"Xiao Chu"
Ling Chu duduk di kursi, tak percaya dengan kejadian hari ini. Dia baru saja selamat dari malapetakata berkat perlindungan Jiang Shu.
"Xiao Chu" panggil Jiang Shu melambaikan tangan kirinya yang tidak terluka.
Ling Chu tersentak kaget, lambaian tangan Jiang Shu menyadarkannya. Ia menatap sedih pada Jiang Shu yang duduk di ranjang rumah sakit.
Bibir Ling Chu menekuk seperti bebek kecil. Ia meraih tangan kanan Jiang Shu yang terluka.
Selain kepintarannya, tangan Jiang Shu adalah salah satu aset untuk menjadi seorang dokter.
Jika kehilangan salah satu tangannya, cita-cita Jiang Shu sebagai dokter hanyalah angan-angan saja.
Kajian yang ia tekuni hampir separuh hidupnya akan menjadi teori dalam ingatan.
Beruntung tusukan itu tidak berakibat fatal. Tak mengenai saraf dan pembuluh darah jadi tidak akan timbul gejala sisa.
Ujung jari Ling Chu mengusap perban telapak yang dililit perban, "Kakak Shu, terima kasih"
Ling Chu mendengus, dia berkata dengan rasa bersalah, "Lukanya.. akan membekas di tanganmu"
Jiang Shu memandang Ling Chu, ia meraih tangan yang mengusap telapaknya.
"Kakak Shu, tanganmu terluka" Kata Ling Chu sedikit terkejut.
Keringat besar menetes dari pelipis Jiang Shu. Rasa perih dan nyeri berdenyut-denyut timbul di telapaknya, tak menghalangi Jiang Shu meraih tangan Ling Chu dan menaut erat kedua tangan mereka.
Ling Chu tak berani gegabah menolak genggaman Jiang Shu. Takut ia akan membuka jahitan telapak tangan Jiang Shu.
Jiang Shu menyeringai, ia mengguncang tangan mereka dan berkata, "Xiao Chu, lihat. Tanganku masih berfungsi dengan baik"
Dengan cemas Ling Chu menahan lengan Jiang Shu yang terus bergoyang, "Ya, aku melihatnya. Jangan digerakkan lagi. Lepaskan tanganku"
"Tidak" tolak Jiang Shu mentah-mentah, ia semakin mempererat pegangannya.
"Kakak Shu, jangan kekanakan! Nanti jahitanmu terbuka" kata Ling Chu mengerutkan dahi, tak mengerti jalan pemikiran Jiang Shu.
"Ling Chu, jangan merasa bersalah padaku. Aku rela melakukannya untuk melindungi wanita yang kusukai"
Jiang Shu menempelkan bibir lembut yang sedikit kering ke punggung tangan Ling Chu.
"Jadi Ling Chu.. jangan memberatkan hatimu" Jiang Shu menempelkan pipinya yang agak dingin ke punggung tangan Ling Chu.
Ia sangat menikmati kehangatan pihak lain. Menebus rasa sakit ini dengan kenyamanan yang diberikan Ling Chu.
"Jangan kasihan padaku" ujar Jiang Shu dengan lirih.
Ling Chu tertegun. Memahami Jiang Shu yang tulus menyelamatkannya dari bahaya. Jiang Shu rela melindungi Ling Chu dengan tubuhnya sendiri.
Inilah perasaan sejati Jiang Shu untuk Ling Chu.
Kebodohan Jiang Shu mencegat gunting itu, menggoyahkan tembok yang ia bangun.
Ling Chu mulai tak yakin bagaimana ia harus memandang Jiang Shu.
Sebagai saudara laki-laki yang merawatnya atau pria yang menyukainya.
"Jiang Shu, kamu benar-benar.." Ling Chu sedikit terharu hingga tak bisa berkata-kata.
Guo Yan berlari menuju ruangan Jiang Shu disusul Jiang Mu dan Xie Ran di belakangnya. Mereka mengkhawatirkan Jiang Shu yang ditikam orang.
"Kakak Shu!" Teriak Guo Yan membuka pintu.
Ia mendapat pemandangan dimana Jiang Shu tersenyum puas menggenggam tangan Ling Chu.
"Ahk-"
Tersentak kaget Ling Chu menepis tangan Jiang Shu hingga pria itu meringis memegang tangannya kesakitan.
