Jiang Mu melirik Guo Chen yang bersandar pada dinding seolah menunggu sesuatu yang menarik.
"Jangan libatkan Xie Ran dalam permainanmu"
"Selama dia tidak ikut campur. Aku tidak akan mengusiknya" kata Guo Chen yang tak menganggap serius ucapan Jiang Mu.
Ketika Guo Chen dan Jiang Mu bertemu empat mata, Guo Chen lebih terus terang. Kesamaan dalam diri mereka membuat Guo Chen lebih terbuka menunjukkan jati diri sebenarnya.
Jiang Mu tidak bicara namun sorot mata yang tajam menunjukkan amarah dalam diam. Ia menahan emosi dengan mengepal erat tangan kanannya.
Suara deru mobil menggema dalam hutan, pagar kuning pucat terbuka menyambut kedatangan Guo Yan dan Ling Chu.
Villa modern yang didominasi hitam putih tampak jelas di kedalaman hutan. Pintu gerbang berukiran hitam perak secara otomatis terbuka.
Guo Yan memarkirkan mobil tepat di pintu villa. Tidak membangun Ling Chu, Guo Yan membuka bagasi menurunkan koper dari bagasi mobil.
"Kenapa kamu baru tiba sekarang?" Kata Guo Chen melirik jam dari ponselnya.
"Aku menunggu Ling Chu menyiapkan kopernya. Ling Yao tidak memberitahunya" kata Guo Yan sambil menurunkan tas terakhir. Apa yang ingin Guo Yan katakan, dia tidak mengulur-ulur waktu untuk berada diruang yang sama dengan Ling Chu.
Guo Chen melipat tangan di dada sambil menatap adik laki-lakinya. Dia berjalan membuka pintu mobil, menemukan kucing kecilnya meringkuk di kursi.
Guo Chen terdiam sebelum melempar sembarangan jaket besar yang menempel pada Ling Chu. Perlahan mengangkat gadis yang masih tertidur pulas.
Kepala Ling Chu bersandar pada dadanya. Hembusan lembut menyembur ke dada Guo Chen. Selang beberapa detik Ling Chu mengendus sambil mengusap kepalanya di dada Guo Chen.
Tatapan Guo Chen melembut, mungkin Ling Chu menyukai aromanya. Sesaat Guo Chen berpikir Ling Chu memiliki ketergantungan terhadapnya.
"Tinggalkan kopernya di ruang tamu. Paman Zhen akan mengantarnya ke kamar dan biarkan mobilmu parkir disini. Kamu bisa beristirahat" kata Guo Chen pergi membawa Ling Chu ke dalam villa.
Guo Yan menghela lega saat memandang kepergian Guo Chen dan Ling Chu memasuki villa. Dia menjadi lebih santai seperti telah menyelesaikan misi dari atasannya.
Di area pepohonan villa modern, kicauan burung saling bersahutan. Ling Chu terbangun kebingungan melihat kamar asing yang ia tempati. Baru ingat bahwa dia sedang liburan di kota J bersama Guo Chen dan lainnya.
Menguap lebar, Ling Chu menuruni tangga mencari keberadaan lainnya. Mata ruby itu stagnan menatap sosok yang sudah lama tidak ia temui.
Ling Chu yang masih mengantuk, langsung terbangun oleh Guo Chen yang keluar dari kamar dengan rambut basah. Pertama kali melihat Guo Chen tampil bertelanjang dada seperti model iklan majalah yang sexy.
Setiap gerakan pria itu terekam lambat oleh mata ruby Ling Chu. Tangan Guo Chen menyisir rambut yang basah dengan anggun, mengenakan kaos bersih yang mengekspos otot dan lekuk tubuh seorang pria muda.
"Xiao Chu, kamu bangun" sapa Guo Chen selesai mengenakan kaos hitam. Keteraturannya berolahraga membentuk otot perut indah yang enak dipandang.
Mata ruby itu terbelalak menerima keindahan yang menggoda iman di pagi hari. Reflek Ling Chu menyentuh bawah hidungnya takut ia mimisan.
Guo Chen tersenyum lembut, tangan dingin yang bebas menyentuh wajah Ling Chu, "Ada apa?"
"Tidak. Dimana yang lain?" Tanya Ling Chu mengalihkan perhatiannya.
