Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Terjebak Skandal CEO Dingin

Kata_Sederhana
--
chs / week
--
NOT RATINGS
7.8k
Views
Synopsis
"Saya mau kamu tidur dengan saya!" ucap lelaki itu dengan sorot mata yang tidak pernah main-main. Riehla terguncang akan kalimat yang keluar dari mulut pria satu itu. "Maaf, Pak. Untuk yang satu ini saya gak bisa! Saya masih punya harga diri. Saya gak mau mengecewakan orang tua saya." Lelaki itu menatap Riehla lebih tajam. "Apa susahnya tidur dengan saya? Bukannya kamu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah kamu?" cover by : canva
VIEW MORE

Chapter 1 - Kesepakatan dengan CEO

Hidup lagi capek-capeknya, paling sempurna jika memiliki Bos yang menyebalkan. Rasanya mau menghilang saja dari dunia yang penuh dengan permasalahan. Seperti itulah yang dirasakan Riehla yang harus bekerja lembur sebagai seorang Editor Perusahan penerbit yang baru pulang jam 5 subuh tadi. Niatnya ingin tidur selama 2 jam sebelum kembali berangkat ke Kantor, baru akan tidur sekitar jam setengah 6, ada telepon masuk dari Ellio-CEO. Tahu apa yang dikatakan lelaki berwajah tembok dan bersuhu dingin layaknya kulkas dua pintu? Riehla disuruh datang ke Rumah-nya sekarang juga. Ingin rasanya Riehla mencaci-maki Bos-nya yang satu itu namun ia tidak memiliki keberanian sebesar dinosaurus.

"Bukannya kamu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah kamu?"

Ellio berhasil menyadarkan Riehla bahwa ia memang sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Adhi-Ayah Riehla yang dua hari lalu mengalami kecelakaan motor. Salah satu kaki-nya mengalami cedera serius sehingga membutuhkan uang yang tidak sedikit. Riehla menjauhkan handphone, menghela nafas. Ellio pasti sudah mencari tahu apa yang sedang terjadi dengannya sehingga percaya diri bahwa Ellio dengan mudah bisa menaklukkan Riehla.

"Saya mau bayaran dua kali lipat dari biasanya."

"Saya akan suruh Randy mengurusnya secepatnya."

"Sekitar setengah jam saya baru sampai." Lalu, Ellio memutus telepon itu lebih dahulu.

Riehla lempar asal handphone ke atas kasur, seolah ia tidak takut jika handphone ternyata jatuh ke lantai di mana mungkin Riehla harus melakukan perbaikan pada handphone. Dari sekian banyaknya pegawai di Kantor, untuk kedua kalinya Ellio memilih Riehla. Apakah Riehla semudah itu? Sesungguhnya Riehla sedikit membenci dirinya sendiri karena mau dibayar melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan. Namun, keadaan membuatnya harus menang dari harga diri.

Beberapa saat kemudian...

Sebuah motor berhenti tepat di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi. Datang seorang security dengan pakaian hitam. Membukakan gerbang dan Riehla membawa masuk motor scoopy putih-nya itu. Terus mengendarai sampai berhenti di depan sebuah Rumah besar bercatkan putih. Riehla pinggirkan motor, menaruh helm yang sebelumnya ia pakai di kaca spion. Berjalan ke arah pintu, menekan bel. Pintu langsung terbuka menampakkan seorang lelaki dengan setelan jas hitam yang dikenal sebagai tangan kanan Ellio. Ya, lelaki yang tak kalah tampan dari Ellio itu Randy-Asisten Ellio. "Saya akan antar kamu menemui Pak Ellio. Dia sudah menunggu kamu." Riehla ikut dengan lelaki yang sama kakunya dengan Ellio. Terus berjalan hingga di depan sebuah pintu berwarna hitam.

"Pak Ellio ada di dalam, kamu bisa langsung masuk." Lalu, melangkah pergi dari sana.

Riehla ketuk pintu, sebelum membukanya. Melangkah masuk dengan langkah sedikit tertekan. Bagaimana tidak tertekan jika Riehla tahu bahwa ia akan melakukan hal yang tidak ia suka seperti sebelumnya? Ya, walau ia belum tahu detailnya harus melakukan apa. Intinya pikiran Riehla sudah buruk akan Ellio. Menghentikan langkah sedikit jauh dari meja kerja di mana Ellio sedang terduduk di kursi kerja dengan kacamata yang dipakainya. Ellio yang bersandar pada sandaran kursi, melipat kedua tangan di depan dada. "Saya mau kamu tidur dengan saya!" Dengan sorot mata yang tidak pernah main-main.

