Chereads / Gairah Kakak Tiri / Chapter 10 - Chapter 10 "Perkenalan"

Chapter 10 - Chapter 10 "Perkenalan"

Setelah selesai makan, Jack dan ketiga temannya kembali masuk kelas. Jack melihat ketiga temannya sedang duduk malas-malasan ditengah perkuliahan. Mata kuliah siang itu memang lebih banyak teorinya. Apalagi perut mereka sudah kenyang sehabis makan siang di food court. Otomatis kini mereka menjadi mengantuk dan tidak bersemangat.

Tapi berbeda dengan Jack. Ia menatap papan tulis dengan serius. Badannya masih tegak tidak seperti ketiga temannya yang juga duduk disampingnya. Namun Jack menatap papan tulis bukan sedang memahami tulisan dari dosen yang sedang mengajar saat itu. Tapi ia sedang memikirkan cara untuk memenangkan tantangan yang baru saja ia buat bersama Ronald.

"Mau kenalan kaya gimana ya? Kalau dilihat dari fisiknya sih dia bule banget. Justru karena itu kayanya bakal lebih gampang kenalan, kan? Eh, tapi kalau gampang, kenapa Ronald sampai saat ini belum dapet nomer dia? Seorang Ronald saja belum bisa mendapatkan nomer dari cewek itu saja sudah kejadian langka sih. Apa memang dia sesulit itu untuk didekati?" Jack terus saja berpikir dan beradu argumen dengan pikiranya sendiri dalam diam.

Sampai tak terasa akhirnya waktu kuliah sudah berakhir. Jack tersadar dari lamunannya. Ia pun melihat ke teman-temannya yang malah sudah tertidur dengan pulas dengan tangan sebagai tumpuan kepala diatas meja. Dibangunkannya semua teman-temannya dengan memukulkan buku ke kepala mereka yang seketika membuat mereka terbangun dengan kesal.

Karena jadwal kuliah hari itu sudah selesai, akhirnya mereka berempat pun berpisah. Ronald dan William menuju ke parkiran mobil dimana mobil-mobil mereka diparkir. Silvi menuju halte bus depan kampus untuk menunggu bus yang membawanya menuju tempat kerjanya. Sedangkan Jack menuju parkiran motor menghampiri motornya yang sudah menunggu sejak siang tadi di sana.

Saat berjalan pun Jack masih kepikiran mencari strategi yang bisa memenangkan tantangannya. Ia sangat berambisi memenangkan tantangan itu karena dengan ditraktirnya ia selama seminggu, maka ia akan bisa menggunakan uang sakunya untuk membeli CD game favoritnya yang belum lama ini dirilis. Saat ini Jack mendapatkan uang saku dari kakaknya. Yang dimana kakaknya itu tidak akan memberikannya uang kalau ia bilang untuk membeli CD game favoritnya. Berbeda sekali dengan hidupnya dulu yang dulu dimana ia dipegangi kartu kredit oleh uang tua nya yang bisa ia gunakan sesuka hati. KIni ia harus belajar hemat dan mengatur uang dengan bijak.

Saat ia tengah berjalan menuju parkiran yang tidak begitu ramai, ia mendengar teriakan pendek seorang wanita tak jauh dari sana. Karena cemas dan penasaran, Jack pun bergegas menuju ke arah suara itu. Ternyata suara itu berasal dari Kathy yang sedang terduduk di lantai. Jack yang saat itu sedang mendekat, tiba-tiba menghentikan langkahnya karena ia melihat gaun Kathy sedikit tersingkap. Walaupun sedikit, tapi celana dalam berwarna putih itu terlihat jelas oleh Jack dan segera saja masuk ke dalam memori otaknya yang sebenarnya sudah memiliki banyak "simpanan memori" untuk hal-hal semacam itu. Kathy pun sadar gaunnya tersingkap dan ia segera membetulkannya, meskipun ia tidak tahu bahwa Jack sudah melihat yang baru saja ditutupinya itu.

Jack pun segera mendekati Kathy yang masih terduduk di tengah jalanan kecil yang menghubungkan antara gedung kampus, tempat parkir dan gerbang kampus itu.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Jack yang berjongkok disamping Kathy.

Kathy pun sedikit tersentak dengan kehadiran Jack yang tiba-tiba ada disana.

"Nggak..nggak apa-apa kok. Hak sepatuku lepas dan aku terjatuh." jelas Kathy dengan suaranya yang lembut dan cengkok khas bule.

Jack melihat Kathy memang memakai sepatu denga hak yang tinggi, wajar saja jika ia terpeleset.