"..Guo Yan jogging. Yang lain belum bangun" kata Guo Chen memeluk pinggang Ling Chu, menuntun gadis itu menuruni tangga, "Apa kamu tidur nyenyak?"
"Ya.. Ngomong-ngomong siapa yang mengantarku ke kamar? Aku tidak ingat berjalan sendiri ke atas" Ujar Ling Chu merasa ganjal tiba-tiba terbangun di kasur.
"Ini aku" kata Guo Chen sambil tersenyum bangga. Mata phoenix itu menyipit terlihat menawan dan ada sedikit arogan.
Anehnya Ling Chu tidak kesal ataupun marah, melainkan tersipu malu oleh wajah tampan Guo Chen. Ling Chu mengerutkan kening, ia berpikir sudah tiga bulan tidak melihat wajah-wajah pria tampan membuatnya grogi saat bertemu Guo Chen yang notabene 1000℅ tampan.
Ling Chu tidak menunduk untuk menghindari pandangan Guo Chen, ia berkata "Lain kali Kakak bangunkan aku"
Guo Chen : "..Tidak, aku tidak akan membangunkanmu"
Ling Chu : "Kenapa?"
Guo Chen : "Aku suka melihatmu tidur" Karena kamu tidak akan begitu waspada dan menghindar dariku
Ling Chu : "...." Baru saja dia menggodaku bukan?
Ling Chu tak tahu pemikiran lain dari Guo Chen, dia cemberut dengan ujung telinga agak merah.
Berjalan ke ruang makan, menemukan dua bibi paruh baya yang tidak Ling Chu kenal sedang memasak di dapur terbuka.
Aroma kaya mengisi ruangan makan. Ling Chu tak sabar mencicipi sarapan tapi dia harus menunggu sejam lagi membangunkan lainnya.
Guo Chen menuangkan susu coklat hangat ke gelas, menyerahkannya pada Ling Chu. Uap putih mengepul dari gelas, aroma coklat yang kaya terhirup hidungnya membuat perut Ling Chu keroncongan.
Mendengar bunyi perut Ling Chu, Guo Chen terkekeh, "Kamu bisa makan lebih dulu"
"Tidak, kita harus makan bersama. Aku bisa menahannya" kata Ling Chu malu mengelus perutnya yang berbunyi lagi.
Guo Chen tertawa sembari menyerahkan sepotong roti untuk mengganjal perut kecil Ling Chu yang berdemo meminta makan.
"Ekhem, terima kasih" Berdeham menahan malu, Ling Chu mencubit roti itu dan mencelupkannya ke dalam susu coklat.
Guo Chen menyaksikan Ling Chu makan dengan lahap hingga meminum habis susu coklat yang ia siapkan.
Meletakkan gelas kosong, Ling Chu memiliki kumis dari susu coklat yang lucu.
Dagu Ling Chu sedikit gatal, tangan yang agak kasar mencubit dagunya. Menatap curiga apa yang ingin dilakukan Guo Chen, "Apa?"
Guo Chen mengambil tisu menghapus kumis dadakan Ling Chu, "Kamu belum mencukur kumismu"
"Kumis? Aku tidak punya kumis" Kata Ling Chu kebingungan.
"Kamu memilikinya" kata Guo Chen menunjukkan tisu yang ternoda susu coklat lalu meletakkannya di bibir Ling Chu seperti memberi makan domba.
"Puih! Kamu kira aku makan tisu" ujar Ling Chu dengan bibir menekuk seperti itik kecil yang marah.
Ling Chu tidak benar-benar marah, jantungnya berdebar kencang.Untuk mengalihkan degup jantung yang berlebih, ia melempar tisu itu ke Guo Chen.
Mendengar Guo Chen tertawa geli, Ling Chu merasa diejek. Dia mengambil kotak tisu, membentuk bola tisu dan melemparnya pada Guo Chen. Ling Chu tak menyerah hingga bola-bola tisu itu mengenai dahi Guo Chen.
Interaksi keduanya menggambarkan keceriaan yang kekanakan di pagi yang cerah.
Tidak menyadari kehadiran orang lain, Ling Yao berdiri di titik buta mereka. Rambut acak-acakan, Mata bengkak dengan lingkaran hitam menatap benci pada Ling Chu yang bersenang-senang dengan Guo Chen.
Tidak ada kata cantik yang bisa dideskripsikan darinya. Hanya kesan suram yang melekat pada sosok Ling Yao saat ini.
