Saat memasuki area pantai, kapal pun mulai memperlambat lajunya kemudian menjatuhkan jangkar di saat yang tepat. Jembatan kayu pun di turunkan saat kapal sudah mencapai bibir pantai di pulau Isle Solvalis. Bersamaan dengan jembatan kayu yang sudah di turunkan, Celes, Aria, Kael, dan yang lainnya pun turun dari kapal dan mulai berjalan memasuki area hutan.
***
Ketika tim Celes tiba di area hutan, suasana terasa lebih tenang dari yang mereka duga. Tidak ada tanda-tanda pergerakan monster besar, hanya suara angin yang meniup dedaunan dan sesekali kicauan burung. Namun, di tengah area yang dikelilingi pohon-pohon besar, seekor kera raksasa terlihat duduk santai di atas tanah, membelakangi mereka.
Fartuga, kera besar berbulu pink kusam dengan jambul hijau kekuningan di kepalanya, sedang sibuk mengunyah jamur besar yang dicabut dari tanah. Ekor besarnya, yang berbentuk seperti palu, sesekali menyapu tanah dengan malas, menciptakan debu tipis di sekitarnya. Monster itu tampak tidak peduli dengan dunia di sekitarnya, bahkan ketika tim Celes mulai mengepungnya dari berbagai sisi.
Celes mengangkat tangan, memberi isyarat kepada teman-temannya untuk bergerak dengan hati-hati. Namun, ketika mereka semakin mendekat, Fartuga tiba-tiba berhenti mengunyah, lalu menggaruk-garuk pantatnya dengan santai menggunakan tangannya yang besar. Setelah itu, ia kembali memasukkan potongan jamur ke mulutnya, mengunyah dengan tenang.
"Dia… tidak menyerang kita," bisik Ren, yang sudah bersiap dengan Dual Blades di tangannya.
"Dia bahkan tidak menganggap kita ancaman," gumam Ezra sambil mempersiapkan busurnya, sedikit heran melihat monster sebesar itu tidak bereaksi agresif.
"Jangan lengah," Kael memperingatkan dengan suara rendah, tangannya memegang erat gagang Greatsword di punggungnya. "Hewan sebesar itu bisa berubah agresif kapan saja."
Celes memperhatikan Fartuga dengan seksama. Monster itu sesekali menoleh ke arah mereka, tapi hanya memberikan pandangan sekilas sebelum melanjutkan kegiatannya, seolah-olah mengatakan bahwa mereka bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
"Kita harus hati-hati," bisik Celes kepada timnya. "Dia mungkin terlihat santai sekarang, tapi itu bisa berubah kapan saja. Ezra, siapkan panah paralisis. Arden, siapkan jebakan di sisi kirinya. Kael, Ren, kalian bersiap di kedua sisi untuk menutup pergerakannya."
Saat mereka mulai bergerak sesuai rencana, Fartuga tiba-tiba berdiri, mengangkat tubuhnya yang besar dengan malas. Dia membuang sisa jamur yang dimakannya, menggaruk kepalanya, lalu meregangkan kedua lengannya seperti seseorang yang baru saja bangun tidur. Ekor palunya menghantam tanah dengan ringan, menciptakan getaran kecil.
"Saatnya sekarang," bisik Celes dengan mata fokus ke arah Fartuga. "Pastikan dia tidak punya waktu untuk bereaksi."
Namun, Fartuga hanya menguap lebar, menunjukkan deretan gigi tajamnya, sebelum kembali duduk dengan ekspresi bosan. Ia memandang mereka sekali lagi, seolah menilai apakah mereka layak untuk diperhatikan atau tidak.
"Serius, dia benar-benar mengabaikan kita?" Ren mengeluh dengan suara rendah.
"Jangan terprovokasi," jawab Celes dengan tegas. "Ini kesempatan terbaik kita."
Dengan napas tertahan, tim mereka melanjutkan persiapan, mengetahui bahwa ini adalah momen penentuan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu menghadapi monster ini dan menunjukan bahwa mereka layak menjadi seorang hunter.
**
Karena tidak ada reaksi apapun dari Fartuga, Celes pun mulai kesal dan dengan pedang di tangannya, dia mulai menyerang Fartuga. Namun tanpa di sadari, pedangnya malah patah dan juga terlihat ekor Fartuga yang mirip seperti palu sudah berada di atas kepala Celes dan berisap untuk menghantamkannya ke arah Celes. Ezra yang paling dekat dengan Celes mulai menembakkan beberapa anak panahnya ke ekor Fartuga, namun tidak ada reaksi sama sekali dari ekornya.
**
Melihat Celes yang dalam bahaya, Aria pun langsung menarik salah satu dari dua Longsword yang tergantung di punggungnya, lalu menebas ekor Fartuga tepat di saat ekor itu akan menghantam kepala Celes. Ekor Palu dari Fartuga pun terpotong. Darah bercucuran keluar dari ekor Fartuga membuatnya kehilangan keseimbangan untuk sesaat, dan di saat itulah Celes berteriak kepada teman-temannya, "Semuanya sekarang, serang dia, dan jangan biarkan dia lolo," teriak Celes denga keras kepada teman-temannya untuk menyerang.
