"Riehla itu teman apa? Kuliah? Sma? Smp?" tanya Ellio sembari fokus mengemudi.
"Sma," jawab Yura sembari mengingap setiap kenangan yang mereka lalui bersama.
"Sekelas?"
"Mm."
"Pasti gak dekat. Beda geng."
Yura tersenyum mendengar hal itu. "Sok tahu." Lalu, menoleh ke arah Ellio.
"Kalau kalian dekat reaksi Riehla gak akan seperti itu." Lalu, menoleh sebentar ke arah Yura.
"Benar. Kita kayak orang asing." Nampak wajah seperti orang yang menyesal. Yura merasa bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Riehla.
Di tempat lain, lebih tepatnya di Ruang Kerja, Riehla yang sedang mengerjakan pekerjaannya itu, diam sejenak. Pikirannya tertuju pada Yura. Setelah sekian lama akhirnya mereka kembali bertemu. Bahkan yang membuat Riehla tak menyangka bahwa Yura adalah Sepupu Ellio. Rasanya dunia ini benar-benar sempit.
"Kamu gakpapa?" tanya Kepala Editor yang sudah berdiri di samping Riehla.
"Gakpapa, Bu." Sembari menatap Kepala Editor.
"Ada beberapa yang perlu direvisi," sembari meletakkan tumpukkan kertas di atas meja.
"Harus selesai hari ini?"
"Kenapa?"
"Saya masih revisi novel pria payung merah."
"Gak harus selesai hari ini. Kalau kamu merasa pusing, bisa istirahat sebentar." Kepala Editor melangkah pergi dari sana.
Beberapa jam kemudian...
Riehla sedang merapikan meja, karena sebentar lagi waktu pulang. Sesaat sebelum melangkah pergi dari sana, datang Randy. Riehla pakai tas sembari menatap kedatangan orang kepercayaan Ellio itu.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Riehla saat Randy menghentikan langkah kaki tepat di hadapannya.
Randy perhatikan satu persatu karyawan yang pergi, hingga menyisakan mereka berdua. "Malam ini Pak Ellio butuh bantuan."
"Bayarannya?"
"Akan dibahas sesampainya di Rumah Pak Ellio."
"Bercanda. Kali ini Pak Ellio gak perlu bayar saya. Anggap saja sebagai rasa hormat saya pada Pak CEO. Saya bareng Pak Randy kan?"
"Iya." Riehla melangkahkan kaki diikuti Randy.
Beberapa saat kemudian...
Randy dan Riehla melangkah masuk ke dalam Rumah Ellio. Rumah yang perlahan rasanya sudah tidak seasing awal. Randy memberitahu Riehla untuk menemui Randy di Ruang Kerja-nya yang berada di dekat Ruang Tengah. Riehla berdiri di depan pintu berwarna hitam, mengetuknya.
Melangkah masuk. Berdiri di sedikit jauh dari meja. "Malam ini kamu akan menjadi Kekasih pura-pura saya lagi," ujar Randy yang duduk di kursi kerja dengan pakaian santai.
"Masalah bayaran, Bapak gak perlu bayar saya."
"Kenapa? Sepertinya kamu sedang berbaik hati."
Riehla tersenyum tipis. "Iya. Saya sedang baik hati."
"Kamu bisa pergi temui Randy."
"Kalau gitu saya permisi." Ellio perhatikan Riehla yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Randy membawa Riehla ke Kamar tamu yang selama ini menjadi tempat Riehla berada saat di Rumah Ellio. "Sebentar lagi seseorang yang membantu kamu mempersiapkan semuanya, akan datang. Kalau ada yang mau ditanyakan, saya ada di bawah." Randy tinggalkan Riehla sendiri.
Ditaruhnya tas di atas nakas, lalu keluar Balkon. Memperhatikan pemandangan di luar sana yang tidak ada satu orang pun. Tentu saja. Di Rumah dengan halaman yang cukup luas itu hanya ada Ellio seorang yang tinggal di sana. Nampak sebuah mobil yang datang. Berhenti di Pelataran Rumah.
"Apa itu orang-orang yang akan membantu aku bersiap?" Riehla perhatikan ada tiga orang perempuan dengan satu orang membawa baju, satu lainnya membawa tas yang lumayan besar dan satu orang lagi membawa sebuah paper bag.
