"Uhuk-Uhuk" Suara batuk datang dari Guo Yan, ia meletakkan cooler box ke meja dapur, "Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu aku memasak!"
Tersipu malu Ling Chu mendorong Jiang Shu, sekarang giliran Ling Chu berlari liar ke area dapur. Membantu Guo Yan menyiapkan bahan, "Makan malam apa hari ini?"
"Hari ini kita akan memasak sup ikan labu dan tumis sosis saus pedas" Kata Guo Yan menyebutkan menu makan malam, "Xiao Chu, potong labu itu"
Ling Chu mengangguk dengan kikuk menggenggam pisau. Dalam dua kehidupannya ia benar-benar tak pandai memasak. Hanya bisa membantu memotong bahan saja, "Xiao Yan potong seperti ini?"
Ling Chu memotong labu menjadi kotak-kotak bengkok dengan ukuran besar dan kecil.
"Hei, kamu bercanda? Kupas dulu kulitnya. Apa kamu mau makan kulit labu" kata Guo Yan lebih luwes memegang pisau dari Ling Chu. Pelan-pelan ia mengupas kulit labu Ling Chu.
Ling Chu memahaminya, ia segera mengulang teknik kupas Guo Yan, berakhir mengupas sepertiga daging labu.
Guo Yan menatap miris potongan labu milik Ling Chu. Jiang Shu terkekeh mengambil pisau Ling Chu, "Biar aku saja, aku lebih ahli menggunakan pisau daripada Xiao Chu"
Beberapa potong labu berakhir tragis di mutilasi oleh tangan Jiang Shu. Guo Yan menghela pasrah, menahan Jiang Shu yang ingin mengambil korban berikutnya.
"Sudah-sudah. Kakak Shu, kamu tidak cocok memegang pisau dapur. Cukup pisau bedah saja"
Ling Chu terkikik geli melihat Jiang Shu menyentuh hidungnya dengan malu. Ling Chu tetap ingin membantu Guo Yan di dapur, "Xiao Yan biar aku yang membuat teh hangat"
Guo Yan berpikir dahulu sebelum mengangguk, mengijinkan Ling Chu memasak teh di panci. Ia menghela kesal, harus membereskan kekacauan dan mengawasi dua orang ini, "Jangan terlalu banyak air dan gula"
Ling Chu membuat teh hangat ditemani Jiang Shu. Mereka meletakkan teko berisi teh hangat di atas meja makan.
Kembali ke area dapur, Ling Chu melongo melihat Guo Chen sangat lihai menumis sosis dan di kompor lainnya memasak sup.
Pria jangkung memakai celemek hitam seperti artis koki populer di Tv. Di bantu Guo Yan dan Xie Ran sebagai asisten, makanan telah siap kurang dari satu jam.
Aroma sup labu lembut dengan potongan besar daging ikan menggoda Ling Chu.
Tanpa ragu Ling Chu menyendok sup ikan labu buatan Guo Chen. Hanya sesuap saja membuat perut Ling Chu bunyi. Ingin rasanya memuji masakan Guo Chen tapi ingat insiden Xie Ran, Ling Chu mengurungkan niatnya, langsung tutup mulut.
Guo Chen menatap Ling Chu sambil tersenyum lembut dari biasanya seolah pria itu sedang menunggu pujian darinya. Hal ini membuat Ling Chu tak enak, ia cepat-cepat menghabiskan sup itu.
"Terima kasih atas makanannya" Kata Ling Chu melarikan diri ke camper van.
"Sepertinya Xiao Chu tidak menyukai masakanmu" Ujar Jiang Shu meraup makanannya.
"Letakkan sendokmu jika tidak ingin makan" Kata Guo Chen memicingkan matanya sambil tersenyum berbahaya.
"Ai ai Sir~" Kata Jiang Shu makan dengan lahap.
Guo Chen melirik Ling Chu yang telah menghilang dalam van.
Api unggun menyala besar, lagu akustik yang diputar Guo Yan menambah sensasi camping di hutan merah. Berkumpul dengan orang terdekat sambil makan marshmallow di tengah bulan purnama.
Sudah larut malam tapi belum satupun dari mereka kembali ke camper van. Semuanya menikmati sensasi camping di alam.
Xie Ran melirik Guo Chen yang memasuki van sendiri, ia ingat Ling Chu masih di dalam. Hendak berdiri menyusul mereka, Jiang Mu menggenggam tangan Xie Ran dan menariknya dalam pelukan hangat.
"Jiang Mu, lepaskan aku" Bisik Xie Ran memberontak dalam pelukan kekasihnya.
"Ran Ran, kenapa kamu semakin sulit di atur" Kata Jiang Mu
"Mereka berduaan sekarang!"
"Lalu?"
"Aku harus menghentikannya" Kata Xie Ran keras kepala.