***
Serangan bertubi-tubi pun di lancarkan, dan berhasil mematahkan beberapa cakar yang ada di tangan Fartuga, membuatnya harus lari menyelamatkan diri. Melihat kondisi Fartuga yang sudah terpojok, Ren pun mulai berkata, "Kita akan menang kali ini, dan kita akan membuktikan kalau kita kayak menjadi seorang hunter," ucapnya dengan senyum lebar di wajahnya.
**
Akan tetapi, Fartuga yang sudah terpojok, kini terlihat memukul-mukul perutnya beberapa kali. Celes dan yang lainnya pun bingung dengan tingkah aneh dari Fartuga, tapi mereka tidak memperdulikannya, dan tetap berusaha mendekat. Aria yang melihat gerakan aneh Fartuga pun tersadar lalu berteriak kepada Celes dan yang lainnya, "Semuanya, cepat menjauh darinya sekarang!"
***
Mendengar teriakan Aria yang meminta mereka menjauh, pun di dengarkan oleh mereka, tapi ketika mereka hendak menjauh, semuanya sudah terlambat, raungan keras yang memekakan telinga, terdengar dari perut besarnya Fartuga, dan setelah raungan itu berhenti, sebuah gas berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang sangat busuk dan menyengat muncul dari Fartuga yang saat itu langsung melompat menjauh dan kabur dari mereka lalu memanjat tebing tinggi sambil memukul-mukul pantatnya beberapa kali, seakan berkata "Coba tangkap aku jika kalian bisa". Setelah Fartuga kabur, Celes dan yang lainnya masih terbaring di tanah dalam keadaan pingsan karena bau busuk yang di keluarkan Fartuga.
**
Karena keadaan Celes dan yang lainnya masih pingsan, Aria memanggil Ignis yang sedari awal ikut mengawasi mereka dari balik dedaunan yang rimbun.
"Ignis, bisa kau turun sebentar, aku butuh bantuan mu, bisa kau carikan tanaman herbal yang berbau seperti ini? Dan juga ambilkan aku air segar dengan beberapa botol ini?" tanya Aria mengeluarkan beberapa botol kaca, dan dua tanaman herbal yang berbau menyegarkan.
Ignis mengaguk, sambi tangannya menerima beberapa botol kaca dari Aria. Beberapa jam berlalu, Ignis kembali dengan membawa beberapa tanaman herbal yang memiliki aroma menyegarkan, beberapa botol berisi air dan beberapa orang hunter yang salah satu diantara mereka adalah seorang yang ahli dalam meracik ramuan dan bahan alkemis.
Melihat apa yang di bawa Ignis melebihi ekspetasi Aria, dirinya pun berkata, "Kerja bagus Ignis, bukan hanya membawa apa yang ku minta, kau bahkan membawa beberapa hunter dan seorang alkemis kesini untuk membantu ku. Baiklah sepulangnya nanti aku akan memberi mu makanan yang enak sebagai imbalan mu," ucap Aria sambil mengelus elus Ignis.
**
Saat Aria masih mengelus Ignis, seorang hunter dari kelompok yang dibawanya tadi mendekat dan bertanya dengan ragu, "Umm... Permisi, apa kau pemilik Felyron itu?" tanyanya sambil menggeser tas besar yang digendongnya.
"Iya, aku pemiliknya," jawab Aria dengan nada sopan, sambil mengelus kepala Ignis yang menoleh sebentar, seolah mengerti mereka sedang membicarakannya.
Hunter itu tersenyum kecil, lalu meletakkan tasnya ke tanah. Dengan cekatan, ia mengeluarkan beberapa peralatan alkemis, termasuk mortar kecil dan tumbukan, lalu mengambil tanaman herbal segar yang mengeluarkan aroma menyegarkan. Dia mulai menumbuk tanaman itu hingga halus, mencampurkannya dengan bahan lain yang dia keluarkan dari tasnya. Sambil bekerja, dia kembali berbicara, "Felyron-mu sangat luar biasa. Setelah mengambil tanaman herbal, dia langsung menghadang kami dengan ekspresi serius, lalu menunjukkan kertas yang bertuliskan bahwa kau membutuhkan bantuan untuk membuat deodorant."
Aria tertawa kecil mendengar cerita itu. "Dia memang cerdas, kadang bahkan dia tau apa yang aku butuhkan selain apa yang aku minta kepadanya," ucap Aria yang kini ikut membantu membuat deodorant.
Hunter itu mengangguk sambil menuangkan cairan dari botol kecil ke dalam botol dengan air yang sedang di panaskan. "Aku sendiri jarang melihat Felyron yang setelaten ini. Kau melatihnya dengan baik. Kalau boleh tahu, apa yang ingin kau lakukan dengan deodorant ini? " tanyanya sambil menyerahkan wadah kecil berisi ramuan yang sudah jadi.
