Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 35 - Chapter 35

Chapter 35 - Chapter 35

Keesokan harinya, Shirou terbangun dengan perasaan lebih tenang setelah malam yang panjang dan penuh refleksi. Cahaya lembut matahari pagi menembus jendela kamarnya, membangunkannya dengan sinar yang hangat. Masih sedikit mengantuk, Shirou duduk di tepi tempat tidurnya, mengusap wajah untuk menghilangkan sisa-sisa kantuk, lalu ingatannya langsung melayang ke sesuatu yang penting.

Tanpa berpikir panjang, dia segera membungkuk dan mengecek kotak oleh-oleh yang dia letakkan aman di bawah kasurnya. Miniatur kapal kayu yang dia beli di pasar malam kemarin masih ada di sana, tersimpan dengan baik di dalam kotak kayu. Shirou merasa lega karena benda itu aman, mengingat betapa pentingnya janji yang telah dia buat kepada teman-temannya di Hostess of Fertility. Dia tersenyum kecil, menutup kotaknya dengan hati-hati, dan meletakkannya kembali di bawah kasur.

Setelah itu, Shirou bangkit dan bersiap-siap untuk menghadapi hari baru. Dia mengenakan pakaiannya dengan cepat dan keluar dari kamarnya, berjalan menyusuri lorong penginapan yang masih sepi. Di salah satu sudut ruangan, dia melihat Raul yang juga baru bangun, masih terlihat sedikit mengantuk dan menguap lebar.

"Pagi, Raul," sapa Shirou dengan ramah sambil berjalan mendekat. "Berapa lama penginapan ini disewa oleh Loki Familia?" tanyanya, sedikit penasaran karena dia tidak tahu berapa lama mereka akan tinggal di Melen.

Raul, yang masih sedikit terkantuk-kantuk, menggaruk kepalanya sebelum menjawab. "Biasanya kalau kita ada misi di luar kota, Finn sudah menyewa penginapan ini sampai kita benar-benar siap untuk pulang," katanya sambil menguap lagi. "Jadi, kita bisa tinggal di sini selama misi belum selesai."

Mendengar jawaban itu, Shirou merasa lega. Dia tahu bahwa misi ini mungkin masih akan memakan waktu, tetapi setidaknya dia tidak perlu terburu-buru untuk kembali. Yang paling penting, kotak oleh-oleh yang dia simpan di bawah kasurnya aman dan tidak akan terganggu oleh siapa pun. Itu memberikan rasa tenang tersendiri di pikirannya.

"Terima kasih, Raul," kata Shirou sambil tersenyum, lalu melanjutkan perjalanannya keluar dari penginapan. Dia merasa tubuhnya lebih segar setelah tidur yang nyenyak, dan semangatnya untuk menjalani hari ini kembali meningkat.

Begitu dia melangkah keluar dari pintu penginapan, Shirou disambut oleh pemandangan yang menakjubkan. Matahari terbit di ujung cakrawala, memancarkan sinar keemasan di atas permukaan laut yang tenang. Langit yang tadinya gelap kini bertransisi menjadi biru muda dengan semburat oranye, menciptakan pemandangan yang indah di depan matanya. Angin laut yang sejuk bertiup lembut, membawa aroma asin yang menyegarkan.

Shirou berdiri di tepi pantai, memandangi pemandangan itu dengan penuh kekaguman. Matahari terbit di pantai Melen terasa sangat damai, seolah menjadi awal yang sempurna untuk hari baru. Dia merasakan angin laut membelai wajahnya, dan untuk sesaat, semua beban dan kekhawatiran yang dia rasakan menghilang. Momen itu memberikannya kesempatan untuk berpikir dan bersiap untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan senyum kecil di wajahnya, Shirou menikmati keindahan matahari terbit itu, membiarkan ketenangan pagi menyelimuti dirinya sepenuhnya.

Saat Shirou menikmati pemandangan pagi yang damai di pantai Melen, dia mendengar suara langkah kaki yang lembut di belakangnya. Ketika dia menoleh, dilihatnya Aiz berjalan ke arahnya dengan tenang. Rambut emasnya berkilau terkena cahaya matahari pagi, dan angin pantai yang lembut membuatnya tampak lebih anggun. Dia berhenti di samping Shirou, dan untuk beberapa detik mereka hanya menikmati keindahan pagi bersama.

