Chereads / Transmigration: Come To You / Chapter 23 - Keluar Rumah Sakit

Chapter 23 - Keluar Rumah Sakit

Tubuh Ling Chu yang gemetar mendapat pelukan hangat dari orang yang baru saja melecehkannya.

Gejolak besar hati Ling Chu sedikit mereda.

Guo Chen menundukkan kepala, ia mengelus pipi merah Ling Chu. Ia merasa bersalah, tidak mungkin Ling Chu akan melakukan hal seperti itu dengan Jiang Shu. Namun provokasi Jiang Shu saat di bangsal membuat Guo Chen menunjukkan emosi yang ia pendam selama ini.

"Maaf, aku menyakitimu. Aku hanya tidak tahan melihatmu dicuri dariku"

Menekukkan bibir Ling Chu yang cemberut tak menggubris ucapan Guo Chen. Membiarkan pria itu memberi kenyamanan. Guo Chen mendekat mematuk bibir, perasaan lengket dan basah menguasai dirinya.

Entah sihir apa yang digunakan Guo Chen hingga membuat Ling Chu menyerah. Dari keengganan menjadi keinginan. Dia membiarkan Guo Chen menjarah kembali.

Tidak sekasar sebelumnya, Guo Chen mencium dengan lembut memimpin Ling Chu ke dalam jurang nafsu.

Terbawa suasana ambigu, tubuh Ling Chu mendidih. Tak berpikir ciuman seperti ini terasa nyaman dan ketagihan.

Guo Chen mengakhiri ciuman, seutas benang perak diantara bibir mereka. Menatap Ling Chu yang sedikit linglung. Mata merah ruby berkilau indah mencerminkan sosoknya.

"Ada apa?" Tanya Ling Chu yang kebingungan, untuk pertamakalinya berbicara pada Guo Chen dengan nada bicara memanjakan.

Ling Chu tersentak saat tangan yang sedikit kasar menyelinap ke dalam rok seragam. Tangan Guo Chen naik sampai ke panggul Ling Chu, membelai dan mencubit pelan kulit kenyal Ling Chu.

Hawa dingin dari ac di lorong menerpa kulit Ling Chu yang tidak tertutupi seragam membuat menggigil tidak nyaman.

"Guo Chen, hentikan.." Panggil Ling Chu memandang Guo Chen dengan tatapan memohon, dia ingin menghentikan tindakan Guo Chen.

Jika tidak, ia tak tahu apakah nanti bisa mengehentikan pria buas dihadapannya ini.

Guo Chen terdiam terus menatap Ling Chu, ia tidak senang diganggu menikmati makanannya. Guo Chen menghela frustasi menutupi mata yang sudah kecanduan pada Ling Chu.

Tatapan mata ruby yang rapuh itu mampu menghentikan kegilaan Guo Chen.

Belum memulihkan kekuatannya, Ling Chu melemparkan seluruh berat dan bersandar pada dada lebar Guo Chen.

Aroma mint menyeruak ke hidungnya. Ling Chu memiliki ilusi pernah mencium aroma Guo Chen di suatu tempat.

Guo Chen terkekeh, mendapati kucing kecil mengendus-endus dadanya. Dia mendekap erat kucing kecilnya tanpa perlawanan apapun.

Mata pheonix menawan itu menunjukkan arogansi, melirik seseorang dibalik lorong dari tempat mereka berdiri.

Langkah kaki terdengar dekat tempat mereka berdiri. Suara gema dari seseorang berlari menakuti Ling Chu.

"Guo Chen, seseorang baru saja datang!" Bisik Ling Chu yang panik mendorong Guo Chen menjauh. Dia merapikan bajunya yang berantakan.

"Tidak, kamu salah dengar" kata Guo Chen menundukkan kepala.

"Jangan menipuku! Suara kaki itu sangat jelas-" ucapan Ling Chu terhenti, menangkap basah Guo Chen yang melihat belahan dadanya, "Hadap sana!"

Guo Chen berbalik menunggu Ling Chu merapikan seragam, dia menggenggam erat tangan Ling Chu tidak membiarkannya lepas, "Ayo kembali"

Sesampai di pintu bangsal, Ling Chu memaksa Guo Chen melepaskan pegangannya. Mereka masuk bergantian dengan jeda waktu sekitar lima menit.

Bangsal yang sepi menjadi ramai oleh kunjungan Jiang Mu, Xie Ran dan Guo Yan. Bisa dibilang semua karakter novel XXXXX kecuali Ling Yao yang berlibur ke pantai kota J.

Hari ini adalah hari terakhir Jiang Shu dirawat, Jiang Mu datang untuk menjemputnya pulang. Ling Chu dan Xie Ran membantu memasukkan laporan dan laptop Jiang Shu ke dalam tas.

Mereka keluar setelah Jiang Shu sudah berganti baju. Naik ke mobil menuju kediaman keluarga Jiang.