"Xie Ran.. Lihatlah Ling Yao, dia biasa saja. Kenapa kamu begitu heboh?" ujar Jiang Mu mempererat dekapannya.
Xie Ran melirik Ling Yao yang minum wine menatap langit berbintang sendirian.
"Daripada kamu mengurus asmaranya, lebih baik temani dia minum" Imbuh Jiang Mu melepaskan Xie Ran.
Xie Ran menggertakkan gigi, untuk pertama kalinya ia menatap kesal pada kekasih yang dia cintai.
Pada akhirnya Xie Ran menyerah dan menghampiri Ling Yao seorang diri. Ia menemani Ling Yao minum. Wine yang ia sesap sekarang, sama seperti perasaannya yang sedang pahit saat ini.
Ling Chu mendengar bunyi pintu terbuka, hanya ada dua orang yang masuk akan ke camper van yaitu Ling Yao atau Guo Chen.
Mengintip dari atas, ia terkejut tatapannya bertemu dengan mata Guo Chen.
Guo Chen menghampirinya ke lantai atas, tempat Ling Chu tidur. Pria itu duduk di anak tangga, memunggungi Ling Chu.
"Kenapa Kakak Chen kemari?"
"..aku menemanimu"
"Tidak perlu, aku mau tidur" Kata Ling Chu dengan ketus mengusir Guo Chen. Ia menarik selimutnya, tidur di sisi terjauh dari Guo Chen.
Guo Chen tak bergeming, pria itu memandang gundukan kecil di kasur. Bersandar pada dinding, Guo Chen memutar lagu pengantar tidur untuk kucing kecilnya.
Lantunan melodi yang lambat dan lembut harusnya menyebabkan Ling Chu mengantuk. Namun ia tidak bisa tidur dan merasa sedikit tertekan oleh kehadiran Guo Chen.
Kehadiran Guo Chen disampingnya membuat Ling Chu terngiang pada tuduhan Xie Ran dan juga menambah kebencian Ling Yao terhadapnya.
Ling Chu tahu seharusnya tidak perlu memikirkan pendapat orang lain, terutama yang berkaitan dengan Guo Chen sang protagonis. Karena Ling Chu bukan protagonis, dia hanya karakter kecil yang sekali pakai dalam novel XXXXX.
Ling Chu : "Tapi kenapa.." Keberadaanmu selalu mengganggu pikiranku?
Merasa gatal akan pemikirannya yang terus menjalar liar, Ling Chu tak tahan lagi untuk tetap diam, "Guo Chen.."
"Kenapa kamu selalu menggangguku-?" kata Ling Chu membuka selimutnya, ia terdiam menemukan Guo Chen duduk sambil menutup matanya.
Termangu menatap Guo Chen tidur sambil memeluk bantal, ia terkikik geli menemukan pria besar yang terkesan gentleman, bisa memeluk bantal kucing besar di tangannya.
Tanpa sadar Ling Chu membalik tubuhnya dengan nyaman menghadap ke Guo Chen. Sebagai seorang protagonis, apapun yang dilakukan Guo Chen tetaplah enak dipandang bahkan jika ia memeluk bantal imut.
Senyum di wajah Ling Chu memudar, ia mengumamkan sesuatu sebelum tidur.
"..Siapa yang sebenarnya kamu sukai?"
Lagu yang dimainkan telah berakhir, bulu mata Guo Chen bergetar. Pris itu membuka mata, mata sepekat obsidian memantulkan sosok Ling Chu yang tertidur.
Rambut panjang cokelat tergerai bebas, bulu mata yang lentik dan bibir semerah cherry yang baru masak.
Indah..
Itulah gambaran Ling Chu dalam benak Guo Chen. Pria itu meraih rambut Ling Chu, melilitkannya pada jemarinya. Ia sedikit menunduk, mencium dalam-dalam rambut itu sebelum dengan enggan melepaskannya.
"Tentu saja, aku menyukaimu" Kata Guo Chen menjawab pertanyaan yang tadi Ling Chu ajukan.
Meninggalkan gadis yang tidur nyenyak sendirian, Guo Chen berjalan ke arah hutan. Pria itu mengambil sebatang rokok yang ia simpan dengan baik.
Menyesap rokok untuk melupakan sejenak masalah yang menumpuk dalam pikirannya. Guo Chen bersandar pada pohon, "Keluarlah.. Aku tahu kamu mengikutiku"
"Xie Ran" Guo Chen menatap pohon dimana Xie Ran bersembunyi, "Sangat sulit bagimu untuk tidak mencampuri urusanku?"
"Kamu seharusnya tahu bahwa kalian tidak bisa bersama" Kata Xie Ran keluar dari balik pohon.
"Siapa yang bilang?" Guo Chen menyesap rokoknya, "Siapa yang bilang aku tidak bisa bersamanya?"