"Untuk sekarang, aku akan menggunakan deodorant ini untuk para hunter yang sedang terbaring disana, mereka terkena gas kentut dari Fartuga, dan sekarang mereka pingsan disana," jawab Aria sambil mengambil ramuan itu.
Hunter itu tersenyum, lalu merapikan peralatannya. "Kalau begitu, semoga berhasil," ucapnya sebelum kembali ke kelompoknya.
"Tunggu, ambilah beberapa deodoran ini, mungkin ini hanya sedikit tapi mungkin berguna untuk kalian, terlebih lagi, Fartuga yang kami lawan berhasil melarikan diri. Satu hal lagi, jika kalian melihat Fartuga dengan ekor yang terpotong dan beberapa cakar yang patah, berarti kalian bertemu dengan Fartuga yang berhasil kabur dari kami," ucap Aria memperingati para hunter itu.
Mereka menerima deodorant itu, dan juga peringatan dari Aria, sebelum akhirnya mereka berpisah.
**
Setelah membuat deodorant, Aria menuangkan beberapa botol ke badan Celes dan yang lainnya, lalu menggunakan aroma menyegarkan itu untuk menyadarkan Celes dan yang lain. Setelah mereka sadar, Aria mengatakan semuanya pada Celes dan yang lainnya bahwa Fartuga yang mereka buru telah kabur, dan quest mereka gagal.
Celes yang sudah menyadari bahwa mereka akan gagal lagi akhirnya tidak mampu menahan air matanya. Ia menangis di tengah hutan, diikuti oleh Ren, Kael, Ezra, dan Arden. Meskipun mereka gagal, tidak ada yang saling menyalahkan.
**
Ketika mereka kembali ke Izna Port, resepsionis guild dengan tegas mengambil kartu guild mereka. "Maaf, tapi kami harus menyita kartu guild kalian. Kalian tidak diizinkan mendaftar ulang di wilayah Izna Port, ataupun berburu di wilayah ini lagi," ucap resepsionis itu. Meskipun pernyataan tersebut sangat berat bagi mereka, Celes dan timnya tetap berdiri tegak, berusaha menerima kenyataan pahit itu dengan kepala terangkat.
**
Beberapa hari kemudian, di pagi hari, saat pelabuhan tengah sibuk, mengangkut ikan, turis, material monster dan barang-barang lainnya, Celes dan timnya berdiri bersama Aria dan Ignis. Dengan membawa tas ransel dan senjata masing-masing, Celes berdiri di tengah teman-temannya untuk mengucapkan perpisahan pada mereka.
"Sepertinya... kita berpisah di sini, ya," ucap Celes dengan suara bergetar. Ia mencoba tersenyum, tetapi air matanya kembali mengalir. Ia memandang ke arah teman-temannya satu per satu, sambil berusaha untuk tetap kuat.
Ren mengusap matanya yang merah. "Hei, jangan menangis. Ini bukan akhir segalanya, kan?" ucapnya mencoba ceria, meskipun suaranya pun terdengar serak.
Kael, yang selalu menjadi sosok pelindung mereka, menepuk bahu Celes dengan lembut. "Kita akan bertemu lagi. Entah kapan, tapi aku yakin ini bukan selamanya," katanya sambil mencoba tegar.
Ezra hanya tersenyum tipis, tetapi tatapannya penuh arti. "Jaga diri kalian. Dan ingat, kita tetap teman, tidak peduli seberapa jauh kita berpisah."
Arden, yang jarang berbicara, akhirnya membuka suara. "Jangan menyerah, Celes. Kita akan selalu terhubung, meskipun kita terpisah jauh,"
Celes menggenggam erat tali ranselnya, menatap Aria yang diam mendengarkan dari kejauhan. "Aria... terima kasih untuk segalanya. Kau lebih dari sekadar pengawas bagi kami. Kau seperti kakak yang selalu mendukung, meski kami banyak membuat kesalahan," katanya dengan suara penuh rasa syukur.
Aria mendekat, tersenyum lembut. "Ini bukan akhir perjalanan kalian. Ini hanya babak baru dari perjalanan kalian. Jadilah lebih kuat dan perbanyak pengalaman mu, dan aku yakin setelah kita bertemu kembali, kita sudah menjadi hunter yang hebat," ucap Aria menyemangati Celes dan yang lainnya.
**
Setelah semuanya kembali tegar dan tersenyum, kapal yang mereka tumpangi pun datang menjemput mereka. Saat kapal mereka mulai menjauh, Celes dan teman-temannya melambai ke arah Aria dan IgnisIgnis sambil berkata, "Kami tidak akan melupakan ini. Sampai jumpa, lagi Aria!."
Setelah kapal mereka mulai menjauh Aria tersenyum kecil di pelabuhan, tepat sebelum dirinya menaiki kapal berikutnya, dengan tersenyum sambil berkata kepada Ignis, "Baiklah Ignis, mari kita mulai perjalan kita berikutnya," ucap Aria mengencangkan tali tas dan longsword miliknya, kemudian menaiki kapal bersama Ignis.
~Bersambung~