"Selamat pagi, Shirou," kata Aiz dengan suaranya yang lembut. Dia menatap horizon, tampak tenang meskipun ada sedikit kehangatan di balik tatapan biasanya yang datar. "Sudah lama kita tidak bertemu."

Shirou, yang merasa aneh mendengar hal itu, tersenyum kecil dan melirik ke arah Aiz. "Sudah lama? Kita baru berpisah satu minggu, Aiz," jawabnya dengan nada bercanda, tidak menyangka kalau Aiz merasa sudah begitu lama mereka tidak bertemu.

Namun, tanpa sepengetahuan Shirou, Aiz berbisik pelan, begitu lembut hingga nyaris tak terdengar, "Tapi itu sudah terlalu lama bagiku." Kata-kata itu hanya dia ucapkan untuk dirinya sendiri, dan tatapannya tetap terfokus pada pemandangan laut di depannya, meskipun di dalam hatinya ada sedikit kerinduan yang belum tersampaikan.

Shirou, yang tidak mendengar bisikan Aiz, melanjutkan dengan pertanyaan ringan. "Bagaimana, Aiz? Apa kau menikmati liburanmu di Melen?" tanyanya, ingin tahu bagaimana kesan Aiz tentang waktu yang dia habiskan di sini.

Aiz terdiam sejenak, wajahnya sedikit bingung. Pikiran pertamanya langsung kembali ke malam sebelumnya ketika dia terlibat dalam pertempuran melawan Amazon dari Kali Familia. Tapi kemudian, dia mengingat hari-hari sebelumnya ketika anggota perempuan Loki Familia menikmati waktu mereka dengan berenang dan bersantai di pantai. "Ya, kupikir aku menikmati beberapa harinya," jawab Aiz akhirnya, meski nada suaranya terdengar sedikit ragu.

Shirou, yang mengetahui dari Lefiya bahwa Aiz punya sedikit masalah dengan berenang, tersenyum nakal. "Oh, jadi kau menikmati liburan, meskipun Lefiya bilang padaku bahwa kau tidak bisa berenang?" candanya, memandang Aiz dengan tatapan penuh godaan.

Wajah Aiz langsung memerah mendengar kata-kata Shirou. "Aku... aku sudah mencoba belajar," kata Aiz, suaranya sedikit malu. "Tiona yang mengajarkanku kemarin, tapi aku masih... tenggelam." Wajahnya semakin merah saat mengakui kegagalannya dalam belajar berenang.

Shirou menahan tawa kecil mendengar itu, lalu dengan nada serius tapi penuh keramahan, dia berkata, "Kalau begitu, kalau kita masih punya waktu sebelum pulang, bagaimana kalau aku yang mengajarkanmu berenang?" Tawaran itu terdengar tulus, dan Shirou berpikir bahwa ini bisa menjadi kesempatan baik untuk membantu Aiz mengatasi ketakutannya terhadap air.

Mendengar tawaran Shirou, mata Aiz langsung berbinar, meskipun dia berusaha menutupinya dengan tetap tenang. Aiz yang biasanya tenang dan tak tergoyahkan kini merasa semangat membara dalam dirinya. "Kau... kau bersedia mengajariku?" tanyanya, suaranya penuh harapan, meskipun ada sedikit rasa malu di sana.

Shirou mengangguk, tersenyum hangat. "Tentu saja. Aku yakin kau bisa belajar dengan cepat." Dia meyakinkan Aiz, merasa bahwa dia bisa membantu Aiz mengatasi rasa takutnya.

Namun, Aiz yang masih merasa malu karena ketidakmampuannya berenang, menunduk sejenak sebelum berkata, "Tapi... bisa kita lakukan di tempat yang sepi? Aku tidak ingin orang lain melihat... saat aku tenggelam." Suaranya sedikit pelan, dan wajahnya masih memerah. Aiz tidak ingin orang lain melihatnya gagal, terutama ketika hal ini menyangkut ketakutannya sejak kecil.

Shirou tersenyum lebih lebar mendengar permintaan itu. "Tentu, kita bisa mencari tempat yang sepi di sekitar sini," katanya dengan nada lembut. Dia paham perasaan Aiz, dan dia ingin membuatnya merasa nyaman.

