Jack mengarahkan motornya menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan pergelangan kaki dari Kathy. Kebetulan Jack punya kenalan kenalan dokter yang biasa mengobatinya kalau cidera saat pertandingan basket.
motor berhenti di depan sebuah ruko yang pada bagian depannya bertuliskan "Praktek dr. Denny". Jack turun dari motornya lalu membantu Kathy juga untuk turun dari motor.
"Kenapa kita kesini?" tanya Kathy yang melihat aneh ke arah ruko di depannya. "Bukannya kita mau kerumah sakit?" tanya Kathy yang melihat aneh ke arah ruko di depannya. "Bukannya kita mau kerumah sakit?" tanya Kathy yang menatap Jack dengan curiga.
"Jangan melihatku seperti itu.
Aku kenal dengan dokter yang ada disini. Dia biasa membantuku saat aku cidera saat berlatih atau pertandingan basket." kata Jack menerangkan.
"Basket? Kamu bermain basket?" Kathy nampak antusias.
"Iya, kenapa memangnya?" Jack gantian bertanya.
"Oh, nggak..nggak apa-apa kok." jawab Kathy yang terlihat salah tingkah.
"Ayo masuk kalau begitu," ajak Jack yang berusaha membantu Kathy berjalan.
"Tapi.."
"Tapi kenapa?"
"Apa kamu yakin dokter disini bisa menyembuhan kaki yang terkilir ?" tanya Kathy memastikan karena dia tidak yakin dengan Jack yang tidak membawanya langsung ke rumah sakit.
"Yakin sekali. Kan sudah aku bilang aku sudah beberapa kali dirawat olehnya dan berhasil sembuh total. Lagipula kalau aku berniat jahat padamu, sudah kulakukan sejak di kampus tadi. Dan lagi aku tidak akan membawamu ke tempat ramai seperti ini." terang Jack yang memang tulus membantu. Meskipun ia berharap Kathy akan mau memberikan nomer ponselnya agar ia bisa menang taruhan melawan Ronald.
Kathy nampak berpikir.
Sepertinya yang dikatakan Jack ada benarnya juga. Kenapa pula Jack sampai membantunya bahkan sampai menggendongnya jika ia berniat jahat. Kathy pun perlahan-lahan mulai percaya pada Jack. Ia pun menurut dan mulai berjalan masuk ke dalam ruko dibantu oleh Jack disampingnya.
Di dalam ruko Jack menuntun Kathy untuk duduk di kursi ruang tunggu dan dirinya menunju meja resepsionis.
"Hai, Anggi." sapa Jack pada gadis yang berdiri di belakang meja resepsionis.
"Hai Jack, kamu terkilir lagi?" tanya gadis manis berambut panjang itu.
"Jangan gitu dong, kok kesannya aku sering banget terkilirnya." sahut Jack.
"Terus kamu sakit apa? Dokter
Denny juga sedang kosong sekarang." ucap Anggi sembari mencari yang sakit dari Jack.
"Bukan..bukan aku yang sakit. Aku mau mengantarkan temanku berobat." jawab Jack sambil melihat pada Kathy.
"Ohh, bilang dong dari tadi." kemudian Anggi pun memberikan kertas pada Jack."Silahkan diisi untuk data diri pasiennya," pinta Anggi.
"Oke, deh." Jack mengambil kertas dan pulpen dari tangan Anggi dan segera berjalan menuju Kathy.
"Kamu bisa isi ini untuk data di sini?" tanya Jack yang memberikan kertas tadi pada Kathy dan duduk di depannya.
Kathy pun menerima kertas tersebut dan membacanya sejenak. " Oke, tunggu sebentar." Kathy pun menundukkan badannya karena hendak menulis di atas meja yang ada didepannya. Tapi karena meja itu tinggiya sejajar dengan kursi yang diduduki oleh Kathy dan Jack, membuat Kathy harus menunduk dan memperlihatkan dadanya yang putih dan nampak besar itu.
Walaupun tak sebesar milik kak Vivi, dada Kathy terlihat lebih kencang dan padat. Apalagi karena ia merupakan keturunan orang luar negeri yang menjadikan kulitnya putih bersih. Nampaknya Kathy tak menyadari bahwa dirinya saat ini sedang mempertontonkan area pribadinya pada Jack secara cuma-cuma. Mungkin karena Kathy terlalu asyik mengisi lembar data dirinya sehingga tak menyadari mata liar Jack sedang menikmati payudaranya yang menggantung dan sebagian tersembunyi di balik bra miliknya yang berwarna hitam.
Setelah selesai menulis dan menegakkan kembali tubuhnya, Jack segera membuang pandangannya dan pura-pura sedang melihat ke arah lain.
"Kamu lagi ngeliatin apa? Tanaman?" tanya Kathy yang mengikuti arah pandangan salah tingkah dari Jack yang tak diketahuinya.