"Yao Yao-" panggilan Xie Ran terhenti melirik dimana Ling Yao terdiam kalut dalam pikirannya.
Xie Ran tak enak menepuk bahu Ling Yao, berniat menghibur sahabatnya namun tangannya dipukul keras. Dia terkejut ketika Ling Yao dengan kasar menabrak bahunya dan lari ke lantai atas.
Xie Ran tak memasukan dalam hati, Ling Yao jelas membutuhkan waktu sendiri. Kejadian ini memperkuat tekad Xie Ran meluruskan hubungan Ling Yao dengan Guo Chen.
Pukul delapan kurang, semua orang berkumpul untuk sarapan. Ling Chu merasa aneh dengan tatapan Ling Yao dan Xie Ran padanya tapi ia tidak ambil pusing.
Sarapan hari ini terkesan tenang seolah menunggu gejolak menghancurkan keheningan ini.
"Kakak Mu, Kakak Shu belum bangun?" Tanya Ling Chu membuka obrolan.
"Dia belum datang. Xiao Shu masih di kota H mengurus pengajuan penelitian"
Ling Chu ingat Jiang Shu mengatakan ingin mengajukan penelitiannya ke central health kota H, "Lalu kapan dia datang?"
"Jika tidak ada masalah, mungkin tiga atau empat hari lagi" jawaban Jiang Mu mengakhiri percakapan di meja makan.
Guo Yan mengajak semua orang memancing, menaiki dua mobil menuju danau yang dekat area villa.
Antusias Ling Chu tak terbendung menyaksikan betapa besarnya danau ini. Ada jembatan batu menuju gazebo kuno di tengah danau.
Tempat ini terawat dengan baik meski letak danau dekat hutan, tidak banyak semak liar yang menganggu pemandangan sekitar danau.
Aroma pohon pinus tua, air dan hembusan angin sejuk di pagi hari menyatu di tempat ia berdiri.
"Suka tempat ini?" Tanya Guo Chen di belakang Ling Chu.
"Em, ini pertama kalinya aku melihat danau seindah ini. Tidak kalah saat kita pergi ke laut kota C" kata Ling Chu mencelupkan tangannya ke dalam air danau yang jernih.
Guo Yan dan Jiang Mu membuka tas berisi alat pancing. Menghampiri mereka, Ling Chu berjongkok mengambil salah satu alat pancing, berniat membantu merakitnya.
"Memangnya kamu bisa menyimpul kail?" Tanya Guo Yan.
"Kamu meremehkanku" kata Ling Chu kesal menyenggol perut Guo Yan.
Ling Chu merakit kail dengan kikuk tapi dia berhasil meski lebih lambat dari Guo Yan.
"Wah, sepertinya kamu punya bakat memancing" puji Guo Yan menggusak kepala Ling Chu.
Dengan bangga Ling Chu berkata, "Tentu saja, itu karena aku murid ayahku"
Baik di kehidupan ini dan sebelumnya ayah Ling Chu sama-sama hobi mancing. Salah satu ajaran mereka adalah menyimpul kail pancing.
Guo Yan meminta Ling Chu memasang umpan dari kotak makanan ikan. Sosok cacing gemuk menggeliat riang seolah menyapa Ling Chu.
Mau berapa kalipun melihat cacing, Ling Chu akan jijik terhadap hewan vertebrata ini. Ia menyerahkan kotak itu pada paha Guo Yan, "Pasang sendiri. Aku tidak mau menyentuhnya"
Guo Yan mengambil cacing terbesar yang gagah berani. Ia tersenyum datar sambil memicingkan mata membuat Ling Chu waspada. Instingnya berkata ia harus menjauhi Guo Yan.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Kata Ling Chu melangkah mundur.
"Xiao Chu~ lihatlah betapa gagahnya cacing ini" goda Guo Yan memamerkan cacing ditangannya.
"Xiao Yan, jika kamu mendekat aku akan menghajarmu" ancam Ling Chu.
Guo Yan menundukkan kepala terkekeh licik. Dengan cepat berdiri menghampiri Ling Chu yang lari ketakutan.
"#@*&€! Guo Yan, letakkan cacing itu!" Pekik Ling Chu berlarian dikejar Guo Yan, "Awas kau! Akan kugigit kepalamu sampai botak!"
"Hahaha, sini kalau berani. Gigit kepalaku"
"Wah!! #@*&€! Bajingan!"