Chereads / Berinkarnasi ke Dunia Lain / Chapter 18 - Ep 18 : Balas Dendam Sang Pemimpin

Chapter 18 - Ep 18 : Balas Dendam Sang Pemimpin

Setelah cukup beristirahat, sekarang adalah giliran ku untuk berjaga sedangkan Anastasia beristirahat.

Di dalam hutan yang gelap itu tidak terlihat apapun selain pohon dan api unggun kami.

Aku pun hanya terduduk sambil memperhatikan sekitar.

Krresekkkk....

Tiba-tiba muncul sebuah suara di balik semak, mendengar suara itu aku pun berdiri dan bergegas untuk mengeceknya, menggunakan sihir api, aku pun mengeluarkan sebuah api kecil dari ujung jari ku sebagai penerangan.

Kresekk....

Kresek...

Semakin aku mendekat suara itu semakin terdengar jelas, sampai aku berada di semak sumber suara itu.

Saat aku ingin membuka semak itu, aku dikagetkan dengan Aurora yang memegang pundak ku dari belakang.

"Wahh... " Kataku sambil melompat terkejut. Terlihat Aurora dengan rambut yang acak-acakan sudah berada di belakang ku, sepertinya dia juga terbangun oleh suara dari semak itu.

"Ssstt.. jangan berisik, nanti yang lain bangun. "

"Kau sih, ngapain ngagetin. "

"Ahhh.... iya maaf, jadi kau sudah menemukan sumber suara itu?. "

"Belum, ini baru mau ku cari tau. "

Srakkk...

Srakkk...

Suara itu kembali terdengar dari belakang semak, aku dan Aurora lalu mengecek semak itu. Dan saat kami berdua membukanya, tidak ada apa-apa disana.

"Tidak ada apa apa tuh... mungkin hewan kecil kali.. "

"Ya sudah kau kembali istirahat sana, aku akan lanjut berjaga."

Saat kami kembali berjalan, dari belakang terlihat ada sepasang bola mata yang melihat kami dari kegelapan.

Walau aku tidak melihat nya secara langsung, tapi aku bisa merasakan aura yang kuat dari sana. Ketika aku melihat kearah Aurora, mungkin karena dia baru bangun tidur dia tidak merasakan aura itu.

Saat sampai aku lalu duduk di dekat api unggun, sedangkan Aurora kembali tidur sambil memeluk Yukka.

Setelah itu, tidak ada kejadian apapun sampai pagi hari menyapa kami lagi.

"Huwaahhh... segarnya tidur kali ini... " Anastasia pun bangun, diikuti Yukka dan Aurora, sedangkan Tohru sudah bangun terlebih dahulu.

Dengan sisa daging kemarin, Yukka membuat sarapan untuk kami santap sebelum melanjutkan kan perjalanan.

Aku berinisiatif untuk mencari beberapa buah di dalam hutan sebagai tambahan makanan untuk kami. Aku pun mengajak Tohru untuk membantu ku, walaupun dengan wajah yang jutek dia pun ikut dengan ku.

Kami berjalan cukup jauh memasuki hutan, sampai basecamp kami tidak terlihat lagi.

Karena tak tahu harus mengobrol apa dengan Tohru, keadaan pun menjadi canggung.Tak ingin keadaan terus seperti ini, aku memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"A.. Anu... Tohru... "

"Hmmmmppp"

"Ceritain dong tentang dirimu dong.. aku penasaran nih.. "

"Untuk apa kau ingin mengetahui tentang diriku, apa kau tidak cukup hanya menyiksaku sampai seperti ini!!. " jawab dia dengan nada kesal.

"Bukan begitu, aku hanya ingin mengetahui tentang mu agar bisa memahami dirimu, bukas sebagai majikan dan pelayan, tapi sebagai teman."

Mendengar perkataan ku Tohru menghela napas, sepertinya dia sudah mulai mau berbicara kepadaku walaupun wajah nya masih terlihat kesal.

