Setelah mendengar panggilan itu, aku tiba berada di sebuah ruangan yang bertemakan jepang tradisional.
Didalam ruangan itu duduk seorang wanita mengenakan kimono dengan perpaduan warna hitam dan merah, serta memiliki corak kupu-kupu.
Wanita itu memiliki mata merah seperti ruby, rambut hitam panjang, dan dua tanduk bewarna merah yang tumbuh keatas. Di belakang wanita itu ada 3 tiga buah topeng berwarna merah dengan corak muka iblis melayang di belakang wanita itu.
"Kenapa aku bisa disini, siapa kau?.."
"Kamu tidak ingat aku ya, padahal kamu sendiri yang setuju untuk membawaku bersamamu. "
"Kamu.... kamu pedang pemberian dewi Natash?. "
Wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Lebih tepatnya aku adalah roh penunggu dari pedang itu. Aku dikenal dengan julukan " Crimson mask demon Himari" untuk mu silahkan panggil Himari saja.
Menyadari jika Tohru dalam bahaya, aku pun berusaha mencari cara untuk keluar dari ruangan ini, aku mencoba membuka pintu tapi di baliknya hanya ruangan gelap nan kosong.
"Oy.. oy... mau kemana kamu. "
"Aku harus kembali, temanku dalam bahaya. "
tiba-tiba Himari berdiri dari duduk nya, lalu berjalan kearah ku diikuti ketiga topeng dibelakang nya.
"Besar juga bicaramu untuk seorang yang akan mati. " ucapnya sambil berjalan kearah ku, saat dia sampai di hadapanaku, dia pun memeluk ku, dia mendekat kan mulutnya ke telingaku lalu berkata.
"Kalau begitu, aku akan membantu mu.... "
"Benarkah..? "
"Tapi dengan syarat. "
"Apa itu? "
"Menjadi satu dengan ku. "
"Apa maksud mu, menjadi satu... "
"Kau akan segera tau, nah sekarang tinggal menunggu jawaban darimu. "
Aku pun merenungkan pilihan itu, aku merasa jika pilihan itu adalah sebuah jebakan, tapi fakta jika aku tidak cukup kuat untuk menyelamatkan temanku saat ini menjadi pertimbangan di dalam pikiran ku.
Setelah berpikir sejenak, aku pun menentukan untuk menerima tawaran Himari.
"Aku terima syarat darimu, tolong berikan kau kekuatan untuk menyelamatkan Tohru. "
"Pilihan yang bagus. "
Sambil tersenyum, Himari mendekat kan bibir nya lalu menciumku. Setelah itu aku pun kembali ke dunia nyata dimana wanita itu terlihat sudah berdiri di depan Tohru siap untuk membunuhnya.
"Matilah kau.. "
Disaat dia menebaskan pedang itu kepada Tohru, aku menggenggam nya dengan tangan kiri ku. Darah mengucur dari tangan ku, wanita itu tampak terkejut lalu melompat mundur meninggalkan pedang nya.
"Apa apaan ini, seharusnya racun ku sudah membunuhmu. "
Aura merah mulai menyelimuti diriku, sebuah tanduk tumbuh di kepala kanan ku, dan juga luka luka yang kuterima perlahan mulai sembuh.
Aku membuang pedang itu ke tanah, lalu mengambil pedang pemberian dewi Natash.
"Kau akan mati disini, ingat perkataan ku. " kataku dan Himari dengan suara yang bergabung menjadi satu membuat penyerangan itu bergidik ngeri.
"Bersiap lah.. "
"Hah... kau bisa apa emangnya, cuma tumbuh tanduk jangan kira bisa mengalahkan ku. "
Tak menghiraukan ejekan wanita itu, aku melesat maju dan menyerang nya. Serangan pertama aku lancarkan dari kanan, aku mengayunkan pedang ku kearahnya.
Dia pun menahan nya dengan busur ditanganya, tapi kali ini dengan kekuatan dari Himari, pedang ku dengan mudah membelas busurnya dan memberikan luka sayat di perutnya.
"Gwahhh.. "
Aku pun melancarkan serangan kedua, kali ini aku melesat ke belakang nya, mengayunkan pedang ku dengan target untuk memenggal lehernya.
Tapi wanita itu segera melompat maju berusaha menghindari serangan ku, melihat itu aku mengganti arah serangan ku ke bawah.
Srashhh...
Dengan tebasan pedang ku, aku berhasil memotong tangan kanan nya.
"HUWAAA!!! TANGANKU... TANGANKU!!! "
Darah mengucur dari pergelangan tanganya yang putus.
Karena dia melihat tidak ada cara menang dariku, dia pun bersujud dan memohon kepada ku.
"Tolong ampuni.... aku... tuan... "
"Enyahlah."
Tidak mempedulikan itu, aku memenggal kepalanya. Tubuhnya pun terjatuh ke tanah dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya.
Setelah itu, sebuah lubang hitam muncul dan menelan tubuh wanita itu sampai tak bersisa.
Setelah pertarungan selesai, aku kembali menyarungkan pedang pemberian Natash ke tempatnya, dan segera mengecek keadaan Tohru.
Aku memanggil namanya sembari menggoyang kan tubuhnya.
Tak lama Tohru pun terbangun.
"Hmmppp, Nian.... "
"Tidak apa-apa kan kamu Tohru."
"Dimana dia, dimana wanita itu?. "
"Dia sudah kukalahkan. "
"Kenapa ada tanduk di kepala kanan mu?. "
"Oh ini, kapan kapan akan kejelasan, sekarang kita harus kembali ke basecamp. "
Setelah itu aku membantu Tohru untuk berdiri dan memapahnya berjalan kembali menuju basecamp.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara di kepalaku.
"Jadi dia yang namanya Tohru, cantik juga. "
Suara itu berasal dari Himari yang sekarang berada di dalam diriku.
"Sstt.. diam. "
"Kamu bicara dengan siapan,Nian? "
Tanya Tohru yang kebingungan karena aku berbicara sendirian.
"Ahahahaha... tidak apa-apa kok, mungkin karena pertarungan tadi kepalaku jadi sedikit pusing. "
"Hmm... oke.. "
"Lain kali, aku akan menjawab mu jika tidak ada orang. "
"Ihhh tega deh.. "
Kami pun melanjutkan berjalan menuju basecamp