"Guo-Guo Yan, kamu disini. Haha, Kakak Mu dan Kakak Ran juga datang" sapa Ling Chu dengan canggung.
Jiang Mu dan Xie Ran terdiam di belakang Guo Yan. Mereka bertiga tidak masuk.
Tanpa membalas sapaan Ling Chu, Guo Yan menutup pintu seolah mereka tidak melihat apapun.
"Ternyata bukan masalah besar, aku ingin kembali tidur" kata Guo Yan berjalan pergi, menggosok rambutnya dengan kesal.
Disusul Jiang Mu yang tidak berkomentar apapun pada saudaranya.
Ling Chu keluar dari sela pintu, berteriak dengan wajah merah, "Tunggu! Bukankah kalian menjenguk Kakak Shu?!"
Xie Ran menerima tatapan memohon Ling Chu yang sangat kuat. Mata ruby itu berkaca-kaca seolah akan menangis.
"Haha, kita sudah terlanjur datang. Setidaknya mari sapa Jiang Shu" Xie Ran menggandeng tangan Jiang Mu menyeretnya ke dalam.
"Guo Yan" Panggil Jiang Mu menggunakan dagu seperti menunjuk ruangan Jiang Shu.
Ia memberitahu Guo Yan ikut masuk ke dalam.
Guo Yan berdecak lidah tapi tetap menyusul mereka. Bibirnya menekuk saat mengingat tangan Ling Chu disentuh Jiang Shu.
Dia tampak kesal saat mengingat itu.
Bangsal menjadi sedikit ramai, Jiang Shu tertawa melihat kedatangan mereka.
Tak sampai Jiang Mu dan Jiang Shu saling melirik. Mereka memahami pemikiran satu sama lain.
Jiang Mu mengeluarkan kartu hitam dari sakunya dan berkata pada Xie Ran, "Ajak Xiao Chu makan"
"Baik. Xiao Chu, kamu suka ayam pedas? Aku tahu resto enak di sekitar sini" Tanya Xie Ran mengajak Ling Chu keluar makan.
Ling Chu yang belum makan sejak siang jelas lapar, tanpa pikir panjang mengikuti Xie Ran.
Ketika pintu tertutup, kesunyian diantara para pria membuat suasana agak dingin.
"Ha~ baiklah, mulai dari mana aku harus bercerita" kata Jiang Shu menggoda mereka.
Jiang Shu mulai cerita secara asal-asalan.
Dimulai dia ingin mengajak Ling Chu kencan sepulang sekolah tapi Shen Fei menelpon Ling Chu untuk bertemu satu sama lain.
Mereka menunda kencan, menunggu Ling Chu kembali.
Jiang Shu yang kesepian, tidak bisa sendirian. Diam-diam mengikuti Ling Chu dan mengintip mereka dikejauhan.
Menemukan Shen Fei membawa gunting tajam dengan agresif bersiap menyerang Ling Chu .
"Jadi kamu menghadang gunting itu untuk Ling Chu?" Tanya Jiang Mu yang duduk di kursi sebelah kasur Jiang Shu.
"Ya ya, aku berusaha menangkap gunting itu tapi meleset mengenai tanganku" jawab Jiang Shu menganggukkan dengan polos menujuk tangan yang diperban.
Guo Yan mengerutkan alis, berpikir IQ Jiang Shu telah menurun, "Seharusnya kamu menangkap lengan Shen Fei bukan gunting yang ia pegang"
Baru memahami solusi Guo Yan, Jiang Mu memukul pahanya, "Oh! Kau benar. Tidak terpikir olehku"
"..Tidak, lain kali kamu harus tendang dia"
Guo Yan : "..…"
"Jiang Mu~ Shen Fei itu perempuan. Aku tidak tega melakukannya~" balas Jiang Shu dengan nada main-main sambil bersandar pada bantal.
"Tidak peduli pria atau wanita, selama mereka berani menyakitimu, kamu harus melawan dengan tegas"
Jiang Mu melirik tangan Jiang Shu yang diperban, dengan acuh tak acuh menasehati Jiang Shu, "Belajarlah bersikap kejam. Jika tidak, kamu yang akan terluka"
Jiang Shu menghela nafas, tak ingin membahasnya dia mengalihkan topik, "Daripada itu, kalian harus tahu perundungan Ling Chu di sekolah terjadi karena Ling Yao"
Guo Yan terkejut sementara Jiang Mu biasa saja seolah sudah tahu sifat asli Ling Yao.