"Tapi kaki kamu sakit nggak? Ayo aku bantu berdiri" Jack mengulurkan tangan kanannya agar bisa menjadi tumpuan Kathy saat berdiri.

"Aku nggak apa-apa kok," Kathy pun tidak meraih tangan Jack dan berusaha bangkit sendiri.

Tapi saat ia hendak berdiri tegap, tubuh Kathy kembali limbung dan Jack berhasil memegangi lengannya seperti memeluk dari samping agar Kathy tidak terjatuh. Kathy meringis kesakitan dan memegangi pergelangan kaki kanannya.

"Kamu kenapa?" tanya Jack spontan karena melihat ekspresi kesakitan Kathy.

"Sepertinya pergelangan kakiku terkilir," ucap Kathy sambil menahan sakit.

"Benarkah? Sebentar," Jack menoleh ke kanan dan kiri seperti mencari sesuatu. Setelah menemukan yang ia cari, kembali bicara pada Kathy. "Maaf, aku akan menggendongmu untuk duduk di kursi taman sana. Nanti aku periksa di sana." Jack meminta izin dulu.

"Menggendongku?" Kathy pun cukup terkejut dengan saran Jack yang ingin menggendongnya, tapi ia sendiri sadar bahwa ia tidak bisa berjalan menuju kursi yang berjarak lima puluh meter dari mereka.

Dengan malu-malu Kathy pun mengangguk. Kemudian Jack pun memindahkan tas ranselnya ke dada dan segera berjongkok di depan Kathy agar Kathy bisa naik ke punggungnya. Tak punya pilihan lain Kathy pun naik kepunggung Jack dan Jack pun segera beranjak dari sana.

Sesampainya di kursi taman, Jack menurunkan Kathy dengan hati-hati. Kathy pun duduk sambil menahan sakit dari pergelangan kakinya. Setelah menaruh ranselnya, Jack pun segera memeriksa pergelangan kaki Kathy yang terkilir.

"Aduhh!" seru Kathy saat Jack menyentuh pergelangan kakinya yang sakit.

"Coba tahan sebentar," Jack dengan sepelan mungkin memijat-mijat dan mengerak-gerakkan pergelangan kaki Kathy.

Kathy berusaha menahan sakit dengan menggigit bibirnya sendiri. Ia pun melihat pada Jack yang merupakan orang asing tapi tanpa ragu mau membantunya.

"Coba sekarang gerakkan sedikit demi sedikit," Jack mengarahkan Kathy.

"Sudah agak mendingan dan tidak sesakit tadi," ucap Kathy seraya menggerak-gerakkan kakinya dengan kaku.

Jack yang hobi dan ikut tim basket tahu beberapa cara untuk mengurangi rasa sakit di pergelangan kaki saat terkilir karena ia dan teman-temannya tak jarang mengalami hal itu.

"Tapi pasti masih sakit, bukan?" tanya Jack.

Kathy menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Kamu harus tetap periksa ke dokter," saran Jack.

"Tapi..." Ia tak melanjutkan kalimatnya.

"Oke, aku antar kamu ke dokter ya. Setelah itu baru aku antar pulang." Jack menawarkan diri.

"Tapi aku merasa tidak enak," ucap Kathy pelan.

"Tidak enak? maksudnya?" Jack kembali bertanya.

"Kalau kamu melakukan apa yang kamu katakan barusan, kamu pasti akan sangat kerepotan." jawab Kathy.

"Kerepotan? Kan aku sendiri yang menyarankannya padamu. Aku juga nggak ada kegiatan apa-apa kok hari ini," sahut Jack.

"Kamu yakin tidak akan kerepotan?" Kathy masih merasa tidak enak hati.

"Tentu saja tidak. Ayo. Kamu mau aku gendong lagi atau memakai pundakku untuk bertumpu?" tawar Jack agar Kathy merasa lebih nyaman. Meskipun kalau bisa memilih, Jack akan memilih menggendong Kathy. Karena saat menggendongnya. Ia bisa meresakan dada Kathy yang berukuran cukup besar menempel di punggungnya yang lebar.

"Aku akan memakai pundakmu sebagai tumpuan, tidak enak dilihat orang kampus kalau melihat kamu menggendongku." pilih Kathy yang sedikit mengecewakan Jack.

"Oke, ayo kalau begitu." Jack membantu Kathy berdiri.

"Oh iya, aku Kathy." Kathy mengulurkan tangannya saat sudah berdiri disamping Jack.

Jack pun tersenyum dan menyambut uluran tangan Kathy." Aku Jack."