Guo Yan mengajaknya berkeliling di kota A. Mereka kembali ke kediaman Ling saat makan malam. Ling Chu menawarkan makan bersama namun Guo Yan buru-buru mengucapkan selamat tinggal setelah membaca pesan di ponselnya.
Mobil Guo Yan berderu kencang meninggalkan Ling Chu seorang diri. Tak ambil pusing, Ling Chu masuk ke dalam rumah.
Di perjalanan menuju ruang makan, aroma gurih dan pedas tercium oleh Ling Chu. Reflek perutnya mengeluarkan bunyi nyaring. Tanda tubuh meminta asupan.
"Sayang, Xiao Chu sudah pulang" kata Ayah Ling yang meletakkan panci panas di tengah meja makan.
Ayah dan Ibu Ling sibuk menyiapkan makan. Panci elektrik hotspot menyala, dalam satu panci terdapat sekat yang membagi sup merah pedas dan sup kaldu seafood.
Ibu Ling menoleh ke arah pintu, segera meletakkan mangkuk di meja. Ia menyambut kepulangan putri kecil kesayangannya dari rumah sakit.
Ling Chu yang baru datang memeluk Ibu Ling, kemudian bergabung dalam pesta hotpot keluarga Ling.
Ayah Ling meletakkan lauk di atas mangkuk Ibu Ling, memberitahu Ling Chu kedatangan Guo Chen.
"Guo Chen baru saja kemari, mengantar kalung kesayanganmu. Apa kalian tidak bertemu di gerbang?"
Menggelengkan kepala sebagai tanggapan 'tidak', Ling Chu menelan makanan di mulutnya, "Mobil kami tidak berpapasan"
"Sepuluh menit sebelum kamu datang, Xiao Chen pergi" Ujar Ayah Ling yang keheranan. Lokasi kediaman keluarga Ling berada di area yang terpencil, yang jauh dari jalan utama. Setidaknya mereka akan berpapasan di gerbang utama komunitas. Jadi seberapa cepat supir Guo Chen mengemudi sampai keduanya tak saling bertemu?
"Mungkin, Xiao Chen terburu-buru" balas Ibu Ling mengupas udang rebus dan meletakkannya di mangkuk Ling Chu.
"Ya, Guo Yan bilang Kakak Chen ada urusan mendesak" Kata Ling Chu yang setuju dengan ucapan Ibu Ling.
Ayah Ling melirik Ibu Ling seolah mereka tahu apa yang membuat Guo Chen begitu 'sibuk' bekerja. Dan hal inilah yang belum bisa mereka katakan pada Ling Chu.
Mata Ling Chu yang jatuh pada makanan, tidak memperhatikan keanehan yang ditunjukkan orang tuanya.
Menggosok perut yang kekenyangan, ia meletakkan sumpit di atas mangkok dan berkata "Ayah, Ibu, aku akan kembali ke kamar"
Ada hal yang ingin Ling Chu selidiki. Ia bergegas masuk kamar mencari kotak liontin yang di katakan Ayahnya.
Kotak bludru navy seukuran telapak tangan terpampang jelas di sudut meja rias. Ling Chu membuka kotak berisi kalung ruby peninggalan nenek Ling sekaligus penghubung Ling Chu dengan sistem Xiao Qiu.
Dengan santai menggenggam kalung ruby, ia berbalik menuju kasur. Ling Chu menata bantal terlebih dahulu, kemudian berbaring malas memandangi kalung yang tergantung bebas di sela jarinya.
Batu ruby semerah darah sebelumnya terlihat jernih. Kini separuh badan permata, tertutup oleh lapisan perak pengait yang mengkilap seperti baru dipoles.
Ling Chu tertawa miris pada dirinya. Ia tidak bisa menjaga dirinya sendiri hingga Guo Chen memasang pelacak demi menjaga keselamatannya.
Akibat penculikan yang terjadi padanya, pria itu memasukkan chip pelacak pada liontin ruby Ling Chu. Diam-diam Guo Chen mengambil kalung ruby dan baru mengembalikannya hari ini.
Ling Chu tidak mempermasalahkan tindakan Guo Chen. Yang ia khawatirkan, kalung itu menjadi rusak akibat modifikasi Guo Chen. Secara ia tidak pernah mengubah apapun dari bentuk aslinya.
Jika kalung itu mengalami rusak, artinya Ling Chu tidak akan bisa kembali ke bumi. Selama sisa hidupnya akan tinggal di dunia novel XXXXX.
Ling Chu menggelengkan kepala, menghapus ide buruk yang ia ciptakan. Ling Chu yang sedikit pesimis, berharap kalungnya tidak benar-benar rusak.
Menekan permata ruby, segera layar besar bertuliskan 'progres plot' terpampang di hadapan wajah Ling Chu.
Kalungnya baik-baik saja, tidak ada kerusakan apapun. Ling Chu kagum sekaligus merinding oleh kemajuan teknologi era Xiao Qiu.
"Eh, tunggu.." Ling Chu mengetuk layar, bar progress berwarna biru terang hampir memenuhi ruang kosong dalam kotak. Plot novel XXXXX telah menembus angka sembilan, "93%? Bagaimana mungkin?!"
Dirinya kegirangan hingga berguling-guling di kasur dengan ekspresi tak percaya.
"Sebentar lagi, aku bisa pulang!" Ling Chu terlalu antusias sampai lupa tujuan awalnya membuka sistem Xiao Qiu.
Sudah lama tak melihat sistem milik Xiao Qiu, ia menekan tombol cerita. Layar berubah dari dominan biru tua menjadi biru muda dengan kumpulan paragraf yang terbagi dalam puluhan bab.
Ling Chu menekan tombol panah ke bawah, dimana layar otomatis akan menuju paragraf terakhir yang masih dalam proses mengetik.
