Chereads / Terjebak Skandal CEO Dingin / Chapter 2 - Mempertahankan Konsep

Chapter 2 - Mempertahankan Konsep

"Tunggu!" ujar Ellio sembari menatap Riehla.

"Ada apa?" Masih tidak berani menatap Ellio. Perihalnya Ellio masih saja mengumbar pemandangan sempurna itu.

"Lepas baju kamu sekarang!" Rasanya seperti Riehla benar harus melepas bajunya.

Riehla lupa jika ia masih menggunakan kemejanya. Mau bagaimana yaa, ia terlalu malu untuk menunjukkan betapa indahnya dress itu di badannya. Saat Riehla mencoba membuka satu persatu kancing kemeja, Ellio mengalihkan pandangan. Ternyata lelaki itu masih memiliki rasa hormat. Ia masih menghargai karyawatinya. Riehla rebahkan tubuh di samping Ellio dengan kemeja yang terus ia pegangi. Menutupi sebagian tubuh, membiarkan bahunya terlihat. Gunanya memakai dress yang satu itu untuk terlihat seperti tidak mengenakan sehelai benang pun saat ditutup selimut. Dan konsep Ellio dengan memamerkan sedikit dada bidangnya.

Tok tok tok

Pintu terbuka, menampakkan Randy. "Sudah di depan," ucap Randy. Lalu, ditutupnya kembali pintu.

"Yang perlu kita lakukan hanya pura-pura tidur. Jangan buka mata kamu sebelum terdengar suara perempuan berbicara!" Tanpa menatap Riehla.

"Iya."

Randy membuka pintu setelah terdengar suara bel. Nampak seorang perempuan cantik berkulit putih, berambut hitam lurus pendek sedikit di bawah telinga dengan tubuh cukup tinggi dan pakaian yang sedikit seksi. Sebelum dipersilakan masuk perempuan itu melangkah masuk ke dalam. "Ellio ada di Kamar-nya kan?" Sembari terus berjalan tanpa menatap Randy.

"Iya."

Perempuan itu terus berjalan hingga di depan pintu Kamar Ellio. Sebelum menyentuh knop pintu, Randy berdiri di depan perempuan itu. Menghalangi perempuan itu masuk. "Minggir, Randy!" perintah perempuan itu dengan tegas.

"Ada baiknya Anda tidak masuk."

"Kenapa? Apa saya akan melihat hal gak menyenangkan di dalam?"

"Pak Ellio tidak suka jika awal paginya diganggu."

"Kamu pikir saya akan percaya? Minggir!" Dengan sekuat tenaga perempuan itu menyingkirkan Randy dari depan pintu dan dengan cepat dibukanya pintu. Perempuan itu tersenyum sinis melihat pemandangan depan sana. Melangkah untuk lebih masuk. Ditatapnya kedua manusia beda jenis itu yang masih asik terlelap.

"Kamu pikir saya akan menyerah setelah melihat semua ini?! Yak, Ellio!" Dengan akhirnya kata 'yak, Ellio' yang dibuat dengan nada sedikit tinggi.

Perlahan mata Ellio dan Riehla terbuka seolah mereka benar tidur dan terusik akan suara berisik perempuan itu. "Kania," ucap Ellio sembari menatap perempuan yang menatap Ellio tajam. Riehla lihat perempuan yang sedang menahan amarah itu. Perempuan yang berbeda dari saat di Restaurant. Sebenarnya Ellio memiliki kekasih berapa? Apa mereka semua kekasih Ellio? Jadi, Ellio itu playboy?

"Alih-alih perempuan di sebelah kamu itu, seharusnya aku. Aku mau kok, El. Aku jamin aku lebih baik dari dia!"

Ellio mendudukkan diri. "Saya yakin sebelum kamu menerobos masuk, Randy sudah mengatakan kalau saya gak suka kalau awal pagi saya ada yang mengganggu!"

Kania berjalan ke arah Riehla. Ketika Kania hendak membuka selimut yang menutupi tubuh Riehla, dengan cepat Riehla mencegahnya. Jika sampai terbuka, semuanya akan kacau dan kemungkinan besar Riehla tidak akan dibayar. Padahal ia sudah melangkah sejauh itu. Kania terus mencoba membuka selimut dan Riehla terus mempertahankannya. "Bawa dia keluar sekarang!" Dengan nada tegas. Randy seret Kania keluar.

