Chereads / Gairah Kakak Tiri / Chapter 15 - Chapter 15 "Mandat"

Chapter 15 - Chapter 15 "Mandat"

Jack memacu sepeda motornya lebih cepat daripada biasanya. Ia harus segera sampai di rumah. Ia telah berjanji pada kakaknya kalau ia tak akan keluar malam dan pulang pagi hari lagi. Jack berjanji akan berada di rumah paling lambat pukul sebelas malam. Karena itu juga ia tidak bisa berlama-lama atau bahkan menginap di rumah Kathy. Mungkin jika itu adalah Jack yang dulu, maka tanpa ragu ia akan menginap dirumah Kathy dan mereka berdua akan menghabiskan malam dengan saling beradu kasih hingga pagi menjelang.

Jarak rumah Kathy dan rumah kak Brian cukup jauh juga dan harus ditempuh selama hampir setengah jam walaupun keadaan jalan juga tidak sedang ramai. Perasaan Jack saat ini juga sedang bahagia karena ia akan memenangkan taruhan melawan Ronald. Dan juga dia telah bercinta dengan Kathy yang merupakan primadona bagi kalangan anak baru di kampusnya.

Sejujurnya ia tak menyangka akan melakukan hal itu dengan Kathy. Tapi karena Kathy pun tak menolak. Bahkan seingat Jack, Kathy lah yang memulai hingga Jack terpancing dan akhirnya mereka melakukan hal itu.

Jack akhirnya sampai rumah lalu langsung memarkirkan motornya dan segera masuk ke dalam rumah.

Dibukanya pintu rumah secara perlahan dengan harapan ia tak membangunkan kakaknya jika kakaknya sedang tidur. Ia pun masuk dengan tanpa membuat suara yang berlebihan. Tapi sampai di ruang keluarga langkahnya terhenti. TV di ruang keluarga menyala dan ia melihat kak Brian masih terbangun serta menonton TV.

Jack berjalan dengan pelan di belakang kakaknya itu sambil sedikit berjinjit.

"Kamu baru pulang jam segini Jack?" tanya kak Brian.

"Iy...iya kak. Tadi diajak nongkrong dulu sama teman jadinya lupa waktu deh." jawab Jack memberikan alasan yang dimana ia harus membuat kebohongan. Sebab tak mungkin juga ia mengatakan pada kakaknya kalau dia ketiduran di rumah teman ceweknya setelah mereka bercinta dan kehabisan tenaga.

"Jack, sini sebentar." panggil kak Brian.

Jack pun mendekati kakaknya tersebut. Setelah mendekat barulah Jack melihat kak Vivi sedang tertidur dipaha kak Brian. Dari sudut pandang Jack, ia dapat melihat buah dada kakak iparnya itu terlihat karena dua kancing baju tidurnya terbuka pada bagian atasnya. Tapi Jack segera mengalihkan pandangannya agar kakaknya tidak tahu bahwa Jack sedang melihat ke payudara istrinya.

Jack pun duduk di sofa samping kakaknya.

"Aku minta maaf sudah pulang terlambat, kak." ucap Jack yang merasa bersalah.

"Jack, aku tidak pernah menyuruhmu untuk punya batas waktu kamu pulang ke rumah. Aku juga tidak memaksamu mengatakan kalau kamu tidak akan pulang lebih dari jam sebelas malam, kan?." kata kak Brian sambil mengelus-elus rambut kak Vivi.

"Iya kak. Jack mengerti." ucap Jack sambil tertunduk.

"Tapi kakak juga tahu bagaimana kehidupan kampus dan pergaulannya ," lanjut kak Brian.

"Maksudnya, kak?" Jack tak mengerti arah pembicaraan kakaknya itu.

"Begini saja. Aku tahu kamu sedang dalam proses untuk berubah dan mendewasakan diri," kata kak Brian dengan suaranya yang dalam. " Karena itu juga kakak tidak akan mengekangmu. Dengan kamu memliih waktu bermainmu diluar, itu juga merupakan proses pendewasaan buatmu. Jadi mulai sekarang kakak akan membebaskan waktu malammu." tambah kak Brian.

"Yang benar, kak? Serius?" Jack nampak senang dan sumringah.

"Tapi jika kamu sudah kelewat batas, kakak akan memperingatkanmu dan kamu harus menurut sama kakak." tambah kak Brian memberikan penjelasan pada Jack.

"Tentu saja, kak. Aku akan berubah dan mengatur waktu lebih dewasa lagi." ucap Jack sambil tersenyum lebar.

"Ya, sudah. Cepat naik dan isthirahat sana." kata kak Brian.

"Baik, kak. Makasih banyak buat pengertiannya kak. Aku naik dulu ya kak, "Jack pun bergegas naik menuju kamarnya.

Brian tersenyum melihat adikknya senang dengan keputusannya. Ia juga sangat menyayangi adiknya meskipun terkadang sikapnya keras terhadap Jack. Lalu Brian mendengar Jack masuk dan menutup pintu kamarnya.

