Chereads / arc valeria / Chapter 6 - bab 6 : kehangatan seorang kakak

Chapter 6 - bab 6 : kehangatan seorang kakak

Dini hari, asap tebal tiba tiba muncul di tengah kota. Asap itu mengepul hebat, entah dari mana datangnya. Asap putih bercampur dengan salju. Orang orang yang terkena asap itu, seketika berubah menjadi batu. Pagi hari menjelang, kabut putih sudah mulai menyebar ke seluruh kota.

------------------

"Sinka, bangun!". Sinka mengerjapkan matanya perlahan. Dia melihat kyu di sampingnya.

"Ada apa?".

"Seluruh kota tertutup kabut misterius, dan lihatlah keluar".

Sinka segera beranjak, dia melihat langit kota berwarna merah. Kabut putih bercampur merah menutupi seluruh kota.

"Apa yang terjadi?". Gumamnya.

"Itu yang harus kita cari tau". Sinka segera bersiap dan terbang dengan sayap es.

Dia ingin melihat keseluruhan kota dari langit. Hanya beberapa gedung tinggi yang bisa Sinka lihat. Dia mendarat di sebuah bangunan tinggi.

"Apa kau melihat warga kota?". Tanya Sinka.

"Hanya beberapa, tapi mereka semua sudah berubah menjadi batu". Ujar kyu.

"Ayah dan ibuku dalam bahaya!". Sinka segera terbang kembali menuju rumah orang tuanya.

Karena kekuatan yang di milikinya, dia kebal terhadap kabut itu. Sinka melihat halaman rumahnya sudah tertutupi kabut. tapi sebuah penghalang melindungi rumahnya.

Sinka masuk kedalam tanpa membunyikan bel. Tiba tiba Alena memeluknya dengan erat.

"Sinka, kamu baik baik saja kan?". Ucap Alena sembari menangis.

" Aku baik baik saja, mamah sendiri bagaimana?".

"Mamah dan papah baik baik saja, semalam seorang pemuda bernama Shu datang dengan seorang gadis yang pernah nanyain kamu".

"Shu?".

" Mamah tidak tau dia siapa, tapi dia bilang jangan keluar dari rumah ketika kabut muncul. Dia juga memasang sesuatu di rumah ini".

"Apa itu pelindung yang melindungi rumah ini?". Tanya Sinka.

"Mungkin juga, tapi berkat dia kami selamat. Dia bilang kabut ini bisa merubah seseorang menjadi batu." Ucap Jeffri.

"Tidak salah lagi, dia pangeran".

"Pangeran?". Tanya Sinka.

"Kemungkinan, dia melindungi keluargamu".

"Lalu siapa gadis yang bersamanya?".

"Gadis itu juga memiliki binatang unik berbentuk kucing hijau". Ujar Alena.

"Itu arc glory, dan kururu". Jelas kyu.

"Jadi mereka sudah mulai bergerak". Gumam Sinka.

"Sampai semuanya selesai, mamah dan papah tidak boleh keluar dari rumah".

"Lalu bagaimana dengan kamu?". Tanya Jean.

"Ini sudah takdirku". Tegas Sinka.

" Tapi mamah khawatir sama kamu".

"Tenang saja, gadis ini lebih kuat dari yang kalian lihat". Ujar kyu.

Sinka keluar rumah dan terbang, kedua orang tuanya hanya bisa mendoakan putrinya selamat.

Sinka berjalan di area kota, banyak manusia yang berubah menjadi batu. Sosok monster berkepala besar di tentakel dari tangannya membelit beberapa orang dan menariknya kedalam kabut. Sinka menggunakan rantai es, menarik kembali patung manusia itu.

Monster itu marah, dan menyerang Sinka dengan tentakelnya. Sinka melompat dan berkelit, mengeluarkan pedangnya dan menebas tentakel monster itu. Monster itu meraung kesakitan.