"Baiklah, akan ku beritahu beberapa. Kau sudah sadar kan jika aku dan Anastasia sudah saling kenal, itu karena dulu wyvern dan naga hidup berdampingan dengan damai. Sampai suatu saat salah satu petinggi bangsa wyvern memecah perang, akhirnya kami pun diasingkan dan selalu bermusuhan dengan bangsa naga. "

"Jadi saat kau menyerang kota kemari adalah perintah dari si atasan itu?. "

"Iya, aku diperintahkan menyerang kota itu karena mengetahui jika Anastasia dan Aurora ada disana. "

"Jadi begitu ya, apakah kau akan baik-baik saja setelah gagal melaksanakan misi itu?. "

"Sepertinya dia tidak akan peduli dengan ku, baginya aku hanyalah sebuah pion yang bisa diganti kapan saja. "

"Oh iya, kalau boleh tau siapa nama orang yang memberikan mu tugas ini?. "

"Namanya adalah Jiy-"

Belum menyelesaikan perkataan nya, aku mendorong Tohru.

"Kau apa apan sih.. Tiba-tiba mendorong.... ku... "

Sebuah Anak panah menancap di perut bagian kiri ku.

"Hoho.... reflek yang bagus, padahal aku tidak berniat untuk mengenai dirimu, tapi dengan bodohnya kau malah melindungi wanita itu. "

Kata seorang wanita yang keluar dari lebatnya pepohonan hutan, dia memiliki tanduk, ekor, dan sayap sama seperti Tohru, Dia membawa sebuah busur sebagai senjata.

"Ughhh.. Aku.. tidak bisa bergerak... "

"Niannn.... "

"Hahahahaha, jelas lah kau itu sudah terkena racun dan sebentar lagi kau akan mati... Dan sekarang waktunya untuk membunuh mu, Tohru. "

Wanita itu menarik busur miliknya bersiap untuk menyerang Tohru. Tidak tinggal diam, Tohru berlari ke wanita itu mencoba untuk menyerang nya.

Pertarungan di antara mereka pun pecah, Tohru dan wanita itu saling membalas serangan tapi terlihat jika wanita itu lebih unggul dari Tohru.

"Gwahhh... "

Tohru melompat mundur setelah mendapatkan serangan telak di wajahnya.

"Apa ini?, apakah Tohru memang selemah ini pantas saja tuan membuang mu... "

Terprovokasi olah ucapannya, Tohru kembali melesat dan menyerang wanita itu.

Aku mencoba untuk menguat kan diri ku untuk berdiri, tapi tubuhku terasa sangat sakit jika digerakkan.

"Ayolah.. ayolahhh... tubuh sialan... "

Aku pun berhasil berdiri walaupun dengan rasa sakit yang teringat sangat, aku pun mengeluarkan pedang katana milikku dan mulai membantu Tohru.

Aku berlari maju menyerang wanita itu, aku menebaskan pedang ku padanya, tapi dia dapat menangkis nya dengan busur yang dipegangnya.

Tohru pun melanjutkan serangan bersama dengan ku, kami berdua memberikan serangan secara bergantian kepadanya, tapi semua dapat dihindari.

Sebaliknya serangan dari wanita itu banyak yang mengenai kami terutama Tohru.

Wanita itu melesat kearah Tohru, lalu menendang nya tepat di bagian dada, Tohru pun terbental menabrak beberapa pohon lalu jatuh pingsan.

Yang tersisa hanya lah aku, dengan tenaga yang tersisa aku melancarkan beberapa tebasan padanya, tapi hasilnya tetap sama.

"Sudahlah... tidak usah memberontak, nanti kau juga akan mati kok.. "

Wanita itu menangkap pedang ku dengan jarinya, lalu mengepalkan tangannya dan memukul tepat di anak panah yang tertancap do perutku membuat nya menembus perutku.

"Gwahhh.. "

Aku terduduk lemas, darah mulai mengucur dari perut dan mulutku.

"Apakah ini akhirnya..."

Kataku dalam hati, aku sekuat tenaga berusaha untuk tetap sadar, tapi rasanya sangat sulit. Sampai saat aku hampir tak sadarkan diri aku mendengar sebuah suara memanggil namaku.

"Nian..... "