Chereads / Terjebak Skandal CEO Dingin / Chapter 10 - Siapa yang Suka Riehla?

Chapter 10 - Siapa yang Suka Riehla?

Berjalan ke arah Riehla sembari membuka jas yang sedari tadi ia pakai. Bukannya menaruh di sofa, pria itu memakaikannya pada Riehla yang padahal sudah sedikit hangat dengan hoodie yang dikenakannya. Memperhatikan perempuan yang usianya 1 tahun di bawahnya. Alih-alih duduk di samping Riehla yang masih cukup lega, Ellio kembali duduk di kursi.

***

Pagi telah datang menyapa Riehla yang terbangun lebih dahulu dari yang lain. Mendapati sebuah jas yang menutupi badannya. Tentu Riehla tahu siapa pemiliknya. Menoleh ke arah Randy yang masih tidur di kursi. Bukankah itu lebih terasa tidak nyaman dari di sofa? Padahal Riehla sudah menyisakan ruang untuk manusia dingin kedua itu.

Mata yang terbuka selanjutnya adalah Randy. Dilihatnya Ellio yang masih tertidur, dan saat menoleh ke arah Riehla, perempuan itu tengah menatapnya. "Terima kasih atas jas-nya." Menaruh jas yang sudah dilipat di atas meja. Lalu, dapat Ellio rasakan perutnya yang terasa perih. Butuh asupan. Mengambil handphone yang berada di dalam saku hoodie. Melihat jam.

"Gimana kalau kita cari makan?" Sembari menoleh ke arah Randy yang sedang menatap layar handphone.

"Boleh. Mumpung Pak Ellio masih tidur." Mereka berdua pergi tinggalkan Ellio yang tidak lama kemudian terbangun dari tidurnya.

Dilihatnya ruangan itu yang hanya ada ia seorang diri. Ke mana orang-orang? Apakah benar pergi sebelum Ellio menyuruhnya pergi? Ellio tidak marah hanya saja ia ingin tahu ke mana Riehla dan Randy.

Riehla mengajak Randy melihat apakah ada yang bisa mereka makan di sekitar Rumah Sakit dan ada penjual bubur ayam. Setelah memesan, mereka menempati salah satu meja di mana baru ada mereka berdua. "Pak Randy bekerja dari awal Kantor dibuka ya?" tanya Riehla yang duduk di hadapannya.

"Iya."

"Pak Randy tahan juga dengan Pak Ellio. Apa karena sikap kalian yang lumayan mirip?" Lalu, tersenyum. Menandakan bahwa obrolannya tidak serius.

"Mungkin. Kamu sendiri kenapa masih bertahan?"

"Sudah nyaman?" Lalu, tersenyum lagi.

Kembalinya Randy ke Rumah Sakit tanpa Riehla yang akan balik ke Hotel. "Riehla mana?" tanya Ellio yang tengah terduduk di atas brankar dengan tv menyala.

"Sudah kembali ke Hotel." Sembari berjalan ke arah sofa. Tanpa menatap Ellio.

"Kamu mengantarnya?"

"Dia pergi sendiri." Yang sudah duduk di sofa.

"Seharusnya kamu antar."

"Kenapa saya harus mengantarnya?"

"Sudah sewajarnya mengantar seseorang yang disuka." Sembari menoleh ke arah tv.

"Maksud Bapak saya suka sama Riehla?"

"Kalau nggak suka, kamu gak akan menyelimuti Riehla dengan jas kamu." Sembari menatap layar tv.

Ternyata diam-diam Ellio menyaksikannya. Siapa sangka jika Ellio terbangun. "Itu gak bisa diartikan sebagai rasa suka."

Riehla keluar dari dalam Kamar Mandi dengan sudah berpakaian santai. Berjalan ke arah nakas di mana handphone-nya terus bergetar.

"Hallo, Pak." Ellio menghubunginya.

"Besok kita akan kembali, jadi sebaiknya hari ini kamu gunakan buat jalan-jalan."

"Gimana bisa saya bersenang-senang di saat Pak Ellio di Rumah Sakit."

"Saya gak butuh rasa kasihan dan saya gak suka ada yang membantah! Sebaiknya kamu turuti perkataan saya. Jangan coba-coba membohongi saya! Karena saya akan minta kamu buat mengirim foto-foto ke mana saja kamu pergi. Saya bisa tahu kalau foto itu editan."

"Iya, Pak." Dengan nada setengah malas. Padahal Riehla tak masalah jika harus di Hotel. Jika bosan ia bisa ke Rumah Sakit.