"TEBASAN KRISTAL". dua tebasan silang dari Sinka, membekukan monster itu dan hancur berkeping keping.

"Sepetinya ini semua ulah para monster itu". Ucap kyu.

"Kita harus menemukan di mana markas para monster itu". Sinka kembali berjalan di sekitar area kota. Siuran angin kencang, lewat di Indra pendengarannya.

"Kau mendengar itu?".

"Iya, tidak salah lagi. Itu arc glory". Sinka segera terbang, menuju sumber suara. Tapi dia terlambat. Ketika dia datang, satu sosok monster besar berwujud gurita dengan ribuan mata di tubuhnya, terkapar ditanah dengan tubuh yang terbelah dua. Sinka juga melihat banyak tebasan tajam di tubuh monster itu.

"Jadi ini, kekuatan arc glory?".

"Ini hanya sebagian kecilnya saja". Ujar kyu.

Dari langit, Sinka melihat ribuan gagak hitam menyerbu kota. Dia melebarkan sayap esnya dan terbang menghadang ribuan burung gagak. Sebuah tombak es Dengan ukiran simbol air yang tajam. Sinka berdiri di hadapan para burung gagak. Dia mengarahkan tangannya kedepan, ribuan balik es tajam muncul dan melesat menyarang para gagak. Pasukan gagak itu terpecah, mulai menyerang sinka dari beberapa arah. Sinka memainkan tombaknya dan menebas satu persatu gagak itu.

Di sebuah bangunan tinggi, seorang gadis berambut sebahu dengan flat biru tua, memperhatikan pertarungan Sinka. Tidak lama, datang seorang perempuan berambut panjang dengan flat hijau. Bersama dengan kucing kesayangannya.

" Markas mereka sudah di temukan, dia sekarang sedang pergi kesana". Ucap perempuan itu.

"Sekarang bagaimana kita menghilangkan kabut ini". Ucap perempuan berambut sebahu.

" Dugaanku, kabut ini diciptakan oleh sosok monster besar. Mungkin sekarang dia sedang bersembunyi". Ucap kucing hijau.

" Dia gadis yang kuat, benarkan Kinal". Kinal tersenyum smirk.

"Auranya sedingin sikapnya, tidak heran dia menjadi seroang Valeria" ucap Kinal.

"Gadis itu mengingatkanku, pada dirimu yang dulu Shania". Ucap kucing hijau yang tidak lain adalah kururu.

" Hei, aku tidak sedingin itu". Ucap Shania tidak terima. Kedua gadis itu terus memperhatikan pertarungan Sinka.

"Burung yang merepotkan". Ujar Sinka. Dia menghilangkan tombaknya, dan memanggil naga es. Naga itu dengan agresif, menggigit dan mencabik semua burung gagak tanpa ampun.

" Ada yang memperhatikan pertarungan kita". Ucap kyu. Sinka melirik kesamping. Dia melihat di sebuah gedung tinggi, dua orang gadis tengah memperhatikannya.

"Apa mereka musuh?".

" Sepertinya bukan, aku mengenal aura ini. Itu milik kururu. Salah satu diantara mereka adalah arc glory".

" Kita urus mereka nanti". Sinka melompat dari kepala naga, dan menggunakan teknik badai es neraka. Badai salju besar melanda seluruh kota.

Kinal dan shania berlalu pergi, tapi sebuah balok es menyerang mereka. Shania menghancurkan balok itu dengan mudah, Kinal menghilang dan menendang Sinka dari belakang. Dengan cepat Sinka membuat pertahanan. Dia terbanting jauh, Kinal kembali muncul di depannya, Sinka mengeluarkan pedangnya dan menebas Kinal, tapi dengan mudah Kinal menangkis serangan itu dengan tangan kosong.

"Kemampuanmu, masih jauh untuk mengalahkanku". Ucap Kinal dingin.

"Diam". Sinka kembali menebas Kinal, tapi dia menghilang. Sebuah Sambaran petir biru menyerang Sinka. Tapi gadis itu memaksa serangan dengan tapak bunga es.

