Chereads / arc valeria / Chapter 4 - bab 4 : arc valeria

Chapter 4 - bab 4 : arc valeria

Kembali lagi ke rumah ini, masih tidak ada dia. Malaikat pelindungku. Sayapmu mengembara di udara. Kuharap, hidup kan berlangsung lama. Agar aku bisa melihat senyumu sekali lagi. malaikat pelindungku, pertemuan adalah hasil dari pencarian.

-----------------

"Aku pulang".

"Sinka, kamu sudah pulang". Alena mendekap putrinya erat.

"Mamah kenapa?". Tanya Sinka heran. dia sudah sering pergi lama. Tapi baru kali ini melihat ibunya begitu khawatir.

"Mamah takut kamu dalam bahaya, sekarang kota sedang tidak aman. Ada pembunuh berantai yang berkeliaran". Jelas Alena.

"Pembunuh berantai?". Alena mengangguk.

"Kamu istirahat dulu, nanti mamah ceritakan". Sinka beranjak ke kamarnya, dia masih penasaran tentang pembunuh itu.

"Ouh iya, Sinka! Saat kamu tidak ada, ada seorang gadis datang kerumah menanyakan kamu". Langkah Sinka terhenti, dia berbalik menatap ibunya.

"Siapa?".

"Mamah tidak tau, dia datang menanyakan kamu, mamah bilang kamu sedang tidak ada. Lalu dia pergi begitu saja". Jelas Alena.

"Dia orangnya seperti apa?". Alena mencoba berpikir kembali.

"Dia berambut panjang, dengan flat hijau muda. Terus memakai gelang merpati. Dia juga memiliki tubuh yang tinggi, kamu tidak kenal?".

"Tidak". Sinka beranjak naik, tanpa bicara lagi.

¥¥¥

Berapa kalipun aku membuka kamar ini, bayangan dirinya selalu tersiar. Wangi tubuhnya masih bisa ku cium. Aku merindukannya, orang yang memberiku kehangatan dikala musim dingin. Malaikat pelindungku. Bingkai foto itu masih ku simpan di atas nakas. Gambaran masa kecil dengannya, kembali terulang di Sini. Ranting kecil menggesek jendela kamarku. Perlahan kubuka, warna putih mendominasi seluruh kota. Dinginnya,tidak sedingin tanpa dirinya.

Kulihat langit kelabu, salju turun perlahan. Cairan bening itu mentes tanpa ijin dari mataku.

Apa dia baik baik saja?, apa dia sudah makan?. Pertanyaan bodoh yang selalu aku tanyakan pada diriku sendiri.

¥¥¥

" Sinka! Makan malam dulu sayang". Teriak Alena.

"Sinka sudah pulang?". Tanya Jeffry. Ayah Sinka. Alena mengangguk.

Tidak lama gadis cantik, bersuara sedingin salju turun dari kamarnya, dan bergabung bersama orang tuanya.

"Kamu sudah pulang?". Tanya Jeffry. Sinka hanya mengangguk.

Tiba tiba segel cincin biru berpola es muncul, kyu keluar dari segel itu. Orang tua Sinka sedikit terkejut.

"Jangan takut, dia temanku" ucap Sinka datar. Orang tuanya berusaha kembali bersikap seperti biasa.

"Binatang yang lucu, siapa namanya?". Tanya Alena.

"Namaku, kyu. Vikram sang valeria". Kedua orang tua Sinka kembali terkejut. Binatang itu bisa bicara?. Kyu hanya terkekeh, sedangkan Sinka hanya bersikap dingin sembari menyiapkan makanan kemulutnya. Dia tidak memperdulikan keterkejutan orang tuanya.

"Manusia memang mudah terkejut". Kyu.

"Tadi kamu bilang sang vallerian?. Itu apa?". Tanya Jeffry. Dia berusaha bersikap akrab dengan serigala satu ini.

"Salah satu dari sang pelindung semesta, orang terpilih sebagai sang pelindung".

"Kalau begitu Sinka?".

"Iya, dia merupakan salah satu generasi pelindung valeria. Takdirnya tidak ada hubungannya dengan kalian. Karena kalian tidak memiliki garis pelindung". Jelas kyu.

"Tapi bagaimana bisa?" Tanya Alena.

"Kalian akan tau dengan sendirinya".

Orang tua Sinka saling bertatapan, mereka masih tidak mengerti. Apa yang terjadi di keluarga ini.

¥¥¥

" Malam ini, satuan polisi melakukan patroli ketat. Guna menghindari korban berjatuhan lebih banyak. Dilaporkan, patroli ini akan dilakukan setiap malam mulai sekarang".

¥¥¥

"Apa ada sesuatu yang terjadi?". Tanya kyu. Dia terlihat tidak terganggu dengan orang tua Sinka.

