai keperluan. Kemenangan ini tidak hanya memberi mereka material berharga, tetapi juga pengalaman yang akan mereka kenang selamanya.

~Bersambung~