"Ah..eng..enggak. Oh iya kamu sudah selesai mengisi data diri kamu?" tanya Jack yang sebenarnya tidak perlu ia tanyakan.
"Sudah, ini." Kethy menyerahan kertas tadi pada Jack dan Jack pun segera berdiri dan berjalan kembali menuju meja resepsionis.
Jack dapat melihat nomer ponsel Kathy tercantum disana dan ia bisa saja menghapalkannya untuk memenangkan taruhan. Tapi Jack teringat kalau peraturannya adalah harus mendapatkan nomer ponsel dari Kathy tanpa perantara apapun atau dengan kata lain Kathy harus memberikannya secara langsung pada Jack atau Ronald.
Setelah berhasil mendaftarkan diri atas nama Kathy, mereka berdua pun dipersilahkan untuk menemui dokter Denny untuk diperiksa.
"Weits..siapa lagi kalau bukan Jack The Ace". Terkilir saat latihan atau pertandingan? Oh, ternyata dugaanku salah ya?" dokter Denny segera menyadari bahwa perkiraannya meleset karena yang terpincang-pincang adalah gadis yang Jack tuntun dengan hati-hati dan memasuki ruangan periksa.
"Hai, dok. Temenku nih yang lagi sakit. Coba deh tolong kamu periksa." pinta Jack.
"Oke..oke..silahkan dudukkan temanmu di ranjang yang sudah tersedia.
ucap dokter Denny.
Jack pun menurutinya saja tanya tanpa banyak bicara.
"Hai, sama kak Ka..thy ya?" dokter Denny melihat pada kertas yang tadi diisi oleh Kathy sebelumnya.
"Iya dok," jawab Kathy singkat.
"Coba aku liat dulu" dokter Denny pun memerika pergelangan kaki Kathy yang sudah diangkat ke atas kasur. "Kenapa bisa sampai begini? Kamu suka main basket juga seperti Jack?" tanya dokter Denny sambil terus mengamati kaki Kathy.
"Aku tergelincir karena memakai sepatu dengan hak yang terlalu tinggi." terang Kathy sambil malu-malu.
"Oh begitu," setelah mengamati,
dokter Denny kemudian menyentuh pergelangan kaki Kathy dan mulai melaukan beberapa pijatan. Dan pijatan itu hampir sama seperti yang dilakukan Jack tadi sewaktu di taman. "Pasti Jack yang sudah memberikan pertolongan pertama dengan cara memijat pergelangan kakimu, bukan? Harus diakui jika Jack tadi tidak melakukan hal tersebut mungkin sakitmu sudah lebih parah lagi." dokter Denny menjelaskan dengan tangan yang tak berhenti memijat.
Kathy terkadang meronta walau tak mengeluarkan suara karena dokter Denny telah memijat bagian yang sakit dari pergelangan kaki Kathy. Tapi ia lebih sering berdiam diri sambil memperhatikan kakinya yang di pijat oleh doker Denny.
Tak lama kemudian, dokter Denny pun selesai memijat Kathy dan ia pun duduk di tempatnya semula. Ia nampa mengambil kertas dan menuliskan sesuatu disana.
Jack membantu Kathy turun dari ranjang, tapi karena tidak seimbang, tubuh Kathy terjatuh tepat ke pelukan Jack. Seketika Jack dapat merasaan dadanya mendapat sentuhan dari kekenyalan dari dada Kathy yang aduhai.
"Ehemm," dokter Denny membersihan tenggorokannya sembari melirik pada Jack dan Kathy yang sedang berpelukan.
Kathy pun menjauh dan berusaha berdiri dengan tegak. Kemudian Jack mengarahkannya untuk duduk didepan dokter Denny.
"Ini aku berikan resep yang bisa ditebus di apotek dekat respsionis tadi." dokter Denny memberikan selembar kertas yang tadi ditulisnya pada Kathy yang sudah duduk didepannya.
"Lalu bagaimana keadaan kakiku ?" tanya Kathy yang masih penasaran.
"Sudah cukup baik. Semua berkat tindakan awal yang tidak membuat trauma pada otot pergelangan kakimu menyebar. Kamu cukup oles kakimu dengan salep yang aku kasih di resep dan kalau ada silahkan di ikat dengan menggunakan perban elastis.
"Oke, kami pergi dulu ya, dok." Jack membantu Kathy berdiri untuk beranjak dari sana.
"Hati-hati dijalan dan semoga lekas sembuh ya," ucap dokter Denny.
Saat Jack berjalan menjauh sembari membantu Kathy berjalan ia melihat ke arah dokter Denny yang mengacungkan jempol pada Jack yang memiliki arti cewek yang di bawa Jack saat itu "mantap" sekali. Jack pun menjawab dengan meringis dan kembali berjalan menuju bagian penebusan obat.