"Guo Chen, hubunganmu dengan Ling Chu bukanlah hal yang benar" Xie Ran tergesa-gesa mendekat pada Guo Chen, "Ling Chu juga mengerti bahwa hal ini salah"
"Dia mengerti?" Pria itu memandang Xie Ran dengan suram, "Jadi benar memang kamu yang membuatnya menjauh dariku"
Terkejut oleh pernyataan Guo Chen, Xie Ran sedikit takut hampir kehilangan kata-kata, "A-aku melakukannya demi kebaikan kalian, terutama untuk keadilan Yao Yao"
"Ling Yao menyuruhmu?"
"Tidak! Aku melakukannya sendiri. Ini tidak ada hubungannya dengan Yao Yao" Kata Xie Ran tidak ingin Guo Chen salah paham pada Ling Yao.
"Kalau begitu aku tidak perlu menghukumnya" Gumam Guo Chen menginjak rokok tersisa.
"Apa?" Xie Ran tidak terlalu jelas mendengar ucapan Guo Chen. Ia terkejut ketika pria itu dengan cepat mendekat dan mencengkram lehernya.
"Ah! Guo Chen!"
"Apa Jiang Mu sudah mengatakannya?" Kata Guo Chen dengan acuh tak acuh, mulai menekan leher tipis Xie Ran, "Jangan campuri urusanku. Kamu bukan lawanku"
"Ahk-! Guo Chen, lepas-!" Teriak Xie Ran kesakitan, tidak bisa bernafas. Ia menatap ngeri pada Guo Chen saat ini mencekiknya.
"Kar'namu Ling Chu menjauh dariku. Kamu harus membayarnya"
Pria itu dengan mudah meremas lehernya sampai menyumbat saluran nafas Xie Ran. Rasa sakit diperas membuat Xie Ran dengan panik memukul lengan Guo Chen agar melepaskannya.
"Ahakk-! Guo.. Che-"
Pandangan Xie Ran mulai menghitam, ia terbelalak ngeri melihat senyum tipis dari wajah dingin Guo Chen.
Xie Ran : "....." Aku akan mati seperti ini? Di tangan Guo Chen?
Xie Ran : "....." Jiang Mu.. Bagaimana dengan Jiang Mu?
"Guo Chen!" Jiang Mu memukul wajah Guo Chen hampir membuatnya terjatuh. Jiang Mu menarik Xie Ran dari cengkraman Guo Chen, "Ran Ran! Ran Ran! Kamu baik-baik saja?!"
Lepas dari tekanan Guo Chen, reflek Xie Ran menghirup udara dengan keras.
Xie Ran ketakutan memeluk erat Jiang Mu. Akibat di cekik Guo Chen, tenggorokan Xie Ran sakit. Dia hanya mengangguk lemah menahan sakit di lehernya.
Jiang Mu memandangi luka kebiruan pada leher Xie Ran. Jika dia tidak mencari Xie Ran, Jiang Mu tak tahu bagaimana nasib kekasihnya di tangan Guo Chen.
Guo Chen tertawa geli melihat penampilan konyol mereka berdua namun tawa itu terdengar mengejek Jiang Mu dan Xie Ran.
"Guo Chen, aku sudah mengatakannya jangan libatkan Ran Ran!" Bentak Jiang Mu marah, tak terima perilaku Guo Chen pada Xie Ran.
"Jiang Mu.. Kamu tidak bodoh, gunakan sedikit otakmu" Guo Chen bersandar pada pohon mengusap bibirnya yang berdarah, "Apa gunanya untukku menyerat kekasihmu?"
Jiang Mu menggertakkan gigi, melirik Xie Ran yang ketakutan entah karena Guo Chen hampir mencekiknya mati atau ketahuan mengingkari janji mereka.
"Xiao Mu, jaga dia baik-baik" Kata Guo Chen dengan acuh tak acuh melirik Xie Ran yang bersembunyi dalam pelukan Jiang Mu, "Aku benci mengulangi kesalahan yang sama"
Jiang Mu menundukkan kepala, menggendong Xie Ran pergi ke camper van mereka. Kali ini Guo Chen melepaskan Xie Ran tapi tidak lain waktu.
"Jia-ng Mu.." Ujar Xie Ran dengan lirih.
Jiang Mu mengambil kotak P3K, mengobati luka di leher Xie Ran dengan hati-hati, "Aku sudah bilang kamu bukan lawan Guo Chen. Kenapa kamu tidak mendengarkanku?"
Xie Ran mengigit bibirnya. Ia merinding, mengingat kembali tatapan membunuh Guo Chen. Tanpa rasa bersalah, pria itu benar-benar ingin mencekiknya sampai mati.
"Ma-af.. Sekarang, aku mengerti maksudmu.."
Melihat kekasihnya tampak kuyu, Jiang Mu dengan lembut memeluk Xie Ran. Menepuk punggungnya, memberi dia kenyamanan, "Aku tidak menyalahkanmu. Aku ingin kamu menjaga dirimu sendiri"