Mata Riehla sedikit membulat. Dirinya terguncang akan kalimat yang keluar dari mulut pria satu itu. Kali ini apa lagi?! Tidak cukupkah sebulan yang lalu menjadi kekasih pura-pura sampai Riehla mendapat hadiah yang bagus sekali yaitu sebuah tamparan yang cukup membuat pipinya merah dari perempuan yang tidak Riehla mengerti siapanya Ellio?

"Maaf, Pak. Untuk yang satu ini saya gak bisa! Saya masih punya harga diri. Saya gak mau mengecewakan orang tua saya." Riehla pikir jika Ayah dan Ibu-nya sampai tahu mereka pasti akan kecewa.

"Apa susahnya tidur dengan saya?"

Riehla rasa ceo-nya itu sudah tidak waras. Bisa-bisa ia menyamakan Riehla dengan perempuan-perempuan yang "seperti itu"! Harga diri Riehla terluka. Ia salah sudah menerima tawaran itu. "Mungkin saya terlihat semudah itu. Tapi, saya masih punya harga diri. Saya gak mau melakukan hal yang hanya akan membuat diri saya sendiri dan orang tua saya kecewa."

Ellio berjalan ke arah Riehla dengan gaya jalannya yang selalu cool. Menghentikan langkah tepat di hadapan Riehla. "Saya rasa apa yang ada di otak kamu dengan saya, berbeda."

"Berbeda gimana? Jelas-jelas Bapak ngajak saya tidur bareng."

"Memang saya ngajak kamu tidur bersama."

"Sudahlah, Pak. Saya gak mau melanjutkan kesepakatan ini!"

Ketika Riehla hendak melangkah pergi dari sana, salah satu tangannya digapai Ellio. "Saya gak akan menyentuh kamu."

Rihela menoleh ke arah Ellio beriringan dengan dilepasnya tangan Riehla. "Saya semakin gak ngerti. Sebenarnya Pak Ellio itu menyuruh saya tidur bareng Bapak buat apa kalau gak menyentuh?"

"Kita cukup tidur di kasur yang sama."

Apa? Riehla semakin dibuat bingung. Di saat kebingungannya itu datang Randy. "Dia akan tiba setengah jam lagi," kata Randy sembari menatap Ellio.

"Gimana? Kamu mau kan?" tanya Ellio pada Riehla.

"Saya saja masih belum mengerti gimana mau memutuskan."

"Saya cuma butuh kamu buat berakting kalau kita ini habis menghabiskan malam yang panjang."

"Bapak mau membuat seseorang marah lagi ya kayak di Restaurant waktu itu?"

"Iya."

Setelah memikirkan dalam waktu singkat dan ternyata dirinya masih aman, Riehla pun menerimanya. Namun, apakah kali ini ia akan mendapat hadiah lagi? Atau lebih dari sebuah tamparan? Sesungguhnya Riehla tidak suka jika dirinya terlihat seperti perebut kekasih seseorang. Namun, ia butuh uang Ellio.

Riehla yang berada di Kamar tamu, menatap dirinya yang sudah memakai dress yang berbentuk kemben itu di cermin yang menampilkan seluruh tubuh. Walau dirinya masih terjaga, jika Ayah-nya tahu apa yang ia lakukan itu apa tetap akan kecewa? Riela melakukan itu semua demi pengobatan sang Ayah. Merasa kurang nyaman dengan dress modelan seperti itu, Riehla pakai kemeja putihnya. Berjalan keluar dari dalam sana yang ternyata sudah ada Randy yang menunggunya. Randy membawa Riehla ke depan Kamar Ellio. Randy buka pintu Kamar. "Silakan masuk," kata Randy.

Riehla melangkah masuk dengan perasaan tak menentu. Di sana tidak ada siapa-siapa dan Randy menutup pintu. Menyadari akan kemunculan seseorang dari arah Kamar Mandi, Riehla menoleh dan mendadak ia langsung mengalihkan pandangan. Ellio hanya mengenakan celana pendek tanpa sehelai benang pun yang menutupi dada bidangnya dan perut roti sobeknya yang terlihat sempurna itu. Ellio mengabaikan reaksi Riehla, merebahkan tubuh di atas ranjang. "Kamu bisa tidur sekarang," ucap Ellio.

Tanpa menatap Ellio sama sekali Riehla berjalan ke arah ranjang dengan degup yang sedikit tidak normal. Rasanya lebih menegangkan dari saat di Restaurant itu.