DUARRR

Shania muncul di tengah kedua serangan itu.

" Cukup, kita berada di pihak yang sama. Jadi jangan bertengkar". Ucap Shania. Kururu keluar dan terbang di samping Sinka.

"Kyu, kau tidak memberitahu tuanmu?". Ucap Kururu. Tidak lama seekor serigala putih berekor sembilan keluar. " Bukan urusanku". Ucap kyu dingin.

"Seperti biasa, kau ini sangat menyebalkan. Rubah sialan". Ucap kururu kesal.

"Setidaknya aku bukan kucing manja sepertimu".

"Apa kau bilang!". Kururu akan maju, tapi sebuah suara berat menghentikannya.

"Kalian berdua berhenti, pangeran bisa marah pada kita". Kedua binatang itu menoleh.

Seekor naga biru dengan sayap berukiran petir terbang di samping kinal.

" Kalian berdua ini tidak pernah berubah". Ucap naga itu.

"Dia duluan yang membuatku kesal" bela kururu.

"Pengadu".

"Kau bilang apa barusan".

"Kururu, sudahlah kau seperti tidak mengenal kyura saja". Kucing hijau itu hanya mencebik. Kinal menghilang dan muncul di hadapan Sinka. Gadis es itu memasang kuda kuda, Kinal mengusap kepala Sinka lembut. Gadis itu terkejut, Kinal menarik Sinka dalam pelukannya.

"Jika kakamu belum kembali, kau bisa menganggapku kakamu". Ucap Kinal lembut. Tanpa sadar air mata Sinka jatuh. Dia menangis dalam pelukan Kinal. dia sangat merindukan pelukan hangat seperti ini. Shania dan yang lainnya hanya tersenyum. Diantara mereka semua, Sinka lah yang paling muda. Jadi tidak heran jika Kinal menganggapnya sebagai adik sendiri.

Sebuah guncangan hebat, membuat mereka semua terkejut. Dari dalam tanah, ribuan mosnter terbang ke angkasa. Tidak lama, seekor naga api berwarna merah, Phoenix biru, harimau putih, dan kura kura hijau muncul dan mengancurkan para monster itu.

"Dia itu memang tidak mengenal ampun". Ucap Shania.  Guncangan kembali terjadi, kali ini lebih besar dari sebelumnya. Sosok monster raksasa terbanting dari dalam tanah. Sosok pria tampan muncul dan menendang monster itu.

"Rei, kau bisa lembut sedikit?". Ucap Shania.

"Tidak". Ucap pemuda bernama Rei itu. Rei mencengkram udara, seluruh tubuh monster itu mengeras. Monster itu meraung kesakitan.

"Tunggu!". Ucap Sinka tiba tiba. Rei melirik Sinka dan mengentikan kekuatannya.

Sinka terbang di atas monster besar itu. "Kau kenal dengan orang bernama Sinta?". Tanya Sinka.

Kinal dan yang lainnya terkejut. "Jawab". Ucap Sinka dingin, sebuah balok es besar muncul di sampingnya.

"A-aku kenal, di-dia gadis yang akan menjadi wa-wadah ma-mamoon". Ucap monster itu gemetaran.

"Siapa mamoon?".

"Di-dia, monster hitam yang membutuhkan tubuh baru untuk jiwanya".

"Dimana dia berada?". Balok es itu berputar cepat. Monster besar itu semakin gemetaran.

"Di-dia bera-berada di dimensi apolius".

"Apolius?".

"Itu adalah dimensi hitam, sebuah dimensi yang banyak dihuni oleh mahluk jahat". Jelas Kinal.

Balok es itu berputar cepat dan menembus perut monster besar itu hingga menjadi bunga es yang hancur membeku. Sinka tertunduk dan mengepalkan tangannya.

"Cici, tunggu aku". Gumam Sinka.