Setelah obrolan antara Bos dan Karyawatinya itu selesai, Ellio taruh handphone kembali di atas nakas. Saat menoleh ke arah Randy tak disangka pria itu sedang menatapnya. "Ada apa?" tanya Ellio.

"Bukankah Pak Ellio yang terlihat seperti menyukai Riehla?"

"Saya? Dari mana?" Dengan wajah tak habis pikir dengan apa yang ada di otak Randy.

"Bukannya Bapak sebagai CEO terlalu peduli dengan apa yang dilakukan karyawatinya? Saya rasa terserah Riehla kalau dia memilih hanya di Hotel." Obrolan itu terus berlanjut. Kedua pria itu seperti sedang mencari siapa yang menyukai Riehla.

"Saya akan merasa bersalah kalau dia memilih diam di Hotel. Saya sudah membuatnya datang ke sini secara tiba-tiba. Membuatnya merasa bersalah atas hal yang bukan salahnya."

Tidak tahu mau ke mana, yang Riehla tahu hanya Pantai. Riehla yang sesungguhnya sedikit malas jalan-jalan, namun tidak ingin mengabaikan perintah Ellio, nyatanya pergi ke Pantai. Pantai yang untungnya jaraknya tidak jauh dari Hotel.

Sampainya di Pantai, Riehla langsung membiarkan kedua kakinya yang memakai sandal, disapu air. Menikmati udara yang belum terlalu siang itu. Mengingat perkataan Ellio sebelumnya di telepon, ia pun mengambil beberapa foto. Tengah asik berfoto, ia mendapati seseorang yang tenggelam. Meminta tolong.

Dijatuhkannya handphone, segara menolong perempuan yang kepalanya timbul-tenggelam.

"Coba telepon Riehla. Jangan-jangan tuh anak masih di Hotel," ucap Ellio sembari menatap Randy yang sedang memainkan handphone.

Randy yang duduk di sofa mencoba segera menelepon Riehla yang tidak diangkat. Mencoba menelepon lagi namun tidak juga diangkat. "Gak diangkat juga," kata Randy sembari menoleh ke arah Ellio.

"Coba lagi." Mendadak perasaan Ellio tidak karuan.

"Hallo," ucap seorang perempuan di seberang sana yang suaranya jelas bukan Riehla.

"Ini siapa? Bukannya ini nomor Riehla?" tanya Randy dengan wajah heran.

"Saya menemukan handphone ini di tepi Pantai. Apa mungkin punya Mbak yang mencoba menyelamatkan orang yang tenggelam tapi malah ikut tenggelam."

"Ikut tenggelam?!" Sembari menatap Ellio yang raut wajahnya sudah berubah.

"Sekarang Mbak yang ikut tenggelamnya di mana?" tanya Randy.

"Lagi dibawa ke Rumah Sakit."

Beberapa saat kemudian...

Ellio ikut Randy duduk di kursi panjang yang ada di Lobi. Randy mendapat informasi jika Riehla akan dibawa ke Rumah Sakit tempat Ellio dirawat. Saat terlihat seseorang yang dibawa masuk menggunakan brankar, Ellio dan Randy langsung menghampiri dan itu Riehla yang tidak sadarkan diri. Kedua pria itu langsung mengikuti.

Riehla dibawa masuk ke dalam IGD bersama perempuan yang hendak ia tolong itu. "Sebenarnya apa yang terjadi?! Gimana bisa Riehla ikut tenggelam," ucap Ellio.

"Mungkin ada hal yang terjadi saat Riehla mencoba menolongnya," ujar Randy.

***

Membutuhkan waktu tidak sebentar sampai Riehla yang sudah mendapat Kamar, untuk sadar. Ellio meminta Riehla mendapat Kamar vip. Dan sekarang Ellio dan Randy sedang memperhatikan Riehla yang perlahan membuka matanya. "Pak Ellio, Pak Randy." Dengan nada cukup pelan.

"Gimana bisa kamu tenggelam?!" ucap Ellio dengan nada tegas.

"Kita bisa membicarakannya nanti," kata Randy sembari menatap Ellio.

"Maaf, sudah merepotkan." Dengan wajah merasa bersalah.

"Gakpapa. Kamu pasti gak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi."

"Seharusnya saya gak minta kamu buat jalan-jalan," ucap Ellio. Lalu, melangkah pergi dari sana. Riehla merasa semakin bersalah. Ia sudah membuat Ellio marah pasti. Bisa-bisanya Riehla merepotkan Ellio dan Randy.