Chereads / Transmigration: Come To You / Chapter 58 - Side Story : Guo Chen (2)

Chapter 58 - Side Story : Guo Chen (2)

Guo Chen memasang mata ketiga di sekitar Ling Chu, mendapati perbedaan besar dengan sosok kecil yang ia ketahui.

Ling Chu kecil suka berbicara pada siapapun namun dalam delapan tahun, ia menjadi gadis yang menutup sosialnya.

Jika bertemu dengan orang asing, Ling Chu akan semakin diam. Dalam lingkup sekolah, tidak ada teman sekelas yang mengajaknya berbicara selain teman sebangku Ling Chu.

Saat teman sebangku Ling Chu pindah, dia benar-benar terisolasi dari pertemanan anak sekolah.

Guo Chen tidak tahan melihat Ling Chu berwajah datar seperti dirinya. Gadis itu lebih cocok tersenyum.

Mencari titik masalah Ling Chu, Guo Chen menemukan remaja populer yang membenci Ling Chu. Diam-diam gadis itu menghasut teman sekelas untuk tidak menyukai dan menjauhi Ling Chu.

Di taman belakang sekolah, seorang remaja berkuncir kuda mengeluarkan kemeja seragamnya. Dia bermain ponsel sambil berjalan malas sendirian.

"Ha.. Dimana mereka? Kenapa belum datang?" Remaja itu kesal, teman-teman yang selalu mengekorinya belum menyusul kemari.

"Yu Ran Mi"

Suara bariton khas pria dewasa memanggilnya. Yu Ran Mi berbalik kebingungan karena tak mengenali suara pria yang enak di dengar itu.

Memandang bahwa orang yang memanggilnya sangat tampan dan keren. Dengan santai Yu Ran Mi mendatangi pemuda tampan misterius yang tampan.

"Apa Kakak yang memanggilku?" tanya Yu Ran Mi dengan nada centil.

Pria itu tetap berdiri diam, tak tertarik dengan godaan Yu Ran Mi. Tatapan dingin dari mata phoenix pria itu membuat Yu Ran Mi bergidik.

Detik berikutnya, remaja itu diseret tanpa meninggalkan kejanggalan apapun.

Tiga hari tidak menerima kabar putrinya, orang tua Yu Ran Mi melapor ke polisi.

Mengandalkan pencarian polisi untuk menemukan putri bungsu mereka. Namun hasil pencarian tidak membuahkan hasil.

Lambat laun, semua orang hampir melupakan Yu Ran Mi. Pada bulan ketiga sosok gadis kurus dan lesu terkapar di halaman belakang sekolah. Dengan seragam sekolah bertuliskan nama 'Yu Ran Mi'.

Gosip yang menyebar di sekolah dan lingkungan tempat tinggal keluarga Yu. Dikatakan Yu Ran Mi di bawa ke alam jin dan baru dikembalikan sekarang.

Remaja yang dulu populer, kini sering melamun di kelas. Dia akan panik dan berlari keluar kelas saat kelas menjadi hening.

Hanya saat dia melihat sosok Ling Chu yang murung dan pendiam. Yu Ran Mi menjadi tenang, Ling Chu seperti obat ampuh menyembuhkan kegilaannya.

Secara bertahap Yu Ran Mi membaik, ia mulai menjalin ketergantungan terhadap teman sekelas bernama Ling Chu.

Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi selain Yu Ran Mi sendiri.

Di tahun terakhir sekolah menengah atas, Ling Chu memiliki beberapa teman termasuk Yu Ran Mi. Guo Chen mengangguk puas atas perkembangan ini.

Meski teman kelas belum tentu menjadi teman sejati, setidaknya gadis itu tidak akan mati secara sosial.

"Hei, Xiao Chen. Melamun seperti biasa?" Ujar sosok pria tampan yang melepaskan dasi di leher. Dia mengambil sebotol bir dari kulkas lalu duduk di sofa tanpa meminta ijin tuan rumah.

Guo Chen melambaikan tangan untuk menghilangkan layar sistem di udara. Dimata Cheng Ho, sahabatnya menghilangkan kepulan asap rokok di udara.

Memasukkan rokok ke asbak, Guo Chen duduk di sofa sebelah protagonis. Ia menunggu plot dimana protagonis pria memberi 'Guo Chen' peluang untuk menyelinap dalam kelompok lawan.

