Duduk dengan kaki menjuntai, Ling Chu bersenandung sambil melipat rapi pakaian rumah sakit.
Hari ini adalah hari terakhir ia tinggal di rumah sakit. Memar di tubuhnya telah lama menghilang. Menyisakan luka samar di bagian paha dalam.
Melirik jam di ponselnya, Ling Chu memperkirakan sebentar lagi Guo Chen akan datang menjemputnya.
Tuk! Tuk!
"Kamu sudah siap?" Tanya pria yang mengetuk pintu bangsal.
Ling Chu terkejut mendengar pria yang datang adalah Guo Yan. Ia tersenyum gembira, turun dari ranjang rumah sakit untuk menyapa Gio Yan.
"Xiao Yan! kamu datang? Dimana Kakak Chen?" tanya Ling Chu tidak menemukan keberadaan Guo Chen.
"Kakak ada urusan, dia memintaku untuk menjemputmu"
Guo Yan berjalan mengambil tas berisi sarapan Ling Chu, yang dibawa Ibu Guo tadi pagi. Ia mengerutkan alis saat mengangkat tas itu terasa berat.
"Hei, Xiao Chu.. kamu tidak memakannya lagi?" tanya Guo Yan menoleh pada wanita di belakang punggungnya.
"Ah.." Ling Chu menundukkan kepala, merasa bersalah karena tidak memakan habis hidangan yang dibuat khusus oleh Ibu Guo, "Maaf, aku tidak punya selera"
Guo Yan termangu menatap Ling Chu dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
Ling Chu bukanlah picky eater, hanya saja setelah diculik Ling Chu tidak memiliki selera saat makan sendirian.
Guo Yan mengusap rambut landaknya, mencoba menghilangkan ekspresi iba di wajahnya. Ia tak mau terang-terangan menunjukkan rasa iba pada Ling Chu kar'na wanita itu pasti tidak akan menyukainya.
Membawa tas makan, ia cepat-cepat duduk di sofa dekat jendela. Guo Yan membongkar kotak makan sambil menepuk-nepuk sisi kiri sofa yang masih kosong, "Ayo makan denganku, Ibu akan sedih jika kamu tidak menghabiskannya"
Ling Chu tersenyum kecut menghampiri Guo Yan yang menawarkan diri makan bersamanya. Tiba-tiba nafsu makannya kembali, Ling Chu dengan lahap menghabiskan empat potong daging sapi.
"Xiao Yan, kamu tidak menginginkannya?" tanya Ling Chu menunjuk ikan rebus dengan pipi menggembung.
Guo Yan meletakkan potongan ikan terakhir dalam mangkuk Ling Chu, tanpa sadar ia melunakkan nada bicaranya, "Aku sudah kenyang, makanlah.."
Memandangi lembut wajah bahagia Ling Chu, Guo Yan tahu suasana hati wanita itu telah stabil. Tangannya yang gatal, mengacak-acak rambut Ling Chu menjadi sarang burung wallet.
"Haiz, hentikan! Rambutku kusut" Protes Ling Chu memukul tangan jahil Guo Yan.
Pria itu tertawa, terus mengganggu Ling Chu makan. Keduanya yang asik bersenda gurau, tak sadar seseorang mengintip dibalik kaca pintu bangsal.
"Xiao Shu? Ada apa?" Tanya seseorang wanita yang berdiri di samping Jiang Shu sambil merangkul lengan pria itu.
Jiang Shu menghela sambil menepuk tangan kekasihnya, "Haruskah kita juga berkencan?"
"Apa? Bukankah kamu ingin menjenguk Xiao Chu?" Wanita itu mengangkat salah satu alisnya, ia tidak bisa melihat keharmonisan dalam ruangan tersebut.
"Ah~ mereka sedang bermesraan. Kita tidak bisa mengganggu mereka~" ucap Jiang Shu dengan nada nakal.
Melalui suara Jiang Shu, wanita itu tahu kekasihnya sedang main-main. Meski begitu wanita itu mengangguk setuju dengan rencana kencan Jiang Shu, "Hm, aku ingin es krim"
Ia tak memiliki ikatan khusus terhadap Xiao Chu jadi dia tak begitu tertarik dengan apa yang terjadi di dalam bangsal.
