Mita yang sedang memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah kontra kerjanya berakhir. Semua uang yang dia kumpulkan sudah bisa membeli satu rumah dan satu toko di bawahnya. Tapi Mita masih belum tahu apa yang akan dia bangun untuk usahanya nanti.
Tapi melihat hasil karya yang dia tulis sudah terjual dan mendapatkan kontra kerja. Dari hasil menulis Mita masih ragu untuk menerimanya. karena Mita juga harus memikirkan bayi kecil nanti yang sudah lahi. Tapi karena terlalu lalah untuk memikirkannya Mita hanya kembali tertidur lagi dan melupakan semua yang sudah terjadi.
Malam yang panjang dan melelahkan hingga pagi datang menjemput semua pelayan dan pegawai yang sudah bangun. Untuk mereka melakukan pekerjaan mereka. Mita yang bersama dengan Bibi Ica membuat sarapan di dapur untuk tuan muda.
"Mita,"kata Ica.
"Iya bibi ada apa,"kata Mita yang melirik ke arah bibi Ica.
"Apa tadi malam kamu keluar ruangan Mita,"ucap Ica.
"Iya bibi. Tapi bibi kenapa bisa tahu aku keluar ruangan,"kata Mita yang melihat ke arahnya.
"Bibi tahu dari sekertaris tuan muda,"kata Ica.
"Tapi kenapa kamu keluar ruangan Mira, ingat kamu masih menjaga kandungan kamu dan kesehatan kamu juga. Malam tadi buangan cuaca dingin tidak baik untuk kesehatan kamu,"kata Ica yang menasehati.
"Maaf bibi aku tadi keluar karena mau melihat bintang, Lain kali aku tidak akan mengulangi lagi,"ucap Mita yang merasa bersalah.
"Baiklah tapi jangan kamu ulangi lagi, sebentar lagi kamu juga mau lahiran bukan,"kata Ica.
"iya bibi. Tapi Bibi MIta boleh tanya sesuatu tidak,"kata Mita.
"Apa yang ingin kamu tanyakan Mita, jika bibi bisa menjawabnya,"kata Ica.
"Tapi ini sedikit menyinggung tuan muda. Apa tidak masalah,"kata Mita.
"Apa yang ingin kamu ketahui tentang tuan muda MIta,"kata Ica.
"Ini soal orang tua tuan muda. AKu tidak pernah melihatnya saat tuan muda datang ke pulau ini,"kata Mita yang penasaran dengan orang tuanya.
Bibi ica hanya menghela nafas saja dan tidak berkata apa-apa. Ica yang melihat ke arah lain dan kemudian melihat kearah Mita yang masih menatapnya. Bibi Ica yang datang mendekat lalu berbisik ke telinga Mita."Orang tua tuan muda sudah tiada,"bisik bibi Ica.
"Maaf saya tidak tahu soal itu,"ucap Mita yang membuka ras asakit orang di pulau ini.
"Untuk apa kamu meminta maaf. Itu sudah terjadi sangat lama. Tapi kenapa kamu ingin tahu soal ornag tua tuan muda,"kata Ica.
"Aku hanya penasaran saja, karena tidak pernah melihatnya sama sekali,"kata Mita sambil memotong sayuran. Selesai dengan pembicaraan itu Mita dan Bibi Ica kembali melanjutkan aktifitasnya. Dimana semua makanan sudha siapa untuk disajikan. Makanan yang sudah disajikan di waktu yang sama dengan tuan muda datang untuk sarapan.
Mita yang menaruh makanan itu mendapatkan tatapan dari seorang yang membuat Mita merasa tidak nyaman."kenapa aku merasa ada yang melihat ya,"kata Mita yang menoleh ke belakang.
Tapi Mita yang menoleh ke belakang melihat tuan muda Alex yang menatap ke arahnya. Membuat Mita kembali melihat ke depan dan berjalan ke dapur. Mita yang berpikir apa dia melakukan kesalahan sampai taun muda Alex melihatnya begitu dengan serius.