"Xiao Chen, boss setuju. Dia menjanjikan identitas palsu dan beberapa properti yang kamu inginkan" Kata Cheng Ho, meletakkan sebuah dokumen cokelat di meja, "Ini identitasmu sekarang. Setelah kamu menyelesaikan tugas, dia akan memberimu identitas lagi"

Guo Chen mengangguk, dia harus menyelesaikan misi terakhir sebagai pendukung protagonis pria. Setelah dia mengambil informasi utama musuh, Guo Chen bisa bebas bertemu dengan Ling Chu.

Meski akan memakan waktu lama, Guo Chen bisa mempercepat proses plot, tanpa merusak jalan cerita asli dalam novel.

Kurang dari lima tahun Guo Chen pulang ke kota S. Pada titik ini, protagonis pria telah mengambil alih posisi pemimpin. Cheng Ho berada dipuncak piramida dunia bawah berkat bantuan Guo Chen.

Guo Chen menerima apa yang dijanjikan pemimpin sebelumnya. Ia menerima beberapa properti dan identitas baru.

Sahabat yang memilih jalan hidup lain darinya, mau tak mau Cheng Ho harus melepaskannya.

Suatu hari Guo Chen membeli banyak barang di mall. Semua produk yang ia beli adalah produk wanita yang rata-rata dibeli Ling Chu.

Dia ingin memberi hadiah Ling Chu agar tidak terus murung kar'na gagal melakukan wawancara.

Tapi akan tidak masuk akal jika Guo Chen tiba-tiba muncul di rumah Ling Chu dan memberinya hadiah. Bisa-bisa Ling Chu menganggap Guo Chen seorang penguntit.

Mengusap wajah tampan dengan frustasi, Guo Chen membuka layar untuk melihat Ling Chu sore ini. Mata phoenix yang selalu dingin tampak hangat memandangi sosok Ling Chu.

Memandang mata bengkak dan lembab Ling Chu merah, Guo Chen menghela tak berdaya sepertinya Ling Chu gagal wawancara lagi.

Mata ketiga memantau Ling Chu menyebrang jalan. Guo Chen menegang saat dua mobil secara ugal-ugalan menerobos jalan.

Sosok Ling Chu yang baru menyebrangi setengah jalan, tertabrak mobil depan. Tubuh kurus wanita muda itu terlempar, menabrak badan mobil di pinggir jalan.

Guo Chen : "....." Tidak- tidak mungkin!

Telinga Guo Chen berdenging, mata phoenix memandangi kosong memandangi Ling Chu yang kesulitan mengambil nafas.

Bercak darah merah segar menempel di pintu mobil yang berwarna putih. Tangan dan kaki Ling Chu bergeser tidak pada tempatnya. Darah mulai mengalir dari berbagai luka di tubuh kurusnya.

Orang-orang di lokasi mengerumuni Ling Chu yang sekarat. Mata persik itu menunjukkan ia menahan rasa sakit parah yang belum pernah Ling Chu rasakan seumur hidupnya.

Ling Chu menatap hampa di langit, mata persiknya bertabrakan dengan mata ketiga.

Guo Chen menahan nafas, dia merasa Ling Chu yang sekarat benar-benar sedang menatap dirinya.

Dada Guo Chen mendadak sesak, dia buru-buru berdiri mengambil kunci mobil untuk menemui Ling Chu. Pikirannya tidak bisa menghilangkan gambaran sekarat Ling Chu.

Tanpa peduli dengan nyawanya, Guo Chen menyetir dengan ugal-ugal menuju lokasi mata ketiga yang mengikuti Ling Chu.

Tiba di rumah sakit, apa yang Guo Chen lihat hanyalah mayat dari gadis yang ia kenal.

Ling Chu benar-benar mati di depan matanya.

Rahang Guo Chen mengeras, mata pheonix menunjukkan kesedihan dan amarah yang meluap-luap. Di lorong bangsal, tidak ada orang yang berani mengganggu Guo Chen yang larut dalam benaknya.

Guo Chen menyalakan layar, ia berniat keluar dari misi untuk me-restrat misi novel agar bisa menyelamat Ling Chu tepat waktu.

Tapi..

Tapi..

"Kenapaa?!" Guo Chen berteriak dalam ruang sistem. Memukul dinding kapsul untuk meluapkan kekesalannya.

