Hari demi hari telah berlalu, tugas yang dia kerjakan sangat banyak dan bahkan tidak ada habisnya hingga dia merasa lelah.
"yaampun tugasku banyak sekali, kalau aku istirahat sebentar saja seharusnya tidak masalah kan ." Ucap Deya yang sedang berjalan di lorong sebuah rumah sakit sambil melihat buku tugasnya.
Tak jauh dari situ, ada seorang wanita tua yang terlihat tidak sehat yang sedang duduk di kursi roda sendirian di samping tempat duduk yang mengajaknya berbicara. Wanita tua itu berkata.
"sepertinya kau terlihat kelelahan sekali." Ucap Wanita tua itu ketika Deya berjalan melewatinya.
Seketika Deya terkejut karena merasa bahwa Wanita tua itu yang berbicara seolah sedang berbicara dengannya.
"Eh?" ucap Deya yang bingung sambil melihat Wanita tua itu.
Kemudian Wanita tua itu bertanya kepadanya.
"kenapa kau tidak duduk dan beristirahat dulu di sini? Pasti berat ya menjadi seorang Malaikat maut?"
Deya pun dengan heran melihat kearah wanita tua itu dan berpikir, "kenapa dia bisa melihatku ya?" Dan Deya pun balik bertanya pada wanita Tua itu.
"kau bicara padaku? Bagaimana bisa, seharusnya tidak ada manusia yang bisa melihatku tanpa seijinku?"
Lalu wanita tua itu menjawab.
"entahlah aku juga tidak tau apa alasannya, kupikir kaulah yang akan mengambil nyawaku saat ini, Karena Aku tau Kalau Umurku Sudah Tidak Panjang Lagi" ucap Wanita tua itu secara perlahan.
Deya pun merasa heran dengan penyakit yang di derita oleh si wanita tua itu, dan kenapa dia berpikir kalau dia akan mati, dan kalau benar kenapa aku tidak mendapatkan tugas ini, apakah ini sudah menjadi tugas para malaikat maut yang lain. Itulah yang dipikirkan oleh Deya.
Dan tanpa pikir panjang lagi Deya pun duduk di sebelah Wanita tua itu.
"baiklah kalau begitu saya akan duduk sebentar disini, dan lagi ada banyak hal yang ingin kuketahui juga darimu." Ucap Deya.
Deya pun menjawab pertanyaan pertanyaan yang tadi ditanyakan oleh si Wanita tua itu.
"Menjadi seorang malaikat maut sepertiku itu sangatlah sulit, dan bahkan tugasku tidak ada habisnya sampai sampai membuatku kelelahan seperti ini, apalagi aku juga masih terbilang baru menjadi seorang malaikat maut ini tapi ya mau bagaimana lagi ini sudah menjadi tanggung jawabku, aku tidak bisa terus mengeluh." Ucap Deya.
Wanita tua itu pun merasa kasihan terhadap Deya dikarenakan tugasnya yang tidak ada habisnya.
"Memanglah tidak mudah menjadi seorang malaikat maut karena harus terus bekerja tanpa henti, tapi kita hanya bisa bersyukur dan menjalinya dengan sepenuh hati." Ucap Wanita tua itu sambil memegang tangan Deya.
lalu beberapa saat kemudian setelah berbagai macam cerita yang mereka bicarakan, datanglah sesosok lelaki yang mengenakan pakaian hitam bertudung dan itu adalah malaikat maut yang lain. Deya yang melihatnya langsung memanggil nya karena dia mengenalnya.
"Hei Deva!" ucap Deya sambil melambaikan tangannya.
"Deya.. sedang apa kamu disini? Dan kenapa kau malah mengobrol disini dengannya?" ucap Deva yang sudah berada di depan mereka berdua.
Hal ini membuat Deya sedikit senang karena Deva adalah seorang malaikat maut yang dikenalnya dengan baik, bahkan Deva lah yang melatihnya menjadi saat masih menjadi malaikat maut pemula.
"Tadi aku baru saja menyelesaikan tugas di tempat ini tapi tiba tiba aku dipanggil oleh Wanita tua ini, entah bagaimana bisa dia melihatku, apakah mungkin seorang manusia bisa melihat kita sesuka hatinya begitu saja, Deva?" ucap Deya kepada Deva.
Lalu "Deva" pun duduk disamping Deya dan membalas pertanyaan Deya dengan panjang lebar mengenai manusia yang bisa melihat sosok para malaikat maut dan bahkan bisa melihat manusia yang akan segera mati.
"Memang benar bahwa manusia tidak bisa melihat para malaikat maut dengan sesuka hati mereka, tetapi ada beberapa manusia yang bisa melihat sosok nya, walaupun tidaklah banyak" ucap Deva.
Setelah pembicaraan yang panjang lebar, Deva pun harus segera menyelesaikan tugas nya yaitu mengambil jiwa si wanita tua itu.
"Jadi begitulah, oh iya aku harus menyelesaikan tugasku." Ucap Deva.
Deva pun meminta maaf kepada wanita tua itu karena dia harus mencabut nyawanya.
"maafkan aku, berbicara dengan manusia unik sepertimu memang menarik namun sudah menjadi tugas saya untuk mengambil jiwamu saat ini, jadi sudah siapkah kau? Tenang saja aku akan membuatnya tidak terasa sakit sama sekali."
Lalu wanita tua itu pun membalas nya dengan menganggukan kepalanya pertanda bahwa dia sudah siap. Kemudian Deva pun mengambil jiwa si Wanita tua itu yang keluar dari dahinya, dan mereka berdua pun segera pergi dari rumah sakit itu meninggalkan wanita tua itu yang sudah tidak bernyawa itu. sementara itu dari ujung lorong ada seseorang gadis remaja yang mengintip kearah mereka.
Ketika mereka berdua sudah berada di luar rumah sakit itu, Deya merasa senang karena teringat dengan wanita tua itu yang tersenyum bahagia, bahkan sampai di akhir hidupnya.