Cerita terbaru berhenti di titik Guo Chen menangkap Ling Yao dan melemparkannya ke kantor polisi?!
Ling Chu : "!!!!!" Apa yang terjadi?! Kapan Ling Yao di tangkap?!
Suara hati Ling Chu berteriak keras, ia tidak tahu Guo Chen berhasil menyeret Ling Yao ke kantor polisi. Segera Ling Chu membaca bab yang terakhir ia baca di cafe.
Semakin lama membaca, kedua alis Ling Chu semakin dekat membentuk jembatan kecil. Ling Chu berbaring miring, melambaikan tangan kanan untuk menyapu layar.
Ia menunjukkan ekspresi tak menentu, perasaannya campur aduk setelah selesai membaca.
Otaknya terasa panas, terlalu banyak informasi yang ia terimanya malam ini.
Terutama tentang penyelidikan Guo Chen mengenai Nenek Ling Yao, mantan kekasih yang sangat dicintai Kakak Guo.
Kini dia mengerti kenapa Penatua Guo sangat ngotot ingin menjodohkan Guo Chen dengan Ling Yao.
Ling Chu : "Wah.." Luar biasa, sungguh luar biasa.
Sungguh kejutan yang tak terduga, Guo Chen menggunakan metode yang tak tahu untuk mengancam Kakek Guo.
Ling Chu sampai geleng-geleng kepala, tak percaya bisa menyukai protagonis segila Guo Chen.
Novel XXXXX sebagian besar didominasi tentang kehidupan Guo Chen. Menjelang akhir novel nama protagonis wanita semakin sedikit.
Xie Ran yang putus dengan Jiang Mu, mendadak menghilang. Nama 'Xie Ran' hanya disebutkan saat Jiang Mu sedang mabuk, memikirkan mantan kekasihnya.
Tidak dijelaskan dalam novel mengapa mereka putus. Hubungan mereka dinyatakan putus dalam dua kalimat.
Sepertinya Ling Chu harus bertanya langsung pada Jiang Mu. Itupun kalau Jiang Mu mau memberitahunya. Secara Jiang Mu tipikal pria yang memendam perasaannya sendiri.
Ling Chu menyalakan layar kembali, ia menelusuri bab yang mencerita tragedi penculikan Ling Chu. Ada dua bab khusus yang menceritakan tragedi Ling Chu secara mendetail.
Semua pemikiran, tingkah laku dan emosi yang ia rasakan saat itu tertulis dalam bab tersebut. Seolah Ling Chu mulai disorot dunia.
Ling Chu : "....." Tunggu..
Tangan Ling Chu menekan bab-bab setelah bab penculikan. Jari telunjuknya gemetar hebat ketika sadar namanya banyak disebutkan, sebanding dengan protagonis pria.
Ling Chu : "!!!!" Apa aku mengambil spot protagonis wanita?!
Ia tak tahu harus bagaimana mengekspresikan dirinya sebagai protagonis. Haruskah ia senang, takut atau bangga?
Berita besar yang diterima malam itu membuat Ling Chu, sang 'protagonis wanita' tidak bisa tidur.
Ia ditakdirkan berlabuh dalam pemikiran kecilnya sebagai pengganti protagonis wanita.
Tak lama, terbesit dipikirannya mengenai Xie Ran. Ling Chu memiliki kecemasan akan nasib Xie Ran.
Rasa cemas berlebih meyakinkan Ling Chu untuk menemui Xie Ran. Dia ingin melihat apakah Xie Ran baik-baik saja.
Langkah pertama yang dilakukan Ling Chu besok adalah menghubungi Jiang Mu.
.
.
.
Keesokan harinya, Ling Chu terbangun lebih dulu sebelum alarm berbunyi. Ia tak bisa tidur nyenyak, bagian bawah kelopak mata persik sedikit hitam. Pikirannya tidak bisa tenang sama sekali memikirkan keadaan Xie Ran.
Dia langsung mengambil ponsel mengetik pesan untuk Jiang Mu, 'Kakak, mari kita bertemu. Ada yang ingin kubicarakan'.
Tanpa menunggu balasan Ling Chu beranjak ke kamar mandi. Membersihkan tubuh sekaligus menyegarkan pikirannya.
Ling Chu yang keluar kamar mandi mengambil hair dryer. Mengeringkan rambut coklatnya yang semakin panjang. Perawatan rambut panjang cukup rumit bagi Ling Chu, ia lebih suka memotong rambutnya menjadi pendek.
Seandainya Guo Chen tidak menyebutkan suka rambut dengan panjang, Ling Chu sudah lama memangkas rambutnya.
Ding!
Ling Chu cemberut menerima balasan Jiang Mu, pria itu berkata dengan kata singkat padat dan jelas, 'Aku sedang berada di kota C'
Tak bisa bertemu langsung, Ling Chu bertanya nomor ponsel Xie Ran. Ponselnya sempat hilang karena penculikan, nomor yang dia miliki saat ini hanya nomor telepon orang terdekat saja.
'Kalau begitu beri aku nomor kak Xie Ran. Aku ingin menghubunginya' balas Ling Chu langsung ke intinya.
Ling Chu menunggu lama, Jiang Mu yang masih online telah membaca pesannya tapi belum memberi balasan.
Mungkin Jiang Mu memiliki pergulatan hati mengenai Xie Ran sehingga kalut dalam pemikirannya.
Ling Chu tidak memaksa Jiang Mu, ia segera mengunci ponselnya. Turun ke lantai bawah untuk makan.
Ketika pintu kamar tertutup, layar ponsel Ling Chu menyala. Jiang Mu membalas pesannya, 'Aku tidak tahu. Aku sudah menghapus nomornya'