Jiang Shu melanjutkan, "Tadi pagi aku mendengar kabar, seseorang mencoba merusak nilai ujian Xiao Chu"
"..itu juga ulah Ling Yao?" Gumam Guo Yan mengutarakan pikirannya.
Guo Yan tahu ketidaksukaan Ling Yao terhadap Ling Chu namun tak berpikir akan sampai ketitik ini.
Jiang Mu menebak garis besar cerita absrut Jiang Shu, ia berkata "Kamu menjemput Ling Chu mau membantunya tapi kamu menemukan Shen Fei ingin menikam Ling Chu"
"Hmm, Shen Fei berkata Ling Yao menarik saham di perusahaan Shen" imbuh Jiang Shu mengarahkan tebakan Jiang Mu.
Jiang Mu berpikir sambil menutup mata, dahinya mengerutkan. Dia memiliki kesimpulan kasar tentang perilaku Shen Fei, "Gadis itu ingin membalas dendam melalui Ling Chu"
Jiang Shu dengan tegas mengangguk.
"Dimana Shen Fei sekarang?" Tanya Guo Yan dengan wajah muram.
"Aku tidak sempat mengurusnya. Tanganku terluka, okey" kata Jiang Shu dengan acuh tak acuh.
"Kamu melepaskannya begitu saja?" Kata Jiang Mu dengan nada kesal. Tak habis pikir dengan sikap Jiang Shu yang menyepelekan masalah ini. Bisa saja Shen Fei melakukan hal yang lebih buruk dari ini.
"Aku akan mengurusnya" ucap Jiang Mu mengakhiri percakapan mereka.
Selama dua hari Ling Chu datang ke rumah sakit untuk menemani Jiang Shu setiap pulang sekolah.
Di hari terakhir, Ling Chu merapikan tumpukan laporan riset Jiang Shu.
"Kakak Shu, aku akan meletakkannya dalam map merah" ujar Ling Chu menyelipkan kertas Jiang Shu.
Sebagai tanggapan Jiang Shu bergumam, ia fokus mengetik laporan di laptop menggunakan tangan kirinya secara perlahan.
Ling Chu duduk di sofa, sesekali mencuri pandang pada Jiang Shu.
Tanpa sadar Ling Chu menelan ludah. Dia tak tahan menatap Jiang Shu yang terlihat keren dengan mengenakan kacamata tipis berbingkai emas, baju pasien tidak merusak pesona Jiang Shu.
Meski bukan pertama kalinya ia melihat Jiang Shu memakai kacamata, entah kenapa jantung Ling Chu berdetak kencang.
Ling Chu : "....." Sial! Kenapa Jiang Shu semakin tampan!
Tiba-tiba mata Jiang Shu tertuju padanya, Ling Chu tersentak tertangkap basah mengintip Jiang Shu.
Reflek Ling Chu menundukkan kepala, pura-pura bermain ponselnya.
Jiang Shu terkekeh melihat Ling Chu salah tingkah. Efek inilah yang diharapkan oleh Jiang Shu.
Pria itu menyeringai di balik kertas yang menutupi separuh wajahnya. Jiang Shu yakin telah menarik simpul di hati Ling Chu.
"Xiao Chu~" panggil Jiang Shu dengan main-main.
Jiang Shu menekuk lengan di meja kecil lalu menopang kepalanya. Ia mengedip-ngedipkan mata sambil menggoda Ling Chu, "Apa aku sangat tampan?"
Ling Chu menutupi pipinya yang panas, tanpa sadar dia berbicara dengan keras, "Apaan sih, jangan narsis!"
"Hmm~ sepertinya kamu benar-benar terpesona olehku. Baiklah" gumam Jiang Shu, ia menegakkan punggungnya kemudian merentangkan kedua tangan, "Kemarilah, aku akan memberimu pelukan gratis"
"Jika kamu mau, aku bisa memberimu lebih dari pelukan" Imbuh Jiang Shu menggoda Ling Chu.
"Hentikan, tingkahmu merusak ketampananmu" kata Ling Chu berpura-pura jijik.
Ling Chu memilih kabur dari bangsal. Lebih baik mengurus administrasi Jiang Shu daripada merawat pasien yang usil ini.