Sebelum Grant sempat menjawab, suara seorang perempuan terdengar dari luar bengkel. "Kakek Grant, kau di dalam? Aku ingin mengambil pesananku!"
Grant menoleh ke arah Aria. "Gadis muda, kita bicarakan soal harga nanti. Aku harus melayani pelanggan lain dulu," katanya sambil pergi ke gudang. Ia kembali dengan stand kayu yang memuat armor dan senjata berupa pedang ganda.
Merasa suara itu familiar, Aria mengikuti Grant ke pintu bengkel. Ternyata, pelanggan itu adalah Mira, salah satu seniornya.
Mira, yang terkejut melihat Aria dengan armor dan senjata baru, langsung berkata, "Aria, kenapa kau ada di sini? Dan apa yang terjadi dengan perlengkapan lamamu?" tanyanya, melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.
"Ceritanya cukup panjang untuk dijelaskan," jawab Aria sambil berusaha menjauhkan wajah Mira yang terlalu dekat dengannya.
****************
Setelah Mira sedikit tenang, Aria mulai menjelaskan semua yang dialaminya bersama Kaiden.
"Kau bilang apa!? Kau dan Kaiden bertarung melawan Myrgola? Dan kau terluka, serta perlengkapanmu rusak akibat cairan korosifnya Myrgola?" Mira mengulang dengan nada terkejut sebelum melanjutkan, "Seharusnya kau tidak menerima quest itu, dan Kaiden tidak seharusnya membawamu ke dalam situasi berbahaya seperti itu!"
Mira terus mencerca Aria dengan ceramah panjang selama beberapa menit, membuat Aria hanya bisa mengangguk kecil sambil merasa sedikit bersalah.
Setelah ceramah panjang berlalu, Mira kembali bertanya kepada Aria, "Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Kau sudah punya perlengkapan baru, tentu kau pasti sudah punya rencana, bukan?"
"Perkataanmu ada benarnya, Senpai. Mungkin sudah saatnya aku mencoba mengambil ujian kenaikan peringkat. Tapi sebelum itu, aku harus membayar perlengkapanku dulu," jawab Aria sambil mengambil kantong kecil berisi beberapa Rinzt.
"Permisi... Umm, Kakek Grant, berapa harga perlengkapanku ini?" tanya Aria penasaran, memegang kantong kecil itu erat di tangannya.
Grant mengangguk kecil, menghitung dalam pikirannya sebelum menjawab. "Sebentar ya... Hmm, karena perlengkapan ini adalah barang lama yang sudah lama tersimpan di gudang, dan bahan pembuatannya cukup mudah didapat, harganya sekitar dua ribu Rinzt."
Mira, yang mendengar bahwa perlengkapan itu adalah barang lama, mulai menunjukkan keraguan. Dengan nada setengah bergumam, ia berkata, "Aku tidak yakin kalau perlengkapan itu aman dan memenuhi standar kelayakan."
Mendengar ucapan itu, Grant hanya tertawa kecil. Dengan senyum ramah, ia menjelaskan, "Mungkin kau berpikir begitu karena ini barang lama. Tapi meskipun begitu, aku selalu merawat setiap perlengkapan yang kubuat. Aku memastikan semuanya tetap terjaga kualitasnya, meski sudah lama tidak digunakan."
Setelah mendengar perkataan itu, Aria membayar dua ribu Rinzt kepada Kakek Grant. Setelah semuanya dijelaskan, Mira akhirnya mengerti dan berkata, "Kalau begitu, aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Oh iya, aku hampir lupa, berapa biaya pesanan milikku?" tanyanya, teringat bahwa ia juga harus membayar.
Grant mengangguk sambil menghitung. "Biaya perawatan rutin lima ratus Rinzt, perbaikan dan pemolesan senjata agar lebih tajam seratus Rinzt, dan biaya lainnya seribu Rinzt. Jadi totalnya seribu enam ratus Rinzt. Oh, iya, aku hampir lupa. Bisa bawakan busur dan anak panah baru ini untuk Lyra? Bilang padanya dia bisa membayarnya nanti. Katakan juga bahwa aku sudah memperkuat talinya, jadi dia tidak perlu khawatir lagi."
"Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu. Aku mau mengecek quest apa saja yang baru datang di guild hari ini," ucap Mira sambil membawa busur, anak panah, serta armor dan senjatanya.
"Aku juga pamit. Aku harus bersiap untuk mengikuti ujian kenaikan peringkat," ucap Aria, berpamitan dengan Grant.
Di luar Silverglade Homestead
Setelah berpamitan dengan Grant dan Garrik di Silverglade Homestead, Aria melihat Mira berjalan menjauh. Sambil sedikit berteriak, ia memanggil, "Mira-senpai, tunggu aku!" ucapnya sambil berlari dengan napas terengah-engah.
Mira, yang mendengar panggilan itu, berhenti dan menoleh. Ia menunggu hingga Aria berhasil menyusulnya.
Setelah sampai dengan napas tersengal, Aria berkata, "Mira-senpai, aku ingin pergi ke guild bersamamu."
"Seharusnya kau bilang lebih awal jika ingin pergi ke guild bersama-sama. Aku bisa menunggumu tadi," ujar Mira sambil membawa perlengkapannya dan busur milik Lyra.
"Maaf, aku baru terpikirkan untuk pergi ke guild bersamamu. Omong-omong, Mira-senpai, bukankah sebaiknya kau mengantarkan busur milik Lyra-senpai dan menyimpan perlengkapanmu di rumah terlebih dahulu?" tanya Aria.
