Chereads / Dhani My Life Partner / Chapter 8 - Kejutan saat OSIS Masuk ke Kelas

Chapter 8 - Kejutan saat OSIS Masuk ke Kelas

Hiii, sebelum melanjut membaca. Jangan lupa follow ya! pastikan bakalan dapat updatean yang menarik ya! Support terus novel ini untuk kejutan yang menarik! Bantu saya untuk menjadi author yang baik, dan karya yang apik! Terimakasih sebelumnya. Kalau kalian suka dengan karya saya, bisa klik follow dan tombol like ya!

Masuk sekolah telah tiba. Aku merasa gugup dan berdebar-debar saat memasuki gerbang sekolah. Ini adalah hari pertamaku di SMP. SMP Negeri 5 adalah SMP Favorit dikalangan banyak orang. Aku berharap bisa bertemu teman-teman baru dan guru-guru yang baik. Aku juga ingin belajar banyak hal dan mengejar cita-citaku. Aku berjalan menuju kelas yang sudah ditunjukkan oleh guru piket. Aku membuka pintu kelas dengan hati-hati.

Aku melihat banyak siswa yang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku mencari bangku kosong untuk duduk. Aku menemukan satu di pojok kelas. Aku berjalan ke sana dan meletakkan tas dan bukuku di atas meja. Aku duduk dan terdiam.

Tiba-tiba, aku merasakan ada yang menepuk pundakku dari belakang. Aku kaget dan menoleh. Dia tersenyum lebar padauk

"Gw boleh duduk sini ?" Dia berkata dengan nada riang.

Dia tampak senang dan duduk di sampingku. Dia memperkenalkan dirinya dengan ceria.

"Gw Jasmine Permatasari. Gw dari sekitaran sini tinggalnya. Gw lihat kamu sendirian, jadi gw mau nemenin kamu. Gw orangnya suka berteman sama semua orang. Kamu namanya siapa? Tinggal dimana?"

Aku melihat wajahnya yang begitu ceria dan bersinar. Matanya yang penuh semangat seperti dua bola api. Bibirnya yang senyum lebar seperti bunga matahari. Rambutnya yang pendek dan pirang seperti sinar matahari. Aku tak bisa berhenti mengagumi orang ini, yang duduk disampingku. Namanya cukup unik Jasmine. Btw, Jasmine menanyai aku dengan banyak pertanyaan. Aku merasa tertarik dan ingin mengenalnya lebih jauh. Aku menjawabnya dengan jujur dan antusias.

"Aku Namanya Jessica Putri, tinggalnya jauh dari sini. Rumah aku deket perbatasan, lebih tepatnya di Perumahan Grand Village Opera." Aku menjawab sambil menatap jendela yang menghadap ke halaman sekolah.

"Wow, itu jauh sekali. Kenapa kamu milih masuk sini" Dia bertanya lagi.

"Karna sekolahnya bagus aja sih, favorit diantara yang lain. Jadi aku kepikiran masuk sini, masuk sini aja juga susah kan. NEM nya harus tinggi banget, baru bisa masuk. Kalo engga bakalan susah."

"Oh, gw ngerti. Sekolah ini bagus kok. Gw masuk sini, karna gubernur siapa gitu. Lulusan sini, terus jadi kayak viral dan bagus aja ngerasa gitu. Senang berkenalan denganmu. Kamu sepertinya ceria gw liat liat"

"Oh pastii, aku emang orangnya ceria dan happy happy." Aku berkata sambil merapihkan kerudung

Datang kedua OSIS masuk ke kelas. Satu OSIS cowok, dan satu OSIS cewek. Lalu mereka memberikan arahan kepada kami semua. Aku bosan dengan arahan-arahan OSIS itu. Mereka hanya membahas tentang peraturan-peraturan sekolah yang membosankan. Aku melirik ke arah Jasmine. Dia juga tampak bosan. Dia mengeluarkan buku gambar dari tas dan mulai menggambar sesuatu. Kok dia bisa kepikiran bawa buku gambar. Aku penasaran apa yang akan dia gambar. Apakah Jasmine akan menggambar gunung dan desa? Jasmine mulai menggambar, aku suka sekali cara dia mengekspresikan dirinya dengan warna-warna cerah dan indah. Dia tampak begitu ceria dan bahagia. Aku ingin tahu apa yang membuatnya tersenyum saat dia menggambar. Dia sepertinya sangat berbakat dan ahli tentang gambar. Aku ingin mendekatinya dan melihat gambarnya lebih jelas. Tapi sebelum aku bisa bergerak.

