"Xiao Chu saatnya sarapan" Suara pria lembut mengetuk pintu untuk membangunkan Ling Chu.
Ketika pintu terbuka, Guo Chen terkejut, butuh beberapa detik untuk mengembalikan ekspresinya.
Guo Chen berdeham lalu berkata sambil merapikan rambut Ling Chu yang berantakan, "Xiao Chu, kenapa matamu bengkak?"
Mata Ling Chu bengkak dengan lingkar hitam. Rambut yang biasanya halus mengkilap, kini terlihat kusut dan mengembang.
Akibat menangis beberapa hari Ling Chu sangat kelelahan. Dia tak punya energi untuk merawat diri apalagi menanggapi Guo Chen.
Belum sempat menjawab, Ling Yao berlari menghampiri mereka.
Dia memegang bahu Ling Chu dan berkata dengan cemas, "Xiao Chu, ada apa denganmu?! Siapa yang membuatmu seperti ini?!"
Ling Chu memutar mata dengan malas, Ling Yao memulai drama menjadi saudara baik.
Guo Chen tersenyum masam namun matanya menggelap.
Dia gagal menghibur kucing kecilnya yang sedang terpuruk. Kehadiran Ling Yao mengganggu kedekatannya dengan Ling Chu.
Guo Chen melirik dingin pada Ling Yao, kemudian berkata dengan suara yang lebih lembut dari biasanya, "Sudah waktunya makan. Aku membawa sup kesukaan kalian"
Duduk di kursi, Ling Chu menyesap sup yang menghangatkan perutnya. Sup di mangkuk Ling Chu dengan cepat habis.
Guo Chen senang menatap Ling Chu memakan habis sup yang ia buat. Kerap kali Guo Chen memasak secara pribadi untuk Ling Chu dengan mengatasnamakan Ibunya.
"Kamu suka?" tanya Guo Chen dengan santai.
"Mmm.. ya, supnya sangat lezat" jawab Ling Chu tanpa sadar telah memuji juru masaknya.
"Senang mendengarnya"
Tak memahami maksud Guo Chen, Ling Chu hanya mengangguk kecil sebagai tanggapan.
Di sisi lain, Ling Yao memegang erat sendoknya. Ia ingin menghancurkan keharmonisan di hadapannya.
Guo Chen adalah tunangannya bagaimana bisa dia jauh lebih perhatian terhadap Ling Chu.
Ling Yao tidak bisa menerimanya.
Ling Yao tersentak kaget saat Guo Chen melirik dirinya, "X-xiao Chen, ada apa?"
"Tidak apa, aku melihat kamu tidak makan. Makanlah lebih banyak" kata Guo Chen yang tersenyum datar, "..Patuh"
Mata Ling Yao melebar, dia menjadi gugup hingga tangannya berkeringat dingin.
Dia menelan ludah mulai menyantap kembali makanannya dengan tangan sedikit gemetar.
Ling Chu tak menyadari kejanggalan mereka, berdiri sambil berkata "Aku akan bersiap-siap dulu"
Ketika pintu Ling Chu tertutup, meninggalkan ruang bagi mereka. Mendadak suhu ruangan turun drastis.
Guo Chen memandang pintu kamar Ling Chu tanpa menengok Ling Yao.
"Ling Yao.. sepertinya kamu cukup bersenang-senang hingga lupa dengan siapa kamu bermain" kata Guo Chen dengan suara rendah yang mengancam.
Ling Yao menggigil, tak berani menatap Guo Chen. Hampir tujuh tahun bersama Guo Chen, ini kedua kalinya mendengar Guo Chen berbicara bengis.
Dingin, suram dan mendominasi. Itulah diri Guo Chen yang sebenarnya.
"Kamu lupa kesepakatan kita" Guo Chen menatap tajam Ling Yao.
"Aku-aku" Pupil mata Ling Yao mengecil, kepanikan berlebih membuatnya sulit berpikir.
"Berhenti menyentuh garis bawahku"
Guo Chen memandang Ling Yao seperti benda yang sudah tak berguna, "Segera, bereskan masalah yang telah kamu buat"
"A-Aku mengerti.."
.
.
.
Selama periode penyelidikan sekolah, Ling Chu mencoba bersikap normal seolah masalah hasil ujian tidak ada kaitan dengannya.