Sudah lama Ling Chu tak mengunjungi Paman dan Bibi Jiang. Keduanya menyambut kedatangan mereka dengan ramah.

"Xiao Yan, kamu datang" Sapa Paman Jiang merangkul Guo Yan seperti keluarganya sendiri, "Xiao Chen, Xiao Chu, sudah lama kalian tidak kemari"

"Halo Paman, Bibi Jiang" balas Ling Chu dengan sopan.

"Bibi senang kalian datang kemari. Ayo, sebaiknya kita mengobrol di dalam" Bibi Jiang memimpin mereka ke dalam rumah.

Ling Chu menghabiskan waktu minum teh bersama mereka. Suasana ramai penuh tawa mengisi kediaman Jiang.

Bibi Jiang telah lama menerima protagonis wanita sebagai menantu. Keluarga Jiang hanya memiliki anak laki-laki membuat Xie Ran lebih mudah diterima. Paman dan Bibi Jiang memanjakan Xie Ran seperti putri kandung mereka sendiri.

Ling Chu turut senang dengan kebahagiaan Xie Ran, setidaknya protagonis tidak akan dibunuh oleh Ling Yao.

Tiba-tiba suara gitar bas menggebu-gebu disusul suara cempreng pria yang bernyanyi dengan nada tak selaras, menggema di kediaman Jiang. Sangking kencangnya gelas dan kaca lemari bergetar keras.

"Bajingan itu mulai lagi!" Bentak Paman Jiang marah menggebrak meja. Dia berdiri mengambil tongkat golf menuju lantai dua untuk membunuh seseorang.

"Ayah, jangan bunuh Jiang Wu~" kata Jiang Shu tanpa niat menghentikan Paman Jiang.

"Sayang, matikan saja speakernya. Jangan memukul bayi kita" kata Bibi Jiang menggelengkan kepala, khawatir pada putra bungsunya yang kumat.

"Biarkan saja Bu, Jiang Wu pantas mendapatkannya" jawab Jiang Mu membenarkan tindakan Ayahnya.

"Ahaha.. Apa dia akan baik-baik saja?" Kata Xie Ran bertanya pada Jiang Mu.

Jiang Mu menyesap teh yang telah dingin, "Tenang saja, dia licin seperti belut"

"Dan sekuat beruang~" imbuh Jiang Shu.

Sosok Jiang Wu cukup misterius bagi Ling Chu. Hampir tujuh tahun dia tinggal di novel ini, Ling Chu belum pernah melihat langsung anak beruang keluarga Jiang. Hanya sebatas potret Jiang Wu pada usia sepuluh tahun.

Pada usia dua belas tahun, Jiang Wu memilih tinggal dan belajar diluar negeri. Baru kembali tahun ini untuk melanjutkan kuliah di kota A.

"Dad? Apa yang kamu lakukan disini? Untuk apa membawa tongkat golf?"

"Sudah kubilang jangan keluarkan speaker itu dari dalam studio! Apa kamu lupa yang ibumu bilang? Matikan mic-nya!"

"Daddy~ aku ingin menyapa Kakak Shu dan temannya dengan lagu baruku. Bukankah suaraku indah? Wah! Tunggu! Dad kenapa kamu memukulku?!"

"Bocah ingusan, sadarlah kamu tuli nada sepertiku! Berhenti bernyanyi!"

"Setidaknya suaraku lebih baik darimu Dad. Wah! Daddy kamu ingin membunuhku?! It's crime!"

"Kemari kau!"

"No way! Menjauh dariku!!"

Suara mikrofon jatuh dan teriakan ayah dan anak kejar-kejaran. Samar-samar Ling Chu bisa menggambarkan selincah apa Jiang Wu yang dikejar Paman Jiang.

Jiang Shu tertawa mendengar kegaduhan lantai atas. Sedangkan lainnya menutupi senyum dengan minum teh.

"Ekhem, maaf membuat kalian tidak nyaman. Baru-baru ini Jiang Mu sangat suka bermain musik" kata Bibi Jiang tersenyum kecut, menahan malu oleh kelakuan putra bungsu dan suaminya di lantai atas. Beruntung yang datang hari ini adalah orang terdekat mereka.

"Bibi tidak perlu meminta maaf, Jiang Wu masih muda. Kami bisa mengerti" kata Guo Chen menghibur Bibi Jiang.

"Ya Bibi" imbuh Xie Ran setuju perkataan Guo Chen.

Tersanjung oleh penghiburan Guo Chen, Bibi Jiang mengajak mereka menghindari kebisingan lantai atas.

Bibi Jiang telah menyiapkan makanan untuk menyambut mereka. Pergi ke taman belakang, terdapat meja makan panjang dengan tujuh hidangan dan satu sup tertata rapi.

Duduk secara acak di kursi, Ling Chu menunggu Bibi Jiang membuka jamuan makan malam hari ini.

Matanya fokus pada kaki ayam pedas di meja yang masih mengepul panas. Sudah lama sekali Ling Chu tidak memakannya.

