Hari itu Jiang Mu memberi jawaban yang tidak membantu Ling Chu.
Jiang Mu dan Xie Ran berpacaran hampir tujuh tahun, seharusnya mereka hafal nomor telepon satu sama lain.
Ling Chu ingin mendapatkan nomor Xie Ran tapi ia tak mau memaksa Jiang Mu.
Jadi ia beralih ke Guo Chen dan Jiang Shu, tak menunggu lama ia mendapat nomor Xie Ran dengan mudah. Sayangnya saat Ling Chu mencoba menelepon Xie Ran, nomor itu sudah tidak aktif.
Tak bisa mengontak protagonis wanita, Ling Chu memutuskan menyerah. Tampaknya dunia sengaja menutupi jejak kehidupan Xie Ran. Mulai dari nomor telepon, media sosial bahkan tempat tinggal Xie Ran telah berubah.
Dia bisa saja meminta bantuan Guo Chen untuk mencari keberadaan Xie Ran namun Ling Chu segera menghapus ide ini. Kar'na takut akan menyinggung Jiang Mu yang notabene merupakan mantan kekasih Xie Ran.
.
.
.
Cahaya matahari meninggi dengan membawa angin sejuk di siang hari. Tanaman tumbuh subur, kuncup bunga bermunculan.
Musim salju telah berganti, Ling Chu mengenakan kaos putih dibalut jaket hijau dengan celana jeans hitam.
Berdiri di area pejalan kaki dimana stand makanan berbaris rapi sepanjang area pejalan kaki. Para penjual dengan semangat memasak sambil mempromosikan makanan mereka.
Aroma sedap yang menggugah menusuk hidung kecil Ling Chu.
Pada umumnya orang akan merasa lapar dan ingin membeli makanan di stand itu. Namun Ling Chu tidak memiliki keinginan untuk mencicipi makanan tersebut, ia berbalik menengok seberang jalan.
Bangunan raksasa dengan tembok setinggi tiga meter mengisolasi keseluruhan area tersebut. Plakat melengkung di atas gerbang tertulis 'Penjara Timur Kota A', tempat dimana Ling Yao dipenjara.
Ling Chu memegang erat tali tasnya, menutup mata sambil menghirup udara perlahan-lahan. Setelah menenangkan pikiran dan emosi yang sedikit bergejolak, Ling Chu dengan langkah mantap menuju area pengunjung.
Klik!
Pintu kayu terbuka lebar, dengan hati-hati Ling Chu mengamati ruang kunjungan. Ruang berukuran 4 meter dengan sekat transparan membagi ruangan itu menjadi dua.
Ling Chu duduk di bangku yang disediakan, ia melirik jam di ponsel. Sekarang pukul 10.30, hampir satu jam ia menunggu di area pengunjung untuk memasuki ruang kunjungan.
Kini tinggal menunggu Ling Yao yang dipanggil dari kamar tahanan.
Nyik!
Pintu di sisi sebelah Ling Chu terbuat dari besi dengan jeruji di bagian jendela kecil. Pintu itu mengeluarkan derit besi tua yang memekakkan telinga.
Seorang sipir penjara membawa wanita yang mengenakan setelan hijau dengan nomor 2057 di dada kirinya.
Wanita itu menundukkan kepala, rambut yang berantakan menutupi wajah aslinya. Ling Chu melirik luka lebam di tangan putih pucat Ling Yao.
"K-kamu" Ling Yao tertegun tidak bisa berkata-kata melihat sosok di seberang pembatas. Ia melihat pihak lain mengenakan pakaian santai dan tersenyum lembut padanya.
Bagi Ling Yao senyuman yang diberikan Ling Chu sama dengan penghinaan. Dia berlari mendekat dan memukul sekat kaca hingga bergetar keras.
Bak!
"Bagaimana kamu bisa di sini?!" pekik Ling Yao menatap ganas Ling Chu, ia ingin mencakar wajah polos Ling Chu, "Apa Ying Bai membohongiku? Dia tidak mengirimmu keluar negeri!"
"Tahanan 2057, harap tenang!" teriak sipir menahan Ling Yao kebelakang.