"Uwahh, kau benar! Aku benar-benar lupa. Maaf, Aria, tapi apa kau bisa menunggu sebentar? Aku harus mengembalikan ini kepada Lyra," ucap Mira sambil bergegas pergi meninggalkan Aria di tengah perjalanan.
---
Beberapa Menit Kemudian, Mira kembali, kali ini bersama Griffin dan Lyra yang kebetulan juga ingin pergi ke guild. Saat melihat Aria, Griffin dan Lyra terkejut dengan penampilannya yang berbeda. Mereka langsung melontarkan pertanyaan yang sama seperti yang Mira tanyakan sebelumnya.
Aria, yang sudah siap dengan pertanyaan itu, menjelaskan semuanya kepada Lyra dan Griffin. Setelah mendengar penjelasan, Griffin menyela, "Aku terkejut kau dan Kaiden berhasil membunuh Myrgola di rawa-rawa pada malam hari. Dan setelah itu, kau langsung mengganti armor serta senjatamu daripada memperbaikinya. Jika memikirkan biaya dan waktunya pasti tidak sedikit."
Aria hanya tersenyum kecil dan berkata, "Memperbaiki perlengkapan lama rasanya terlalu berisiko, terutama setelah pertarungan berat seperti itu, belum lagi masalah material dan waktu yang di perlukan serta biaya perbaikan yang tidak sedikit. Jadi, aku rasa mengganti dengan yang baru adalah pilihan terbaik."
*********
Setelah berbincang cukup lama, mereka akhirnya tiba di Hunter Guild. Mira, Lyra, dan Griffin segera menuju papan quest untuk memilih misi mereka, sementara Aria pergi ke meja resepsionis untuk mendaftar ujian kenaikan peringkat.
Beberapa menit kemudian, semuanya selesai dengan urusan masing-masing:
Aria mendapat quest untuk mengalahkan Azogra.
Mira dan Lyra mengambil quest perburuan Popoga untuk mengambil dagingnya.
Griffin mengambil quest gathering.
Anehnya, semua quest tersebut berada di lokasi yang sama, yaitu Frostspire Peaks.
*******
Menurut informasi dari resepsionis guild, Frostspire Peaks adalah wilayah pegunungan tinggi di ujung utara wilayah desa Astoria. Tempat itu terkenal karena cuacanya yang ekstrem. Sebagian besar areanya tertutup salju abadi, dengan puncak-puncak yang diselimuti awan tebal dan suhu yang sangat dingin.
Karena lokasi quest mereka sama, mereka memutuskan untuk pergi bersama dan menyelesaikan misi masing-masing hari itu juga.
*********
Sebelum berangkat, mereka mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, termasuk:
Bom cahaya dan bom suara.
Whetstone untuk mengasah senjata.
Pickaxe untuk mengumpulkan mineral.
Makanan dan ramuan pemanas untuk melawan suhu ekstrem.
***********
Setelah semua persiapan selesai, mereka memulai perjalanan ke Frostspire Peaks dengan bantuan seekor Felyron yang menarik gerobak menggunakan Arbuck. Perjalanan ini memakan waktu yang cukup lama. Beberapa kali mereka harus berhenti untuk beristirahat dan memastikan kondisi mereka tetap prima.
Setelah dua setengah hari perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di kaki Frostspire Peaks. Sayangnya, Arbuck tidak dapat melanjutkan perjalanan lebih jauh karena cuaca ekstrem dan medan bersalju. Gerobak pun harus ditinggalkan, dan mereka terpaksa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju area tujuan.
************
Perjalanan mendaki menuju area tujuan sangat melelahkan, tetapi mereka akhirnya tiba di sebuah lokasi datar yang sering digunakan sebagai pos peristirahatan bagi para hunter. Angin dingin menusuk kulit, dan salju yang tebal membuat tempat ini terasa seperti dunia yang berbeda.
Griffin segera memberi instruksi, "Baiklah, kita sudah sampai di titik yang dituju. Sekarang, mari kita dirikan tenda di sini. Setelah semuanya siap, kita akan berpencar untuk menjalankan quest masing-masing."
***********
Dengan bekerja sama, mereka berhasil mendirikan tenda yang cukup kuat untuk menahan cuaca ekstrem. Saat tenda berdiri kokoh, Lyra melanjutkan, "Mulai dari titik ini, kita akan berpisah. Setelah quest selesai, kita kembali ke sini untuk berkumpul."
Semua anggota tim mengangguk setuju. Dengan perlengkapan mereka yang sudah siap, mereka mulai berpencar, masing-masing menuju lokasi untuk menyelesaikan quest mereka.
*******
Aria, yang membawa Razor Fang Blade dan mengenakan Hunter's Vanguard, berjalan perlahan menembus salju. Langkah kakinya terbenam dalam salju tebal, meninggalkan jejak yang cepat tertutup oleh angin. Dia menatap jauh ke arah hamparan salju dan tebing besar yang membentang di depannya, sementara bayangan besar Azogra yang disebutkan dalam quest mulai terlintas di benaknya.
Di kejauhan, Mira dan Lyra terlihat berjalan bersama menuju lembah bersalju, sementara Griffin memilih jalur menuju tebing mineral yang terjal. Namun, semakin mereka menjauh satu sama lain, semakin sunyi suasana.
Aria berhenti sejenak, menarik napas panjang. Tiba-tiba, terlihat sebuah siluet bayangan besar yang tertutup kabut es berjalan perlahan menuju ke arah Aria.
Dia menggenggam pedangnya erat-erat dan, sambil berisiap untuk menyerang dia berteriak sedikit keras, "Siapa disana...!?
~Bersambung~