Di dalam hatinya, Aiz merasa sangat gembira, meskipun dia tidak menunjukkannya secara jelas. Pikiran bahwa dia akan menghabiskan waktu sendirian bersama Shirou membuat hatinya berdebar-debar, dan meskipun dia masih malu dengan kelemahannya, ada kebahagiaan yang mengalir dalam dirinya. Aiz merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk semakin dekat dengan Shirou, sesuatu yang sangat dia nantikan sejak lama.

Mereka berdua berdiri di sana, menikmati sisa pagi yang indah di pantai Melen, sambil merencanakan sesi berenang mereka. Di dalam hati, Aiz terus berdegup kencang, membayangkan waktu yang akan dia habiskan bersama Shirou, berharap ini bisa menjadi momen yang tak terlupakan di antara mereka berdua.

Saat Shirou dan Aiz berdiri di pantai, menikmati keindahan pagi yang tenang, mereka tiba-tiba mendengar suara riang dari arah penginapan. Suara itu memecah keheningan dengan panggilan penuh semangat. "Hei, Shirou! Aiz! Sarapan sudah siap!" Itu adalah suara Tiona, yang melambaikan tangan dari kejauhan, memanggil mereka berdua kembali ke penginapan.

Shirou dan Aiz saling melirik sebelum tersenyum tipis. "Sepertinya sudah waktunya kita makan," kata Shirou, sedikit tersenyum saat mereka berdua berjalan menuju arah penginapan, mengikuti Tiona yang sudah berbalik dan berjalan mendahului mereka.

Saat mereka memasuki ruang makan di dalam penginapan, suasana sudah hangat dan penuh keakraban. Anggota Loki Familia lainnya sudah berkumpul di meja panjang, menunggu sarapan. Hidangan pagi yang telah disiapkan beraroma menggoda, memenuhi ruangan dengan aroma lezat yang membuat perut Shirou sedikit berkeroncong. Di tengah ruangan, Lefiya yang sudah duduk di salah satu sisi meja, melambai ke arah mereka.

"Shirou! Aiz! Duduklah di sini," panggil Lefiya dengan senyum ceria, menunjukkan tempat kosong di sampingnya.

Shirou, yang masih merasa sedikit canggung karena kesalahpahaman kemarin, menelan ludah dan berjalan menuju tempat yang ditunjukkan Lefiya. Dia duduk di sebelahnya, berusaha bersikap normal meskipun wajahnya sedikit memerah saat mengingat bagaimana dia salah mengartikan ungkapan Lefiya tentang bulan. Aiz duduk di sebelah Shirou, wajahnya tetap tenang dan dingin seperti biasa, tetapi ada kehangatan di balik sikapnya yang biasanya pendiam.

Saat semua orang sudah duduk, mereka mulai menikmati sarapan yang telah disajikan. Hidangan pagi itu terdiri dari roti segar, buah-buahan, daging panggang, dan sup hangat yang menghangatkan perut mereka setelah malam yang panjang. Suasana di ruang makan dipenuhi dengan obrolan riang di antara anggota Loki Familia, menciptakan suasana penuh kebersamaan. Shirou, meski masih merasa sedikit malu, ikut terlibat dalam percakapan, sesekali menatap Lefiya dan Aiz di sampingnya, menikmati kenyamanan berada di dekat mereka.

Lefiya, yang duduk di samping Shirou, sesekali melirik ke arahnya dengan senyum kecil, tampaknya tidak menyadari kegugupan Shirou. Sementara itu, Aiz menikmati sarapannya dengan tenang, meskipun ada kilatan antisipasi di matanya tentang janji mereka untuk belajar berenang nanti. Mereka bertiga, duduk berdampingan, menikmati suasana pagi yang damai dan sarapan yang lezat.

Setelah sarapan selesai dan suasana ruang makan mulai tenang, Finn berdiri di tengah-tengah ruangan. Dengan postur tegap dan tatapan penuh perhatian, dia menarik perhatian seluruh anggota Loki Familia. Semua mata tertuju padanya, siap mendengarkan pengumuman yang akan dia sampaikan.

"Baik, semuanya. Kita akan melakukan briefing sekarang," ujar Finn dengan nada tegas namun tenang. "Seperti yang kalian tahu, kita sudah memeriksa jalan masuk menuju Dungeon yang terletak di bawah laut. Seperti yang dilaporkan oleh Tiona dan Tione, segel Leviathan masih dalam kondisi sempurna."