Riehla melangkah masuk, menutup pintu Balkon. Duduk cantik di tepi ranjang sampai datang Randy bersama orang-orang itu. "Saya mau dibuat secantik mungkin," kata Randy sembari menatap ketiga perempuan itu.
"Baik, Pak. Percayakan saja sepenuhnya sama kami," kata salah satu dari mereka.
"Paling lama dua jam!" ucap Randy.
Ketika didandani seperti itu, dipakaikan dress yang cantik, serta sepatu yang seperti sepatu milik Cinderella, Riehla merasa bak putri di negeri dogeng. Ia sedang dimanja dan itu berkat Ellio. Jika Riehla menolak membantu Ellio, ia tidak akan pernah merasakan hal seperti itu.
Mereka menyelesaikan sebelum waktu yang diberikan Randy habis. Riehla berdiri di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya yang sudah seperti seorang putri. Riehla menyukai dirinya yang terlihat cantik seperti itu. "Kapan lagi aku bisa pakai pakaian bermerek kayak gini," gumam Riehla dengan nada cukup pelan.
Tok tok tok
Riehla menoleh ke arah pintu yang terbuka. Manik matanya bertemu dengan manik mata Randy. Randy yang melihat perubahan Riehla dari sebelumnya, dalam hati mengakui betapa cantiknya Riehla. "Kalian bisa pergi sekarang," kata Randy pada orang-orang itu.
Setelah kepergian ketiga perempuan itu, Randy berjalan mendekati Riehla yang masih di depan cermin. Saat sudah berada di dekat Riehla, dibukanya kotak yang sedari tadi ia pegang. Riehla lihat isi kotak itu yang berisi anting dan kalung yang sangat indah. "Buat saya pakai?" tanya Riehla.
"Iya."
Dengan wajah sangat cerah karena bisa mencoba perhiasan yang terlihat mahal dan indah itu, Riehla segera memakai anting terlebih dahulu. Memperhatikan diri baik-baik dengan anting yang cocok dengannya. Anting itu sungguh menambah kesan cantik.
"Biar saya bantu," ucap Randy. Diambilnya kalung, menaruh kotak di atas kasur.
Randy berdiri di belakang Riehla, dipakaikannya kalung itu pada Riehla. Selesai memakaikan Randy yang masih berdiri di belakang Riehla, perhatikan perempuan itu yang nampak senang. Terlihat dari senyumnya yang manis dan indah.
"Sudah selesai kan?" tanya Ellio yang berdiri di ambang pintu.
Sontak Randy langsung berjalan ke arah Ellio, sementara Riehla hanya menatapnya. Mereka bertiga turun ke bawah. Ellio dan Riehla duduk di sofa panjang.
"Kali ini siapa yang harus saya hadapi?" tanya Riehla sembari menatap Ellio.
"Kakek saya."
Terlonjak kaget. Riehla kira ia akan berpura-pura di depan perempuan lain. Nyatanya di depan keluarga Ellio. Mendadak Riehla lebih gugup dari biasanya. Bagaimana jika ketahuan?
"Kamu tenang saja. Saya akan pastikan kita gak akan ketahuan," ucap Ellio.
Riehla sungguh tak menyangka bahwa ia harus berpura-pura hingga di hadapan keluarga Ellio. Apa tidak apa membohongi orang tua? Belum apa-apa Riehla sudah merasa buruk.
Beberapa saat kemudian...
Ellio dan Riehla berdiri dari duduk saat seorang pria lansia datang. Ellio cium punggung tangan Kakek-nya itu, begitu pun Riehla yang mengikuti. Kakek-nya duduk di sofa single. "Jadi ini perempuan yang akan kamu nikahi?"
Bentar-bentar. Nikah? Riehla pikir ia hanya berperan sebagai Kekasih pura-pura. Sebenarnya apa yang Ellio katakan?
"Kamu benar gakpapa dengan Cucu saya yang satu ini?"
"Pak, eh maksud saya Mas. Mas Ellio memang terkesan dingin orangnya tapi dia seseorang yang lembut dan perhatian."
Randy datang membawa minum dan cemilan. "Randy sudah punya calon juga?" tanya Kakek-nya Ellio.
Randy yang berdiri, tersenyum tipis. "Nanti akan ada waktunya."