OSIS cewek itu berteriak, "EH! Jangan gambar-gambar di kelas! Sini, serahkan buku gambar lu sini!"

Aku kaget dan menoleh ke arahnya. Ternyata dia menunjuk ke Jasmine. Jasmine juga sama, terlihat kaget dan menutup bukunya secara perlahan. Aku merasa penasaran pada Jasmine. Aku ingin melihat apa yang dia gambar di bukunya. Buku itu pasti berisi gambar-gambar yang menakjubkan.

"Serahkan buku gambar elu sekarang juga! Elu gak boleh menggambar di kelas! Elu tuh harus fokus mendengarkan arahan kami!" tegas OSIS cewek.

"Eh, maaf Kak. Saya tidak bermaksud mengganggu. Maaf yah, saya gamau buku ini tolong jangan disita ya kak, saya minta maaf." ucap Jasmine dengan nada memohon.

"Yaudah kalo gamau disita, tetapi lu harus nurut! Ini nih udah melanggar peraturan sekolah! Liat terus dong, kita ngapain aja, jangan sok sok sibuk sendiri. Kalo bukunya gamau disita, liatin gw terus bisa ga!" tegur OSIS cewek dengan nada keras.

Dengan tetap tenang, Jasmine menjawab, "Baik Kak, Maaf ya."

OSIS cewek tampak ragu dan terdiam sejenak. Akhirnya, dia berbicara dengan suara lebih lunak, "Baiklah, kali ini saya akan membiarkan. Tapi ini pengecualian, dan pastikan tidak mengganggu proses pembelajaran lainnya. Tetap fokus dan hormati aturan sekolah."

Akhirnya Jasmine tersenyum lega, "Terima kasih, Kak. Saya akan memastikan untuk tidak mengganggu proses pembelajaran lagi."

Setelah kesepakatan itu tercapai, suasana di kelas memang menjadi lebih harmonis. Namun, aku mulai memperhatikan sikap serius OSIS cowok terhadap Jasmine. Sementara itu, aku memilih untuk bersikap acuh dan cuek, tidak memberitahu Jasmine. Ya sudah lah, jangan terlalu diliatin Osis Cowok ini. Nanti terlalu pede baginya. Akupun mencoba mengalihkan perhatianku dari OSIS cowok yang tampak serius terhadap Jasmine, aku memutuskan untuk fokus pada keadaan Jasmine yang semakin jengkel dengan perlakuan OSIS cewek. Aku merasa terganggu oleh sikap mereka yang seolah mengintimidasi Jasmine.

Aku melihat betapa Jasmine berusaha menahan emosinya, tetapi jelas terlihat bahwa perlakuan OSIS cewek tersebut membuatnya tidak nyaman. Aku merasa perlu melakukan sesuatu untuk membantu Jasmine dan mengubah situasi yang tidak menyenangkan ini.

Aku mendekatinya dan berkata, "Boleh aku lihat bukumu? Aku suka sekali dengan gambarmu. Kamu sangat berbakat."

"Nanti gw tunjukkin ya."

"Oke, aku tunggu ya." Aku berkata dengan nada antusias.

Aku melihat Jasmine tersenyum tipis dan mengangguk. Aku merasa senang bahwa dia mau berbagi bukunya denganku. Aku merasa bahwa dia mulai terbuka dan percaya padaku. Aku liat kembali wajahnya yang sudah sedikit tenang. Akhirnya Jasmine bisa menahan emosinya. Syukurlah, aku ngerasa bisa membantu dia dalam menenangkan emosinya. Namun, ada hal lain yang menarik perhatianku. OSIS cowok itu berjalan dengan lambat, sambil memperhatikan name tag setiap orang. sambil memperhatikan name tag setiap orang. Aku merasa deg-degan. Apa yang mau dia lakukan? Apakah dia mau menegur kami karena tidak memperhatikan arahannya?