Tiona dan Tione, yang duduk di sisi meja, menganggukkan kepala serempak. "Iya, kami berdua sudah menyelam dan memeriksa segel itu. Tidak ada retakan atau kerusakan sedikit pun," jelas Tiona, mengingat kembali perjalanannya ke dasar laut untuk memeriksa segel yang selama ini menjadi misteri.

Tione menambahkan, "Segel itu tetap utuh, seperti yang sudah diperkirakan. Sepertinya bukan itu jalan masuk yang disebutkan oleh Hermes."

Finn menganggukkan kepalanya dengan tenang, tampaknya sudah memperkirakan hasil ini. "Tepat sekali. Informasi dari Hermes menunjukkan adanya jalan masuk lain menuju Dungeon, dan ini bukanlah jalan yang dimaksud." Dia berhenti sejenak, membiarkan informasi itu dicerna oleh semua orang.

Mendengar itu, Bete menghela napas dengan kesal. "Jadi kita harus mulai mencari di tempat lain lagi? Ini buang-buang waktu," keluhnya dengan nada tidak sabar. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi, terlihat tidak puas dengan perkembangan yang lambat.

Namun, Finn mengabaikan keluhan Bete dan tetap tenang. Sebelum Bete sempat melanjutkan keluhannya, Riveria melangkah maju, melanjutkan pembahasan yang lebih mendesak. "Ada masalah yang lebih besar yang harus kita bahas," ujar Riveria, suaranya tegas namun elegan. "Kami telah menemukan bukti bahwa Violas, monster yang bisa berenang di laut Melen, bukan muncul secara alami. Mereka diselundupkan ke sini dari luar."

Seluruh ruangan menjadi sunyi sejenak, perhatian semua orang langsung tertuju pada Riveria. "Berdasarkan penyelidikan lebih lanjut," lanjutnya, "Guild di Melen terlibat dalam korupsi besar-besaran, dan mereka membiarkan penyelundupan Violas ini terjadi." Ekspresi Riveria menunjukkan ketidaksenangan, jelas terlihat bahwa masalah ini jauh lebih serius daripada yang diperkirakan.

Loki, yang sejak tadi duduk diam sambil menyimak, akhirnya angkat bicara. Dengan senyuman licik namun penuh perhatian, dia berkata, "Nah, sepertinya kita punya urusan dengan dewa Njord, yang tinggal di Melen. Aku akan membahas hal ini dengannya secara langsung. Tidak hanya itu, kita juga harus berbicara dengan dewi Kali setelah pertarungan kita kemarin. Aku yakin dia tahu lebih banyak tentang penyelundupan ini."

Mendengar nama Njord dan Kali, suasana di ruang makan semakin serius. Finn menganggukkan kepala, mengapresiasi keputusan Loki. "Baiklah, dengan itu, kita akan melanjutkan investigasi ini. Riveria, lanjutkan penyelidikanmu. Tiona, Tione, kalian juga bisa membantu memeriksa wilayah sekitar lebih detail."

Semua anggota Loki Familia tampak mengerti tanggung jawab masing-masing. Shirou, yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, merasakan bahwa situasi semakin serius. Misi di Melen ternyata jauh lebih rumit dari yang dia duga, dan tampaknya konspirasi besar sedang terjadi di balik layar.

Setelah membahas situasi segel Leviathan, Finn melanjutkan briefing dengan membahas pertarungan yang terjadi kemarin. Semua anggota Loki Familia yang hadir menanti dengan serius, mengetahui bahwa insiden tersebut melibatkan banyak pertempuran penting.

"Sekarang, mari kita bahas mengenai konfrontasi kita dengan Kali Familia kemarin," Finn memulai dengan nada tegas. "Pertarungan itu tidak mudah, terutama karena kita tidak hanya menghadapi mereka, tetapi juga faktor kejutan dari berbagai pihak yang ikut terlibat."

Finn melanjutkan, menceritakan kronologi dari pertempuran yang dialami oleh anggota perempuan Loki Familia. "Kemarin, Lefiya diculik oleh Bache, salah satu petarung kuat dari Kali Familia," jelas Finn. "Ini memaksa Tiona dan Tione untuk menghadapi ancaman langsung, di mana mereka masing-masing harus berduel. Tiona melawan Bache, sementara Tione berhadapan dengan Argana, kakak dari Bache."

Tiona dan Tione, yang duduk di meja, menundukkan kepala sedikit ketika Finn melanjutkan. "Kalian berdua sudah melakukan yang terbaik, tapi aku ingin mengingatkan—jangan bertindak sendiri-sendiri seperti itu lagi. Jika kita tidak bekerja sama, risiko cedera atau bahkan kehilangan anggota menjadi lebih besar."