"Jack sudah masuk ke kamarnya, sayang. Ayo buka lagi mulutmu dan lakukan seperti tadi," ucap kak Brian dengan lembut pada istrinya yang ternyata sejak tadi hanya pura-pura tidur.

***

Pagi harinya Jack sudah siap dengan bajunya dan tak lupa juga menyemprotkan minyak wangi agar tampil lebih percaya diri. Jack segera meraih tasnya dan bergegas untuk turun dan sarapan.

"Pagi, kak Vivi." sapa Jack pada kak Vivi yang sedang membuat sarapan di dapur begitu ia turun dari tangga.

"Pagi juga, Jack." balas kak Vivi yang juga tersenyum padanya."

"Pagi, kak." sapa Jack ada kak Brian yang sudah duduk di meja makan. Dia pun duduk di seberang kakaknya.

"Pagi," balas kak Brian yang sedang memperhatikan layar handphone nya. Ia pun melirik pada Jack. "Kamu kayanya senang sekali pagi ini. Apa ada sesuatu yang bagus yang terjadi?" tanya kak Brian yang melihat tingkah Jack pagi ini.

"Ah, nggak kok, kak. Aku juga biasanya seperti ini loh." Jack tidak mengatakan alasan dibalik kegembiraan yang dia rasakan pagi itu.

Bagaimana ia tidak senang. Ia akan menang taruhan dan rencananya sepulang dari kampus, ia akan mampir ke toko game dan membeli game yang sudah ingin dibelinya sejak lama. Tapi karena kelewat mahal, ia pun mengurungkan niatnya. Tapi sore ini ia akan membeli game itu dan memainkannya sampai ia puas.

Kak Vivi pun datang dan meletakkan dua piring di atas meja. Satu untuk suaminya. Dan satunya lagi untuk Jack.

"Kak Vivi nggak makan?" tanya Jack yang tak melihat piring di depan kakak iparnya itu.

"Kakak gampang kok, lagian kakak juga lagi diet." jawab kak Vivi.

"Oh begitu,"

"Oh iya, Jack. Kakak lupa bilang sama kamu kemarin." kata kak Brian sembari memakan sarapannya.

"Ada apa, kak" Jack menyuap sesendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Papa kemarin telepon kakak. Dan papa ingin kakak menyampaikan ini padamu."

"Menyampaikan apa, kak?"

"Kamu akan bekerja paruh waktu setelah selesai kuliah." jawab kak Brian dengan santai.

"Uhuk.uhukkk.." Jack terbatuk-batuk karena terkejut dengan yang diucapkan oleh kakaknya itu.

Untunglah kak Vivi segera memberinya segelas air dan Jack menyamber gelas itu dengan cepat dan meminumnya hingga hampir habis.

"Sebentar..sebentar, kak. Aku nggak salah dengar, kan?" tanya Jack yang masih tak mengerti.

"Nggak. Kamu disuruh papa untuk kerja paruh waktu. Dan kamu akan kerja paruh waktu di minimarket waralaba yang papa miliki. Jaraknya juga nggak jauh dari kampus kamu kok." jawab kak Braian dengan santai.

"Tunggu dulu, kak. Kenapa papa menyuruhku untuk kerja peruh waktu di mini market yang papa punya?" tanya lagi Jack yang masih tidak habis pikir dengan perintah papa nya tersebut.

"Karena kamu nantinya yang akan meneruskan bisnis papa tersebut. Aku kan sudah punya pekerjaan. Dan aku tidak bisa membagi fokusku kalau aku yang menggantikan papa mengurus bisnisnya. Maka pilihannya adalah kamu." terang kak Brian.

"Tapi kenapa harus kerja paruh waktu?" Jack masih tidak terima.

"Kata papa. agar kamu mengerti dengan alur bisnis papa dari yang paling bawah. Baru nanti kamu akan berada datas. Dan juga kamu tidak boleh membocorkan kalau kamu adalah anak dari pemilik minimarket itu. Kamu harus benar-benar bekerja dan berbaur dengan para karwayan papa." kak Brian menerangkan lagi mandat dari papa nya kemarin.

Jack terdiam karena ia tak mengira bahwa ia harus bekerja selepas kuliahnya. Bayangan bahwa ia akan bermain game favoritnya sepanjang waktu musnah sudah. Mood yang tadinya bagus kini telah sedikit berubah.

"Kakak tahu kamu pasti tidak akan langsung setuju dengan ide papa. Kalau kakak boleh saran, sebaiknya kamu turuti saja keinginan dari papa. Nanti kalau kamu sudah mulai bekerja dan kerjaanmu juga baik, kakak akan coba bantu membujuk papa untuk membebaskanmu dari kerja paruh waktu itu." kak Brian mencoba membantu adiknya itu.

Jack kelihatan berpikir sejenak.

"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain lagi. Ya sudah aku ke kampus dulu, ya kak." Jack berdiri dan hendak pergi.

"Sarapanmu tidak kamu habiskan?"

"Aku sudah tidak bernafsu lagi kak, aku pergi dulu ya kak." Jack pun pergi dengan tertunduk lesu.