"Aku gak akan menyerah!" Itulah kalimat terakhir yang disampaikan Kania sebelum menghilang dari sana. Ellio beringsut dari atas ranjang untuk menutup pintu yang ia kunci. Membalikan tubuh ke arah Riehla yang mencoba mendudukkan diri.

"Kamu bisa pulang setelah Kania pulang."

"Iya." Sembari menatap ke arah selimut. Ellio berjalan ke arah lemari, menarik asal kaos yang ia pakai. Barulah Riehla bisa melihat Ellio. Setelah itu Riehla tatap sekeliling di mana ia baru menyadari suasana Kamar Ellio yang identik dengan warna abu-abu. Kamar-nya menggambarkan bagaimana karaker Ellio.

"Saya kira saya akan mendapat hadiah lagi," ucap Riehla dengan nada suara sedikit pelan.

"Hadiah? Seingat saya, saya tidak memberi kamu hadiah selain uang yang sudah kita sepakati." Sembari berdiri.

"Hadiah tamparan."

"Jadi, kamu menginginkannya?"

"Yang pasti nggak. Saya cuma mencoba menebak."

Drrrtt

Ellio ambil handphone yang berada di atas nakas. Menatapnya beberapa saat sebelum menoleh ke arah Riehla yang tengah menatapnya. "Kamu bisa pulang sekarang." Lalu, berjalan ke arah pintu. Membuka pintu. Riehla berjalan pergi dari hadapan Ellio. Menoleh ke arah belakang di mana Ellio menutup pintunya. Tidak langsung pergi dari sana, Riehla masuk ke dalam Kamar tamu. Tentu berganti pakaian. Tidak mungkin ia pulang dengan dress yang hanya dipinjamkan itu. Riehla taruh dress di atas kasur, lalu melangkah pergi dari sana.

Saat menuruni anak tangga terlihat Randy yang berdiri dari duduk. "Biar saya antar sampai depan," kata Randy saat Riehla sudah dekat dengannya.

Walau Randy sama kakunya dengan Ellio, tetapi Randy sedikit lebih baik. Randy perhatikan Riehla yang memakai helm lalu naik motor-nya.

"Mari, Pak Randy." Randy hanya diam dengan terus memperhatikan Riehla yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Beberapa saat kemudian...

Ellio keluar dari dalam Kamar dengan sudah berpakaian rapi, siap ke Kantor. Saat melewati Kamar tamu langkahnya terhenti. Disentuhnya knop pintu, membukanya. Melangkah masuk dan didapatinya dress yang sebelumnya Riehla pakai. Ellio teringat setiap pembicaraannya dengan Riehla beberapa saat lalu. Melangkah pergi dari sana membiarkan dress itu tetap di tempat semula Riehla menaruhnya.

Tidur setengah jam? Yang ada Riehla tidak bisa tidur. Tanpa memiliki kesempatan tidur, Riehla langsung bergegas berangkat kerja. Dan saat di pertengahan jalan, ia terjebak macet gara-gara ada kecelakaan. Riehla pun mau tidak mau harus menunggu karena tidak mungkin putar arah. Perihalnya depan-belakang serta kanan-kirinya mepet kendaraan. Riehla menunggu dengan tidak tenang. Bagaimana ini?! Ia bisa telat. Saat kendaraan depan mulai berjalan, Riehla lansung menjalankannya.

Buru-buru memarkirkan motor dan melangkah masuk ke dalam Gedung Kantor dengan tergesa-gesa karena ia sudah telat 10 menit. Sebelum berhasil mendudukkan diri di kursi kerja, Riehla bertemu Ellio. Saling berhadapan dan Ellio terpantau melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kamu tahu sekarang jam berapa?!"

Tidak adakah kebaikan dari Ellio untuk Riehla yang sudah membantunya? Ya, walau Riehla tahu bahwa ia dibayar. "Maaf, Pak. Saya telat."

"Saya paling tidak suka dengan keterlambatan!"

"Keterlambatan itu juga karena Anda" ingin sekali Riehla mengatakan hal itu namun lagi-lagi hanya sebagai angan-angan. Ia tidak memiliki keberanian.

"Sekali lagi saya minta maaf." Hanya itu yang bisa Riehla katakan. Kata selain itu hanya akan ia ucapkan dalam hati.

"Atas keterlambatan yang sudah kamu lakukan, kamu akan diberitahu kepala Editor apa yang harus kamu lakukan untuk menebusnya!" Ellio berlalu dari hadapan Riehla yang hanya bisa menerima takdir menyebalkannya itu.