Bibi Ica yang melihat sikapa Mita yang aneh bertanya kepadanya."Mita jika kamu lelah kamu bisa istirahat dulu,"kata Ica.
"Tidak bibi, hanya saja kenapa tuan muda Alex melihat saya dari tadi. Apa salah melakukan kesalahan?,"kata Mita yang bertanya kepada bibi Ica.
"Apa tuan muda melihat kamu, mungki dia khawatir karena kamu sedang hamil. Jadi kamu tidak usah pikirkan,"kata Bibi ica. Mita yang merasa sudah terjawab dari apa yang dikatakan oleh bibi Ica merasa lega.
Kembali Mita mulai mengerjakan yang lain bersama dengan palayan yang lain. Setelah dapur sudah selesai dikerjakan bersama dengan bibi Ica. Tapi di sela Mita hendak pergi keluar untuk menyapu membantu pelayan yang lain. Alex bersuara untuk Mita tetap tinggal didapur bersama denga bibi Ica.
Mita yang mendengar itu tidak bisa membantah perintah tuannya. Segera dia kembali ketempa bibi yang berdiri sampai tuan muda Alex selesai makan. Alex yang dengan santai makan hidangan yang dibuat oleh bibi Ica dan Mita dengan lahap.
Sampai Alex telah selesai menikmatinya bibi Ica dan Mita membereskan semua hidangan yang sudah disajikan oleh Alex. Alex yang dibantu oleh Bibi Ica pergi keruang kerja pribadi. Sedangkan Mita yang membereskan semua hidangan yang ada. Karena pekerjaannya tidak terlalu berat, tidak membuat Mita lelah.
Tapi ditempat lain di ruang kerja Alex Bibi ica yang sedang bersama dengan Alex."Bibi apa pekerjaan yang diberikan oleh Mita tidak akan membahayakannya,"kata ALex.
"Tuan muda tidak usah khawatir itu tidak akan membuat Mita dalam bahaya. tapi kenapa tuan melihat Mita dari dari.A pa tuan khawatir dengan Mita,"kata Bibi ica.
"Tidak hanya saja aku merasa gelisah dengan kandungannya yang sudah besar,"kata Alex. Sedangkan Bibi Ica hanya tersenyum saja mendengarnya.
"Apa tuan ingin berpikir tentang usulan dokter Rendra,"kata bibi Alex.
"Usul apa yang bibi ini katakan,"kata Alex yang pura-pura tidak ingat.
"Tuan muda jangan bilang anda tidak inga. Jika saran saya itu usul yang bagus. jika tuan muda ingin lepas dari tunangan anda. Tapi Mita apa dia mau membantu tuan muda,"kata Bibi Ica sambil berpikir.
"Kenapa bibi berpikir seperti itu,"kata Alex yang tidak tahu kenapa bibi Ica berkata seperti itu kepadanya. Tapi Alex yang berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Rendra dan bibi Ica. Mereasa apa yang dikatakan itu bisa berguna juga. Tapi masalahanya ada Mita sendiri apa dia mau apa lagi dia memiliki sedikit trauma dengan menikah. Tebakkan Alex yang melihat situasi dari Mita sendiri.
Setelah hatai itu Alex masih berpikir tentang usulan yand diberikan oleh Rendra. Sementara di tempat lain Mita yang tidak tahu apa-apa hanya bisa melakukan dengan biasa saja. Hari demi hari telah berlalu dimana harai yang dinanti telah datang untuk Mita
Sembilan bulan dimana Mita akan melakukan persalian. Di minggu pertama bulan itu juga MIta yang hanya bisa bersantai dengan pekerjaan yang ringan untuk olahraga Mita sebelum persalian. karena tanggal persalinan sudah ditetepakan. Di kondisi itu juga Mita tidak boleh terlalu capek dan selalu harus ada seornag untuk menemaninya.
Mita yang berdebar tidak sabar menuggu anak ini bisa lahir ke dunia ini untuk menjadi teman dari Mita dan keluarganya."Mita apa kamu sudah tahu akan kamu berinama siapa anak kamu,"kata bibi Ica.