Jiang Shu tersenyum puas, melingkarkan lengan ke bahu kekasihnya, "Baiklah, kita akan makan es krim setelah makan siang. Kamu harus banyak makan daging"
"Oke, Dok" balas wanita itu dengan nada datar namun perkataannya mampu membuat Jiang Shu tertawa.
.
.
.
Tik! Tok!
Tik! Tok!
Seorang wanita bermata rubah, berjalan bolak-balik sedang menunggu kekasihnya yang belum tiba hampir seminggu.
"Ada apa ini? Apakah terjadi sesuatu pada Bai Bai?" Gumam Ling Yao menggigit kuku ibu jari hingga terbelah.
Sebelum pergi, pria itu mengatakan ada transaksi besar yang tak bisa dilewatkan. Ying Bai tidak ingin Ling Yao membuat masalah lagi, alhasil pria itu mengurungnya di dalam kamar.
Ling Yao berlari menuju pintu kamar, menggedor-gedor pintu kayu tebal. Ia yang panik mulai meneriaki bawahan Ying Bai.
"Hei, katakan! Apa sesuatu terjadi pada Boss kalian? Kenapa dia belum mengangkat teleponku? Dimana dia sekarang?! Kenapa dia belum menemuiku?"
Nafas Ling Yao bergemuruh, ia sedikit lelah berteriak keras seperti orang gila. Jika dia tidak melakukan hal ini, bawahan Ying Bai yang menjaga pintu kamar Ling Yao tidak akan menjawab pertanyaannya.
"..Nona tunggu saja, Tuan akan kembali minggu ini"
Ling Yao menggertakkan gigi, jawaban dari bawahan Ying Bai di luar pintu benar-benar tidak memuaskan Ling Yao.
Wanita itu dengan kesal menendang sepatu hak tinggi pada pintu untuk melampiaskan kekesalannya.
"Katakan padanya! Jika dia tidak kembali besok, aku akan melompat dari kamar!" Ancam Ling Yao pada bawahan Ying Bai.
Melempar tubuhnya ke kasur, kuku lentik yang baru di cat Ling Yao, menekan dan menggores sarung bantal hingga mengeluarkan bunyi teredam yang mengganggu.
Semakin kuat menekan jemarinya semakin keras suara yang dihasilkan. Mencakar bantal menjadi kebiasaan baru yang Ying Bai paksakan pada Ling Yao.
Agar Ling Yao mampu melampiaskan emosinya tanpa harus melukai dirinya sendiri. Alasan Ying Bai terdengar aneh namun Ling Yao menyukainya.
Memejamkan mata sebentar, Ling Yao tidur tanpa mimpi. Tidak ada yang berani mengganggu Ling Yao yang beristirahat. Pelayan meletakkan makanan di atas meja belajar.
Pagi-pagi buta Ling Yao terbangun dengan linglung. Dia belum menemukan kehadiran Ying Bai. Wanita itu menggertakkan gigi, melempar barang untuk menarik perhatian pelayan dan bawahan Ying Bai.
Crush!
Ling Yao menepati ucapannya, ia membuat keributan besar di kediaman Ying Bai. Mengenakan pakaian semalam, Ling Yao mencoba turun dengan melompat dari balkon.
Dua pelayan wanita yang baru masuk ke kamar, dengan panik berlari melingkarkan lengan mereka pada pinggang Ling Yao.
"Ah!! Nona Ling tolong turunlah!" teriak pelayan A.
"Nona, jangan seperti ini! Tuan pasti segera kembali!" lanjut pelayan B mencoba menenangkan Ling Yao.
"Lepaskan aku! Jika kalian tidak memberitahuku dimana Ying Bai, aku akan pergi mencari tahu sendiri!" Ling Yao yang keras kepala bergelut dengan dua pelayan yang menahannya.
Beberapa bawahan Ying Bai berlari ke teras, mereka mencari kain besar dan membentangkannya di bawah balkon, tempat Ling Yao berdiri.
Jika Nona Ling jatuh dan mengalami cedera, boss pasti akan memecat atau membunuh mereka.