Semua usaha yang dia lakukan untuk menyelamat Ling Chu selalu gagal.

Remaja itu bisa mati kapan saja bahkan saat di depan mata Guo Chen. Seakan ada bom waktu yang melekat pada Ling Chu.

Xiao Qiu gemetar, tak berani mendekati hostnya yang memiliki fluktuasi tinggi. Guo Chen tidak pernah seemosional ini dalam menjalan misi.

Menutup mata phoenix yang terbakar emosi, Guo Chen berusaha menstabilkan amarahnya. Setelah tenang, ia membuka kapsul tidur untuk pergi ke dunia Ling Chu.

"Xiao Qiu, pergi ke misi tadi" Ujar Guo Chen menutup kapsul.

"Baiklah host~ Sesuai instruksi, misi dunia B. Hitungan mundur dimulai.." Kata Xiao Qiu sembari bergetar mulai mengatur program di benaknya.

Zheezz!

Tiba-tiba pintu ruang sistem terbuka, beberapa pria kekar setegap tentara menekan tombol merah, membuka paksa pintu kapsul Guo Chen.

Guo Chen tiba-tiba diseret keluar mulai memberikan perlawanan. Ruang sistem dengan cepat menimbulkan kegaduhan.

Beberapa orang yang lewat tidak mau ikut campur. Diam-diam pergi sambil bergosip dengan rekannya.

Butuh setengah jam untuk menekan perlawanan Guo Chen. Mereka dengan muka lebam menyeret Guo Chen ke ruang direktur.

Guo Chen di paksa duduk di sofa. Sebelahnya ada seorang gadis remaja yang menuang teh ke dalam cangkir.

Gadis berusia dua belas tahun duduk anggun dan minum teh dengan elegan. Sikapnya yang anggun dan tenang tidak mencerminkan gadis seusianya.

Dia menatap datar pria jangkung yang nafasnya masih memburu. Gadis itu menahan senyum saat melihat penampilan acak-acakan Guo Chen.

Pria tenang yang selalu berpenampilan rapi, kini seragamnya kusut, rambut berdiri ke segala arah dan pelipis bengkak membiru.

Menyembunyikan senyum dibalik cangkir, gadis itu dengan serius memulai percakapan, "Guo Chen.. Kamu tahu kenapa aku memanggilmu?"

Tak ada tanggapan dari pria jangkung itu. Dia menyesap teh di tangannya, rasa teh yang pahit membuatnya hampir tersedak. Gadis itu berdeham meletakkan cangkir ke meja.

"Kamu mengacaukan dunia misi B" kata gadis itu sambil menambah gula dalam cangkirnya. Dia lupa memberi gula kar'na Guo Chen datang lebih cepat dari perkiraan.

"..Aku ingin Ling Chu hidup" ujar Guo Chen memandang serius gadis itu.

"Anak itu tidak bisa kamu selamatkan, Guo Chen" Gadis itu membuka catatan dari sistem, menampilkan data kehidupan karakter bernama 'Ling Chu'. Sebagai bukti, dia melempar layar biru keunguan menuju Guo Chen. Agar pria keras kepala itu bisa mengecek data dengan kedua matanya sendiri.

"Dia adalah karakter umpan meriam dalam misimu. Ling Chu ditakdirkan untuk mati"

Guo Chen menatap dingin gadis itu. Dia membenci fakta yang dilontarkan padanya. Guo Chen tetap gigih pada pilihan yang dia telah ia buat, "Aku menginginkannya. Aku akan membawa Ling Chu keluar dari dunia misi"

Gadis itu hampir membanting cangkir teh kesayangannya. Wajah tenang yang ia pertahankan hampir retak. Dia menatap tajam Guo Chen, "Itu mustahil"

Karakter yang bisa di 'rekrut' dari dunia misi, hanyalah karakter yang jiwanya terpilih oleh sistem. Setiap orang dalam pesawat ini memiliki sistem pribadi dengan berbagai tingkatan program.

Tanpa adanya sistem bahkan seorang protagonis tidak akan tahu bahwa dia adalah protagonis dalam sebuah novel.

"Ya itu benar" Guo Chen mengangguk setuju dengan ucapan gadis itu. Ia tersenyum tipis sambil berkata, "Karena itu, aku butuh bantuanmu.. Ibu"

Seketika suhu ruangan turun drastis, Xiao Qiu yang melayang di sekitar Guo Chen merapatkan diri pada sistem milik gadis itu. Dia takut mengusik Ibu dan anak yang sedang berkelahi.