"Xiao Chu, kamu suka kaki ayam pedas bukan? Aku meminta Ibu menyiapkannya untukmu~" Kata Jiang Shu meletakkan dua kaki ayam berwarna merah kecoklatan, menggugah selera Ling Chu.

"Terima kasih Bibi sudah membuatkannya untukku"

"Makanlah nak, Bibi senang kamu menyukainya" kata Bibi Jiang mendorong semangkuk kaki ayam pedas pada Ling Chu. Kemudian dia mendorong makanan lain ke Xie Ran yang sedikit melamun, "Xiao Ran, hidangin ini adalah favorit Jiang Mu. Cobalah"

"Ah, Terima kasih Bibi!" Xie Ran sedikit kaget, ia tersenyum mengambil makanan di meja.

Makan sore di bawah langit jingga memberi pengalaman lain bagi Ling Chu. Tanpa ragu-ragu Ling Chu makan dengan lahap, menikmati hidangan yang disajikan rumah Jiang.

Saus kental dari kaki ayam menodai bibir Ling Chu yang memerah karena kepedasan.

Jiang Shu terkekeh melihat Ling Chu makan belepotan. Dia mengambil tisu ingin membersihkan noda di mulut Ling Chu tapi sebelum dia bertindak, seseorang mendahuluinya.

"Ada saus di mulutmu" kata Guo Chen sambil menyeka mulut Ling Chu dengan sapu tangan.

Diam-diam Jiang Shu meremas tisu, berkata sambil menggoda hidung kecil Ling Chu, "Xiao Chu~ Masih makan belepotan"

Terkejut oleh tindakan Jiang Shu dan Guo Chen yang tiba-tiba. Ling Chu menoleh ke samping kiri dan kanannya. Tersadar bahwa ia duduk diantara Guo Chen dan Jiang Shu.

Satu orang mesum dan satu orang yang menyatakan cinta padanya. Ling Chu tak nyaman duduk diantara mereka.

"Apa yang kamu lihat? Terpesona oleh ketampanan kami~" goda Jiang Shu sambil mengkerlingkan matanya.

Ucapan Jiang Shu mengundang gelak tawa lainnya.

"Tidak" Elak Ling Chu malu di tertawakan lainnya, "Bisakah kakak makan dengan tenang?"

"Bagaimana aku bisa makan dengan damai?" Kata Jiang Shu memelas, menggenggam sendok ditangan kiri. Dia dengan kikuk menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

Ling Chu merasa bersalah, Jiang Shu menjadi seperti ini karena melindunginya. Jadi Ling Chu membantu Jiang Shu mengambil lauk pauk di atas meja.

"Xiao Shu senang sekali menggoda Xiao Chu" Kata Bibi Jiang memandang putranya yang usil. Sebagai seorang ibu, bagaimana mungkin dia tidak menyadari putranya menyukai gadis keluarga Ling.

Dia mendukung pilihan Jiang Shu tapi tidak akan membantunya. Biarpan putranya berusaha mengapai hati Ling Chu.

Lampu-lampu taman menyala, menerangi kegelapan taman. Mereka berbincang-bincang santai di meja makan hingga larut malam.

Mata Ling Chu sayup-sayup menunggu seseorang mengusulkam pulang.

Sepuluh menit berlalu Ling Chu tertidur pada pundak seseorang. Dia tidak peduli pada siapa dirinya bersandar.

"Xiao Chu"

"Xiao Chu, bangun"

Sentuhan hangat membangunkan Ling Chu, terlalu lama tertidur membuat kelopak matanya sulit dibuka. Dia ingin mengusap mata agar cepat terbuka namun sentuhan hangat dari tangan seseorang menahannya.

"Jangan diusap nanti matamu sakit"

Ling Chu cemberut memicingkan matanya, menemukan pria di sampingnya adalah Guo Yan.

"Guo Yan? Dimana kita sekarang?" Tanya Ling Chu setengah sadar.

"Di depan apartemenmu. Apa nyawamu sudah terkumpul?"

Ling Chu menggelengkan kepala kemudian bersandar pada pundak Guo Yan, "Sepuluh menit lagi"

Guo Yan menghela nafas, membiarkan Ling Chu tidur kembali. Jika tidak bangun dalam sepuluh menit, Guo Yan akan menggendong Ling Chu ke dalam apartemen.

Pkiran Guo Yan kembali berlabuh pada Guo Chen. Dia tidak bisa memahami pola pikir kakaknya.

Bukankah Guo Chen menyukai Ling Chu tapi kenapa bertunangan dengan Ling Yao? Dan lagi untuk apa dia mengantar Xie Ran pulang? Apa hubungan Xie Ran dengan Guo Chen?

Guo Yan mendengus, mengusap kepala dengan frustasi. Dia memandangi Ling Chu yang tertidur pulas. Menyentuh pipi lembut Ling Chu sambil bergumam, "Aku harap Kakak tidak memancing masalah baru lagi"