Tiba-tiba tangan yang besar menepuk kepala Ling Yao. Pemilik tangan itu terkekeh sebelum berkata dengan suara serak, "Yao Yao sangat tidak patuh"
"Ying Bai.." Ling Yao menoleh ke samping.
Cahaya dari matahari yang terbit menonjolkan wajah Ying Bai. Mata keemasan seindah matahari, memandangnya penuh kehangatan. Senyum menyeringai dari pria itu menggambarkan kepicikan yang menyegarkan.
Ling Yao termangu, jantungnya berdebar kencang. Tatapan lembut dan senyum dari bibir tipis pria itu selalu tertuju padanya.
Ling Yao : "....." Kenapa aku baru menyadarinya?
Ujung telinga memerah, ia menghindari tatapan Ying Bai. Buru-buru melepas tangan pelayan yang masih menahan pinggangnya.
"Dari mana saja kamu?! Kamu membuatku takut setengah mati" Ling Yao langsung menerkam tubuh Ying Bai.
Bau obat-obatan menyeruak ke hidung Ling Yao. Mengalihkan rasa malunya.
Mengerut heran, melirik ke wajah Ying Bai yang agak pucat. Bibir pria itu juga tampak kering seperti orang sakit, "Kamu.. Katakan padaku. Apa kamu terluka?"
Pria itu menghela pasrah, tidak mudah membodohi Ling Yao, apalagi Ying Bai adalah boss bawah tanah yang memiliki banyak musuh. Ingin membunuhnya untuk memperluas wilayah.
"Aku baik-baik saja" Kata Ying Bai menggelengkan kepala. Ia mengaitkan tangannya dalam jemari mungil Ling Yao, "Ikut aku. Kita akan pergi berlibur"
"..Sekarang?" tanya Ling Yao sembari mengikuti langkah cepat Ying Bai.
Mereka memasuki mobil yang berbeda dari biasanya. Kendaraan yang mereka tumpangi adalah mobil perak yang tampak umum di jalan raya.
"Kemana kita pergi?" tanya Ling Yao penasaran.
Ying Bai tidak menjawab, supir melihat mereka melalui kaca tampaknya mengetahui situasi Ying Bai namun tidak berkomentar apapun.
Beberapa menit kemudian, Ling Yao mencoba memanggil nama pria itu, "Ying Bai.."
Kali ini Ying Bai menjawab pertanyaan Ling Yao, ia menggenggam tangan wanita itu, "Situasi Tian Pei tidak bagus, aku akan mengirimmu ke kampung halaman A Kang"
Tian Pei adalah nama organisasi bawah tanah di selatan yang saat ini berada di bawah kendali Ying Bai. Jika organisasi mengalami kemunduran, akan ada musuh yang mencari cela untuk mencaplok Tian Pei.
Dalam situasi terpojok, Ying Bai akan kesulitan melindungi Ling Yao di sisinya. Lebih baik mengirim kekasihnya ke tempat yang aman. Biarkan Ling Yao kembali setelah situasi Tian Pei stabil.
Mereka menyamar dengan mobil kelas menengah, pergi menuju bandara.
"Tuan, ada mobil yang mengikuti kita" Ujar supir yang sedari tadi melirik dua mobil hitam di belakang mereka, "..sepertinya ada yang membocorkan informasi kita"
"A Kang, singkirkan mereka" Perintah Ying Bai pada supir mobil kemudian menengok Ling Yao, "Kenakan sabuk pengamanmu"
Ling Yao mengencangkan gigi, ia sangat gugup dengan perubahan situasi saat ini tapi ia tetap mengikuti instruksi Ying Bai.
Tangan kanan Ying Bai yang bebas menjerat tangan kiri Ling Yao. Pria itu mengangguk, mata emas yang hangat seperti menguatkan Ling Yao.
Kecepatan mobil semakin meningkat, bawahan Ying Bai dengan lihai, melesat seperti peluru melewati pengendara lain.
Tin!
Tinn!
Gerakan ugal-ugalan dari ketiga mobil menerima klakson pengendara yang memaki mereka.