"Halo, saudariku~" ucap Ling Chu dengan senyum datar.
Di sisi lain, Ling Yao ditekan ke kursi oleh sipir, memaksanya untuk duduk. Sipir di belakang Ling Yao berkata pada Ling Chu, "Waktu kunjungan anda hanya 20 menit"
Ling Chu merespon sipir dengan anggukkan, ia membiarkan sipir duduk di meja pengawas dekat pintu penjara.
Baru tiga bulan Ling Yao tinggal di lapas namun penampilan Ling Yao sudah kusut dan tersiksa.
Wajah halus yang terawat sejak kecil, kini tertutupi lebam dengan garis merah pendek seperti cakaran. Kelopak mata rubah yang indah sedikit bengkak dan biru.
Ling Chu yakin luka Ling Yao tak sebatas di wajah saja. Dibalik pakaian tahanan, pasti ada jejak luka akibat perkelahian antar tahanan.
"Kakak, apa kamu merindukanku?"
"Seharusnya aku membunuhmu" Ling Yao tak menjawab pertanyaan Ling Chu. Dia mengutarakan isi hatinya secara terang-terangan.
Ling Yao tampak lebih tenang dari biasanya. Dengan mata beracun, memandang Ling Chu seolah sedang mencekik orang, "Tidak membiarkan 'orang lain' menanganimu"
Tujuan Ling Chu kemari bukanlah untuk beramah tamah atau bersimpati padanya. Mereka tidak pernah menganggap satu sama lain saudara. Jadi Ling Yao tak perlu menahan diri untuk berbicara.
Sudut mulut Ling Chu masih terangkat namun sorot matanya menggelap mengingat kejadian kelam yang diberi Ling Yao kepadanya.
"..sayang sekali kekasihmu, tidak membuangku ke negeri lain" Ling Chu membalas Ling Yao dengan suara rendah yang membawa amarah dan rasa sakit yang menyengat hati.
Seketika ruang kunjungan menjadi dingin, tak ada satupun yang memulai percakapan. Dua bersaudara Ling berlomba-lomba menatap mata satu ruby sama lain, tanpa menunjukkan kelemahan.
Keheningan tersebut menarik perhatian sipir. Sipir merasa sesak dan kedinginan hingga keringat menetes dari wajahnya. Betapa ketatnya perseteruan kedua wanita bermarga Ling ini. Tak ada yang mengalah satu sama lain.
Sipir menggeleng-gelengkan kepala, menatap jam di tangannya. Sesi kunjungan masih ada lima menit lagi, dia harus bersabar untuk keluar dari ruangan ini.
"Apa kamu tidak khawatir padanya?" Tanya Ling Chu yang mulai berbicara santai soal Ying Bai.
Telinga Ling Yao bergerak saat menyinggung tentang Ying Bai. Dia menyunggingkan senyum menghina, "Pria itu? Kamu pikir aku khawatir padanya? Dia telah menipuku. Bahkan jika dia mati, aku tidak akan peduli"
Mata Ling Chu menyipit menunjukkan kepicikan. Ia tersenyum datar sambil melipat tangan, meniru gestur Ling Yao, "Begitukah? Sepertinya tidak ada lagi yang menginginkan Ying Bai. Aku harus mengantar abunya ke laut"
Mata Ling Yao terbelalak, betapa terkejutnya ia mendengar ucapan Ling Chu. Entah tipuan atau fakta, wajah Ling Yao menjadi jelek, "..Apa maksudmu"
"Aku bilang akan membuang abu Ying Bai ke laut"
Ekspresi Ling Chu dan Ling Yao berbanding terbalik. Ling Chu tersenyum santai seolah sedang bermain sedangkan Ling Yao dengan ekspresi terpelintir memandang dengan ganas Ling Chu.
Tak menerima jawaban apapun dari Ling Yao, Ling Chu mengambil tas yang ada di meja. Bersiap-siap untuk pergi sambil mengatakan fakta, "Kunjunganku disambut dengan buruk"
"..Jangan datang kembali" kata Ling Yao menatap kesal Ling Chu, dia tertekan melihat betapa bebasnya Ling Chu diluar sana. Hidup bahagia dengan Guo Chen. Berbanding terbalik dengan nasibnya yang tinggal di buih, "Aku benar-benar membencimu"
"Aku tahu" balas Ling Chu yang berdiri dari kursi kemudian berjalan ke pintu keluar.