Kedua kakak beradik Amazon itu hanya mengangguk, menerima nasihat dari kapten mereka. Finn kemudian melanjutkan dengan menyebutkan bahwa Aiz datang untuk membantu. "Saat pertarungan berlangsung, Tiona dibantu oleh Aiz yang menyusul dan membantu mengalahkan Bache," lanjutnya.

Namun, sebelum Finn melanjutkan, Aiz mengangkat tangan untuk menambahkan detail lain. "Sebenarnya, di tengah jalan, aku sempat dihadang oleh anggota Ishtar Familia, salah satunya adalah Phryne," kata Aiz, suaranya tetap tenang meskipun dia menyebutkan nama lawan kuat yang sempat menghentikannya.

Mendengar nama Phryne, Bete langsung tertawa keras. "Hahaha! Yang itu sudah kuhabisi tadi malam. Mereka bahkan tidak bisa melawan," kata Bete dengan nada congkak, mengingat bagaimana dia mengalahkan Phryne dan para Amazon lainnya dari Ishtar Familia dengan mudah.

Finn hanya menganggukkan kepala dan mencatat, "Baiklah, kita perlu memperhatikan Ishtar Familia lebih lanjut. Sepertinya mereka juga terlibat dalam konflik ini." Suasana di ruangan semakin serius setelah mendengar bahwa ada lebih banyak pihak yang terlibat daripada yang mereka duga sebelumnya.

Setelah itu, Finn melanjutkan ceritanya, kali ini membahas aksinya sendiri dalam pertarungan. "Aku sendiri ikut turun tangan untuk membantu Tione melawan Argana," katanya, meskipun dia tampak berusaha merendah.

Namun, Tione segera memotong dengan antusias. "Oh, jangan terlalu merendah, Kapten! Kau mengalahkan Argana dengan sekali pukul!" kata Tione, matanya bersinar penuh kekaguman, sementara anggota lain tertawa kecil mendengar betapa cepatnya Finn menyelesaikan pertarungan.

Finn hanya menggaruk kepalanya dengan sedikit canggung. "Aku hanya melakukan apa yang diperlukan," ujarnya, berusaha tidak membuatnya terdengar seperti prestasi besar, meskipun jelas dia telah melakukan lebih dari cukup.

Shirou, yang mendengarkan dengan seksama sejak awal, sedikit menegang ketika Finn mulai menyebutkan namanya. "Dan akhirnya, Shirou dan Gareth berhasil menyelamatkan Lefiya dari tangan Amazon," kata Finn sambil menoleh ke arah mereka berdua.

Gareth, yang terkenal dengan tawanya yang keras dan penuh semangat, langsung tertawa lebar. "Haha! Ya, aku menghabisi para Amazon yang ada di sana, sementara Shirou sudah lebih dulu membawa Lefiya kabur dengan aman," jelasnya, bangga dengan bagaimana mereka menangani situasi.

Aiz, yang duduk di sebelah Shirou, tiba-tiba tampak khawatir. Dia menatap Lefiya dengan cemas. "Lefiya, kau tidak terluka, kan?" tanyanya dengan nada lembut, ingin memastikan temannya baik-baik saja setelah diculik.

Lefiya, yang duduk di seberang mereka, langsung memerah. Dia sedikit malu ketika semua perhatian tertuju padanya, terutama karena ingatan tentang malam itu masih segar di benaknya. "A-aku baik-baik saja. Tidak ada yang terluka," jawabnya cepat, namun lirikan matanya tertuju ke arah Shirou yang duduk di sampingnya. Wajahnya semakin merah saat dia mengingat malam ketika Shirou menyelamatkannya, dan kemudian mereka berjalan santai menikmati malam, sementara yang lain sibuk bertarung.

Shirou yang juga teringat malam itu, hanya tersenyum kecil, merasa sedikit canggung mengingat bagaimana mereka menikmati malam dengan santai sementara yang lain masih bertarung. Mereka berdua berbagi momen kebersamaan yang langka, tetapi sekarang, di tengah briefing yang serius, mereka merasa sedikit malu mengingat betapa damainya waktu yang mereka habiskan dibandingkan dengan situasi yang terjadi di sekitar mereka.