Raut wajah Gun Pei mendung, situasi Ling Chu tidaklah optimis. Dia menjadi semakin pendiam.
"Ling Chu ada yang ingin kubicarakan" kata Gun Pei menahan Ling Chu menuju kantin sekolah.
Ling Chu memiringkan kepalanya, "Katakan saja"
"Tidak.. sebaiknya kita pergi ke taman belakang" kata Gun Pei memimpin jalan.
Tiba di taman belakang sekolah yang jarang dilalui orang, Gun Pei berkata dengan rasa bersalah, "Ling Chu maafkan aku. Ini semua salahku tidak menghentikan temanku"
"Gun Pei, apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti" kata Ling Chu sambil mengerut dahi.
"Kamu ingat temanku yang dalam masalah. Sebenarnya saat aku pergi ke toilet, aku menabrak temanku. Dia membawa sebuah amplop coklat"
"Amplop itu jatuh, sekilas aku melihat kertas jawaban yang tulisannya mirip denganmu" imbuh Gun Pei menundukkan kepala, tak mau menatap Ling Chu.
"Aku tidak sempat memastikan itu. Temannya menyambar amplop di tanganku dan berlari ke lorong yang mengarah tempat ruang arsip"
"..Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?" Kata Ling Chu dengan cemberut, "Kemungkinan besar merekalah pelakunya"
"Maaf, aku tak berpikir dia akan melakukan hal licik seperti ini. Jika aku tahu, aku akan merampas kembali amplop itu"
Ling Chu kesal pada Gun Pei yang terlambat memberitahunya tapi dia tidak menyalahkan Gun Pei yang ingin melindungi temannya.
"Kejadian ini bukan salahmu tapi aku juga tidak akan memaafkanmu kar'na menyembunyikannya dariku"
Ling Chu menyipitkan mata, dia menatap curiga Gun Pei, "Ngomong-ngomong, siapa teman yang kamu maksud?"
Seorang gadis dengan rok pendek berjalan menyusuri koridor. Ia melihat Gun Pei, kekasih masa kecilnya sedang menghalangi jalan.
"Gun Pei, apa yang kamu lakukan di-" kata gadis itu terhenti saat Gun Pei mendekat kemudian menarik tangannya.
"Ikut aku"
"Ha? Kemana? Tunggu, jalanmu terlalu cepat"
Gun Pei tidak menjawabnya, ia terpaksa mengikuti Gun Pei menuju taman belakang sekolah.
Kepanikan gadis itu muncul saat sosok Ling Chu duduk di bangku taman seperti sedang menunggu kedatangannya.
Terbesit dipikiran gadis itu bahwa Gun Pei mengkhianatinya.
Membawa dia bertemu Ling Chu sama dengan melempar dirinya ke dalam lubang api.
"Gun Pei! Lepaskan aku!" Teriak gadis itu sambil mengguncang tangan yang dipegang erat Gun Pei, "Kenapa kamu membawaku kemari?!"
"Yu Li, kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi dan aku akan membantumu menyelesaikan masalahmu. Percayalah padaku" kata Gun Pei menahan gadis bernama Yu Li yang berusaha kabur.
"Omong kosong! Aku tak butuh bantuanmu. Kamu hanya ingin menarikku jatuh!" Bentak Yu Li memukul tangan Gun Pei.
"Yu Li" ucap Ling Chu menatap kesal pada mereka, "Kamu gadis yang mengikuti Shen Fei. Kamu dan temanmu menukar kertas ujianku dengan yang palsu, bukan?"
Yu Li tertegun, bahunya gemetar.
"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya Ling Chu meminta kebenaran dari mulutnya.
Sayangnya Yu Li tidak tahu kenapa harus merundung dan menyakiti Ling Chu sampai sejauh ini. Yang ia harus lakukan hanya mengikuti dan menuruti perintah Shen Fei untuk bertahan di sekolah.
Empat tahun berpura-pura jahat membuatnya terbiasa untuk terlihat kuat. Satu-satu tameng Yu Li saat ini hanyalah keangkuhan.
"Ha! Memangnya aku butuh alasan? Kita sudah lama kenal, bukankah perundungan hal biasa untukmu?" Kata Yu Li dengan arogan.