Ling Yao tetap waspada memperhatikan kepergian Ling Chu. Setelah melewati pintu itu, hubungannya dengan Ling Chu akan berakhir.
"Ah.. Aku lupa mengatakannya" Kata Ling Chu mengingatkan dirinya sendiri. Ia menengok ke belakang dan berkata pada Ling Yao dengan nada acuh tak acuh, "Ayah sudah mencoret namamu. Sekarang, kamu bukan lagi anggota keluarga Ling"
"Tidak.." Mendadak otaknya tak mampu berpikir, Ling Yao terasa kosong. Hanya satu kalimat yang terukir dalam kepalanya.
Ling Yao : "....." Ayah meninggalkanku..
Beberapa kali, Ayah Ling mengunjungi Ling Yao. Pria itu memandang Ling Yao dengan ekspresi kecewa. Selama sesi kunjungan, Ling Yao selalu melampiaskan amarahnya pada Ayah Ling.
Menyalahkan nasib buruk yang menimpa Ling Yao pada Ayahnya. Kemarahan menelan hati Ling Yao, ia tak peduli pada rasa sakit yang ditunjukkan mata ruby Ayah Ling.
Kini wajah Ayah Ling yang tersenyum masam muncul dibenak Ling Yao. Tatapan sedih dan kecewa di mata ruby tua itu sangatlah nyata.
Hati Ling Yao dibuat terkoyak sampai nafasnya tercekat.
Ling Yao : "....." Ayah 'sudah' menyerah padaku.
"Selamat tinggal Ling Yao"
"Tidak" Ling Yao yang bergumam, ketenangan yang ia bangun akhirnya retak. Tiba-tiba ia berdiri hingga kursi terbalik dan jatuh ke lantai. Tangannya yang kurus memukul pembatas sembari berteriak, "Kamu berbohong padaku! Ayah tidak mungkin melakukan itu!"
Klik!
Pintu ruang kunjungan tertutup rapat. Jeritan putus asa dan penuh kesedihan terdengar memilukan pendengar. Di dalam ruang kunjungan sangatlah gaduh. Sipir berusaha menahan tahanan yang kehilangan kendali.
"Ling Chu! Kembali kamu bajingan!"
"Tahanan 2057, harap tenang! Waktunya kembali ke sel" Kata sipir mulai menarik Ling Yao keluar ruangan.
"Tidak! Aku belum selesai bicara! Lepaskan aku! Ling Chu kembali!! Ahh!!"
Ling Chu meninggalkan kegaduhan yang ia buat. Suara melengking Ling Yao menjadi serak, terdengar mengutuk Ling Chu sampai mati.
Mata ruby menatap lorong dengan acuh tak acuh. Tanpa belas kasihan menorehkan luka pada Ling Yao hingga wanita itu menggila.
Ya, Ling Chu berbohong. Ayah Ling tidak menendang Ling Yao dari Keluarga Ling. Ayah yang sangat mencintai buah hatinya, tidak akan pernah membuang anak-anaknya sekejam itu.
Ling Chu juga bohong soal kematian Ying Bai. Dia tak tahu apakah kekasih Ling Yao masih hidup atau sudah mati.
Dia sengaja memprovokasi Ling Yao dengan mengatakan berita buruk yang tak ingin didengar Ling Yao.
Tujuan Ling Chu datang ke penjara sangatlah jelas.
Ia membalas dendam dan membuat Ling Yao gelisah. Ling Chu ingin Ling Yao merasakan keputusasaan yang tak berujung seperti yang ia alami saat itu.
Ling Yao menuai apa yang ia tabur. Inilah karma yang ia dapatkan setelah mencoba menghancurkan hidup orang lain.
Kehilangan kekasih, terpenjara dalam jeruji besi seumur hidup dan.. kehilangan cinta keluarga.
"Kamu pantas mendapatkannya"