Dengan semua laporan selesai, Finn menutup pembahasan dengan tegas. "Kita harus tetap waspada. Misi kita belum selesai, dan banyak hal yang harus kita selesaikan di Melen sebelum kembali ke Orario."

Setelah semua laporan selesai dan diskusi mengenai insiden kemarin dirasa cukup, Finn berdiri di tengah ruangan, memberikan pandangannya ke seluruh anggota Loki Familia. Dengan sikap yang tenang namun penuh kepemimpinan, dia menyampaikan penutup rapat.

"Baiklah, semuanya. Untuk sekarang, kita akan menutup rapat ini. Kalian semua telah bekerja keras, jadi kalian punya waktu bebas untuk bersantai hari ini," ucap Finn dengan nada lega. Senyuman kecil muncul di wajahnya, menandakan bahwa ini adalah kesempatan langka bagi mereka untuk bersantai di tengah-tengah misi besar.

Beberapa anggota Loki Familia terlihat bersorak senang mendengar pengumuman itu. Wajah-wajah lelah yang selama ini dipenuhi ketegangan pertempuran tampak sedikit lebih rileks mendengar bahwa mereka akan mendapatkan waktu untuk beristirahat dan menikmati kota Melen yang indah.

Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Sebelum ada yang bisa bereaksi lebih jauh, Loki langsung maju ke depan, dengan gaya santainya yang khas dan senyuman licik di wajahnya. "Hei, hei, tunggu sebentar! Kalian semua belum boleh bersantai dulu!" serunya, menghentikan kegembiraan yang baru saja muncul di ruangan.

Seluruh ruangan langsung terdiam, semua mata tertuju pada Loki yang tampak bersemangat dengan rencananya. "Sebelum kalian menikmati liburan kalian, ada sedikit urusan yang harus kita selesaikan terlebih dahulu," lanjutnya, tangannya diletakkan di pinggang dengan percaya diri. "Kita punya janji bertemu dengan Njord, dewa nelayan yang tinggal di Melen, dan juga Kali, si cebol yang baru saja kita kalahkan kemarin. Kalian tidak bisa bersantai sebelum menemani aku untuk bertemu mereka!"

Beberapa anggota Loki Familia tampak mengeluh pelan, meskipun mereka sudah terbiasa dengan Loki yang suka menyerobot rencana dengan hal-hal yang tak terduga. Tiona, yang tadinya sudah bersiap untuk bersantai, menghela napas sambil berkata dengan nada bercanda, "Yah, sepertinya rencana untuk bersantai harus ditunda dulu..."

Tione menyeringai, menepuk bahu Tiona. "Kau tahu Loki selalu punya rencana tambahan di akhir," jawabnya dengan tawa kecil.

Shirou, yang duduk di samping Lefiya dan Aiz, juga merasakan perubahan suasana. Dia menatap Loki dengan sedikit senyum canggung, tetapi dia tidak terlalu terkejut. Dia tahu bahwa ketika dewa seperti Loki terlibat, selalu ada agenda yang lebih besar yang harus diikuti sebelum mereka bisa bersantai.

"Kita akan bertemu Njord terlebih dahulu," lanjut Loki, "Dia mungkin bisa memberi kita lebih banyak informasi tentang situasi di Melen, terutama mengenai penyelundupan Violas. Setelah itu, kita akan menyelesaikan urusan dengan Kali. Aku yakin dia punya lebih banyak hal untuk dijelaskan setelah pertarungan kemarin."

Finn, yang tetap tenang meskipun Loki telah menyerobot pengumumannya, hanya mengangguk. "Baiklah, dengarkan perintah Loki. Kita akan menyelesaikan pertemuan-pertemuan ini sebelum benar-benar bisa beristirahat," katanya, mengembalikan fokus semua anggota ke tugas yang masih menanti.

Meskipun beberapa anggota merasa kecewa karena waktu santai mereka tertunda, mereka semua tahu bahwa tugas ini penting. Bagaimanapun juga, Njord dan Kali memegang peran penting dalam misteri yang menyelimuti Melen, dan pertemuan ini mungkin akan membawa jawaban yang mereka butuhkan.

Dengan itu, semua anggota mulai bersiap, menanggalkan rasa lelah mereka sementara, dan mengikuti arahan Loki dan Finn menuju pertemuan yang akan membawa mereka lebih dekat pada kebenaran.

I need more voters for the next illustration. You can support me by joining at patreo n com/rayish.