Mo Li terdiam, ia frustasi bersandar pada sofa sambil menekan pangkal hidungnya. Anak ini sudah menyiapkan rencana cadangan untuk menghadapinya.

"Bu, kamu pernah mengatakan setiap jiwa memiliki 'hati' untuk merasakan dan menilai seseorang. Dulu aku tidak mengerti maksudmu tapi sejak bertemu dan melihat Ling Chu, aku mulai memahaminya.." Lirih Guo Chen dengan mata melankolis.

"Saat memikirkan Ling Chu, aku menjadi gugup dan bersemangat menantikan hari dimana kami akan bertemu kembali"

Mendapati putranya yang dingin mulai menemukan makna cinta, Mo Li tertegun tak bisa berkata-kata. Sebagai seorang Ibu, ia senang sekaligus sedih melihat putranya jatuh cinta pada 'orang' yang salah.

Mo Li menutupi separuh wajahnya, mata yang tak fokus sedang memperhitungkan sesuatu di benaknya.

Disisi lain, sudut bibir Guo Chen melengkung sedikit seakan tahu Ibunya akan berpihak padanya.

"..baiklah tapi jangan terlalu harap. Kamu tahu, Presdir bukanlah orang berhati lembut" ujar Mo Li sebelum menendang putranya dari ruang direktur.

Guo Chen di lempar ke dalam ruang isolasi. Dia memandang jendela kaca besar berisi jutaan bintang.

Kegelapan galaksi seperti malam abadi dengan ribuan bintang, sangat indah dan mempesona.

Zheezz!

Pintu terbuka lebar, sosok kecil Mo Li membelakangi cahaya tampak misterius. Guo Chen tidak bisa membaca ekspresi wajahnya.

Mo Li bersandar pada dinding tembok, melempar bola mekanik transparan seukuran bola tenis, berisi chip dengan plakat emas.

Chip emas dalam bola itu adalah kontrak tertinggi dalam pesawat. Seseorang yang mampu melihatnya, hanyalah orang yang membuat kontrak dengan pemimpin tertinggi.

"Presdir menyetujuinya. Dia memberimu hak kepemilikan atas dunia misi B. Dia juga memberimu dunia misi A yang sempat kamu selesaikan"

Guo Chen mendengarkan Mo Li. Ia mengangguk lega pada tawaran kontrak yang diperoleh Ibunya cukup tinggi.

"Sebagai gantinya, kamu harus menandatangi kontrak. Membayar dengan seluruh poin dan barang-barang yang kamu terima selama misi" Kata Mo Li sambil menghela keras. Jika putranya tetap bersikeras, Guo Chen akan langsung jatuh miskin.

Tanpa pikir panjang, Guo Chen menekan tombol bola dengan sidik ibu jari. Bola transparan melayang, bola itu terbelah menjadi dua. Menampilkan layar hologram emas yang sangat glamor menyilaukan mata.

Guo Chen menyipitkan mata pheonixnya sambil meletakkan tangan kanan pada layar emas sebagai tanda menerima kontrak.

Segera layar memindai otomatis menyebutkan identitas Guo Chen secara detail. Suara progam wanita bertanya pada Guo Chen, "...Apakah anda setuju dengan kontrak ini?"

"Ya"

"Kontrak selesai. Kontrak akan tercatat dalam administrasi Presdir. Ding!"

Bola emas segera berubah mode 'samaran'. Ia terbang menuju pembuat kontrak utama (Presdir).

Mo Li mengangguk, entah kenapa dia cukup bangga pada kegigihan putranya. Merogoh jubah seragam, Mo Li melempar buku tua yang telah lama tak ia sentuh.

Novel berjudul XXXXX merupakan perwujudan benda dari dunia misi yang pernah Mo Li selesaikan. Dia yakin buku itu lebih berguna di tangan Guo Chen sekarang.

Guo Chen menatap Ibunya, berkata dengan tulus "Terima kasih Bu"

Mata phoenix itu menyipit bahagia namun senyum yang ditunjukkan membuat orang merinding.

Kali ini tidak ada yang bisa menghalangi Guo Chen untuk menggapai Ling Chu.