Tiba di tikungan tajam yang menanjak, A Kang dengan percaya diri memutar setir hingga mobil menikung. Jika A Kang gagal mendapatkan momentum, mobil itu akan terlempar dari pembatas jalan dan mobil akan berguling sampai ke dasar jurang.
"Ah!"
Ling Yao memekik ketakutan oleh belokan tajam A Kang, separuh nyawanya melayang melihat jurang dalam di sisi kanan.
"Haiz! Kemudikan dengan benar!" bentak Ling Yao memarahi A Kang.
"Maaf, Nona" balas A Kang tanpa rasa bersalah.
Dengan gerakan liar, A Kang berhasil menyingkirkan dua penguntit yang tak diundang.
Sepuluh menit lagi mereka akan tiba di bandara. Suasana tegang telah terangkat, Ying Bai menyerahkan ponsel untuk berkomunikasi dengan Ling Yao.
"Telepon aku saat kamu tiba" ujar Ying Bai mengusap kepala Ling Yao.
TINNN!!!!
Tiba-tiba sebuah truk muncul dari arah lain, A Kang yang tak siap, banting setir ke kanan. Reflek Ying Bai meraih Ling Yao dan melindungi kepala wanita itu dalam pelukannya.
"Wahh!!"
Brak!
Mobil perak berputar kencang hingga menabrak pembatas jalan. Asap hitam keluar dari bagian kap mobil.
Dari balik truk, satu mobil polisi dan dua mobil hitam telah bersiaga. Menunggu kedatangan kendaraan Ying Bai.
Beberapa pria berjas hitam, membuka paksa pintu. Menarik ketiga orang tersebut keluar dari mobil yang rusak.
Ling Yao yang dilindungi Ying Bai masih sadar walaupun sedikit lemas dan kebingungan. Dua bodyguard besar memapahnya, mendekati ketiga mobil di balik truk.
Seorang pria berseragam polisi berlari ke arah Ling Yao. Ia mengeluarkan lencana dari sakunya, memperlihatkan tanda pengenal.
Polisi itu tak peduli pada Ling Yao yang masih linglung akibat kecelakaan. Dia dengan tegas, menjelaskan kedatangannya, "Ling Yao, anda diduga menculik dan melakukan penganiayaan terhadap saudara tiri anda. Ikut kami ke kantor polisi."
Polisi itu langsung memborgol Ling Yao, meminta dua bodyguard menyeret wanita itu ke dalam mobil polisi.
"Ah? A-apa?" Ling Yao menoleh, ia tertegun menemukan asisten Huan berdiri di samping mobil hitam yang sempat mengikuti mereka.
Meski jendela mobil hitam tertutup rapat, firasat Ling Yao berkata ada Guo Chen di dalam mobil itu.
Dua bodyguard lain menyeret Ying Bai yang tak sadarkan diri, masuk ke dalam mobil.
Ling Yao tidak bisa membiarkan Ying Bai jatuh ke tangan Guo Chen. Pria itu pasti akan menyiksa Ying Bai sampai mati.
"Kamu-! Lepaskan dia!" teriak Ling Yao sambil menendangkan kaki ke udara. Ia meronta ingin melepaskan diri tapi ditahan dengan kuat oleh dua bodyguard Guo Chen, "Ah, Ying Bai! Ying Bai!"
"Ck, ck, ck, daripada mengkhawatirkannya, khawatirkan dirimu sendiri" Ujar Polisi yang geleng-geleng kepala oleh reaksi Ling Yao. Ia memasang borgol di tangan Ling Yao pada pegangan atas mobil.
"Lepaskan aku! Aku harus bersamanya!" teriak Ling Yao yang tak terkendali, matanya merah melihat dua mobil hitam telah pergi, "Tidak! Ying Baii!!"
Mobil hitam yang membawa Ying Bai semakin mengecil dalam jarak pandang Ling Yao. Rasa takut seolah menghilang, Ling Yao mulai menyerukan dan memaki nama Guo Chen.
"Haiz.. Anda seharusnya bersyukur, Tuan Chen tidak membunuh kalian di tempat" gumam Polisi sebelum masuk ke dalam mobil.