"Yu Li!" Bentak Gun Pei tidak percaya dengan ucapan Yu Li. Dia telah banyak berubah, Gun Pei hampir tidak mengenalnya.
"..Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Apa orang tuamu mendidikmu untuk membully orang lain?"
Yu Li sedikit marah karena Ling Chu membawa nama orang tuanya. Dia bertanya dengan agresif, "Apa maksudmu?!"
Ling Chu melihat reaksi Yu Li seperti menemukan jawaban, "Ah, jadi orang tuamu tidak tahu kelakuanmu di sekolah?"
Senyum manis merekah pada wajah lelah Ling Chu tampak kecantikan suram menyedot jiwa. Ia berkata pelan, "Gun Pei, bantu aku mengunjungi kediaman keluarga Yu. Aku ingin Tuan dan Nyonya Yu mengetahui seberapa baik kelakuan anaknya di sekolah"
Yu Li tercengang dengan ucapan Ling Chu, rasa urgensi naik dua kali lipat. Jika Ayah dan Ibunya tahu, betapa besar kekecewaan mereka padanya.
Walau Ling Chu anak tiri dari keluarga, ia memiliki bobot dihati keluarga Ling. Status sosial mereka yang lebih tinggi dibandingkan keluarganya.
Memprovokasi keluarga Ling sama dengan kehancuran total keluarga Yu.
Selama ini dia berlindung dibalik nama Shen Fei namun Ling Chu mencari dirinya secara langsung. Ia tak yakin keluarganya bisa lolos dari keluarga Ling.
"Ling Chu! Ini tidak ada kaitannya dengan orang tuaku"
Gun Pei juga terkejut, ia memahami rencana Ling Chu dengan cepat ia setuju.
Ling Chu hanya melirik Yu Li, "Tentu saja ada. Mereka orang tuamu, mereka berhak tahu kejahatan apa yang dilakukan oleh putri kesayangan mereka"
"Ling Chu, mari kita bicarakan baik-baik" kata Yu Li menggenggam tangan Ling Chu.
Ling Chu menepis harapan terakhir Yu Li, dengan tegas berkata "Urusan kita sudah selesai. Selanjutnya aku hanya perlu berbicara dengan orang tuamu. Mungkin aku juga perlu membawa Ayah dan Ibuku"
"Tidak! A-aku terpaksa melakukan ini! Shen Fei memaksaku untuk melakukannya"
"Ya, kamu adalah kaki tangan Shen Fei. Jadi kamu harus menanggung kerugiannya" kata Ling Chu mencibir pemikiran Yu Li. Pendidikannya juga akan hancur karena ulah mereka.
Ling Chu tak munafik, dia tidak akan bersikap baik pada orang yang ingin menyakitinya. Untuk apa peduli pada orang yang tak layak ia hargai.
Dengan mudah Ling Chu menghempaskan tangan Yu Li, meninggalkan gadis itu dan Gun Pei sendirian.
"Gun Pei! Gun Pei! Apa yang harus kulakukan?! Hidupku akan hancur. Keluarga Ling tidak akan membiarkan keluargaku pergi" Kata Yu Li dengan gemetar menahan Gun Pei untuk tetap disisinya.
Gun Pei menghela nafas, ia tak nyaman melihat kondisi miris Yu Li.
"Yu Li, akan lebih baik jika kamu mengakuinya"
"Apa kamu gila?! Jika aku mengatakannya, aku akan dikeluarkan dari sekolah" kata Yu Li tak percaya.
"..setidaknya kamu tidak mendorong seluruh keluargamu jatuh" Gun Pei menghela nafas, ia menggenggam bahu Yu Li, "Ini satu-satunya jalan.. Yu Li"
"Tidak! Aku tidak mau!" seru Yu Li sambil menangis membayangkan bagaimana nasibnya jika ia mengakui perbuatan itu.
Seluruh sekolah akan tahu kejahatannya, status sosialnya akan mati dan keluarga Yu akan menanggung malu seumur hidup.
"Yu Li tenanglah.." ujar Gun Pei mencoba menenangkan Yu Li. Dadanya sesak ketika Yu Li menangis tersedu-sedu.
Tanpa sadar Gun Pei menggerakkan tangannya dengan lembut mengusap air mata Yu Li yang jatuh, "Jangan menangis. Aku akan tetap disisimu"