" Ada pembunuh berantai yang berkeliaran, sudah ada dua orang perempuan yang menjadi korbannya. Keduanya memiliki luka yang sama. Kemungkinan, pembunuhnya juga orang yang sama". Jelas Alena. Mencoba akrab.

¥¥¥

Seorang gadis cantik, berambut sebahu dengan flat biru tua. Tengah berjalan di tempat sepi sendirian. Gadis itu memakai Hoodie hitam yang menutupi kepalanya. Dia melewati taman yang sepi dan gelap. Langkahnya terhenti, dia mendengar suara bergemerincik seperti gesekan benda berat. Angin sepoi sepoi berhembus, menerbangkan dedaunan kering. Gadis itu terdiam, dan kembali melanjutkan langkahnya.

Akar hijau merambat dari salah satu pohon. Mengikuti langkah gadis itu, semakin cepat langkah gadis itu, semakin cepat juga akar itu mengikuti. Bahkan bukan hanya satu melainkan lima. Gadis itu mempercepat jalannya, tiba tiba akar hijau membelit kakinya. Menariknya kedalam kegelapan dan mengikatnya di pohon. Sosok bayangan hitam berbentuk asap dan ber mata merah muncul, dengan mahluk berwujud tanaman rambat.

"Gadis ini memiliki energi yang segar, malam ini kita akan puas". Ucap monster berwujud tanaman. Ikatan gadis itu semakin kencang. Sosok asap hitam itu mengeluarkan rantai dari tangannya, dengan cepat rantai itu mencabik cabik gadis itu. Terakhir menembus perutnya sampai berlubang.

"Ada yang aneh!". Ucap monster tanaman. Tiba tiba, langit yang tadinya bertaburan bintang, seketika gelap gulita. Petir bergemuruh dengan keras. gadis yang terikat itu berubah menjadi petir biru yang merambat melalui akar yang mengikatnya. Dan menyetrum kedua monster itu.

"Jadi kalian dalangnya?". Kedua monster itu mencari asal suara, gadis yang terikat tadi tengah duduk santai di dahan pohon, Atas mereka berdua.

"Siapa kau sebenarnya?". Tanya monster rambat.

"Mahluk rendahan sepertimu tidak perlu tau". Monster asap itu kesal, dia menyerang gadis itu dengan rantai hitam. Rantai itu ditangkap dengan tangan kosong oleh gadis itu.

Saling menarik satu sama lain. Montser asap itu mengalirkan energi hitam, gadis itu juga mengalirkan energi biru.

DUARRR

Rantai itu putus, dan monster asap itu mundur beberapa langkah. "Dia bukan gadis biasa" ucap monster asap. Mereka berdua melihat gadis itu sudah tidak ada. "Kemana dia?". Mereka mencari keberadaan gadis itu.

Kilatan melintas dengan cepat. Kedua monster itu waspada. Kilatan petir dan suara nyaring, makin cepat bergerak. Monster asap hitam menyerang kedalam kegelapan, tapi tebakannya salah. Dari belakang mereka, melesat dua keris petir merah. Keduanya terlambat sampai hangus. Mencoba bangun, monster tanaman menyerang kesegala arah. Gadis itu muncul di belakang monster tanaman.

DUARRR

Monster asap melihat temannya hangus terbakar menjadi abu, gadis itu tersenyum sinis.

"Selanjutnya adalah kau". Monster asap menyerang dengan rantai hitam. Gerakan gadis itu sangat cepat. Seketika berada di belakang monster asap dan menyabarnya dengan boal Petir.

Monster itu berubah menjadi gumpalan asap dan melarikan diri. Gadis itu menyerang dengan merambatkan petirnya di tanah, tapi monster itu sudah menghilang.

"Dia lolos". Gumam gadis itu.

Gadis itu berbalik dan pergi.

¥¥¥

Di sebuah ruangan yang besar, terdapat satu gadis cantik dan empat orang pria tampan.

Seorang gadis cantik tengah mengelus Kucing unik berbulu hijau di pangkuannya, kepalanya di sandarkan pada pundak kekasihnya. Satu pria sedang bermain piano dan satu lagi sedang membaca buku di dekat jendela. Satu lagi sedang berdiri di balkon sembari menatap gemintang.

Tidak lama pintu terbuka, seroang gadis cantik berambut sebahu masuk kedalam ruangan itu.

"Dia di mana?" Tanya gadis itu. Gadis yang mengelus kucing itu menuju ke balkon dengan dagunya. Gadis itu melangkah kebalkon menemui seorang pria.

"Maaf, satu lagi berhasil lolos" ucap gadis itu. Pria itu menyesap minumannya.

"Tidak masalah, biarkan saja. Lalu bagaimana dengan gadis itu?". Tanya pria itu.

"Kekuatannya masih belum terlahir, aku tidak tau kapan".

" Begitu, kerja bagus. Kinal".