Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 37 - Chapter 37

Chapter 37 - Chapter 37

Setelah kapal mencapai titik tengah laut yang mereka tuju, angin semakin kencang dan air laut tampak lebih gelap dan dalam. Loki memimpin seluruh anggota yang ikut untuk memulai proses memancing yang tidak biasa ini. Di dek kapal, mereka semua sibuk menyiapkan pancing masing-masing. Namun, kali ini, umpan yang mereka gunakan bukanlah cacing biasa, melainkan Magic Stone—batu-batu berenergi sihir yang mampu menarik perhatian monster seperti Violas.

Shirou, Aiz, Lefiya, dan yang lainnya melihat bagaimana Loki mulai memasang Magic Stone di tali pancingnya. Tidak seperti umpan biasa, mereka harus menggunakan paku untuk membolongi batu sihir itu terlebih dahulu agar bisa ditempelkan pada kail. Ini bukan pekerjaan yang mudah, karena Magic Stone itu berkilauan dan terasa padat di tangan mereka.

"Hati-hati memasangnya, pastikan tidak ada yang jatuh sebelum waktunya," kata Loki dengan senyumannya, sambil memperhatikan cara mereka memasang umpannya.

Setelah selesai memasang Magic Stone di tali pancing, Loki menjadi yang pertama melemparkan pancingnya ke laut. Dengan gaya dramatis khasnya, dia mengayunkan tali pancing ke udara dan dengan penuh semangat berteriak, "Heave-ho! Ayo kita tangkap monster laut!".

Melihat aksi Loki, anggota lainnya mulai mengikuti. Tiona melempar pancingnya dengan penuh antusiasme, sementara Aiz dan Lefiya yang lebih tenang mengikuti langkah mereka, melemparkan pancing masing-masing ke laut dalam. Shirou, yang biasanya lebih terbiasa dengan pertempuran fisik, memandang pancing di tangannya dan melemparnya dengan hati-hati.

Setelah pancing mereka terendam dalam air, semuanya mulai menunggu dengan hati-hati, sambil menatap ke laut yang tampak tenang. Namun, meskipun suasana terlihat damai, ada ketegangan yang menggantung di udara. Tidak ada yang tahu seberapa besar monster laut yang akan mereka hadapi atau bagaimana reaksi mereka ketika Violas menggigit umpan sihir itu.

Shirou, yang lebih terbiasa menghadapi musuh secara langsung di darat atau dungeon, tampak sedikit khawatir. Dia berjalan mendekati Loki, yang masih dengan penuh semangat memegang tali pancingnya, dan bertanya, "Loki, bagaimana kalau monster yang menggigit umpan itu terlalu besar dan menarikmu ke dalam laut? Apakah kamu siap untuk menghadapi monster sebesar itu?" Ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tulus.

Mendengar pertanyaan Shirou, Loki hanya tertawa kecil dan menepuk pundak Shirou dengan santai. "Jangan khawatir, Shirou! Kalau aku tertarik ke laut oleh monster itu, aku akan mengandalkanmu untuk menyelamatkanku. Bagaimana? Siap jadi pahlawan laut juga?" ucapnya dengan nada bercanda, namun ada sedikit keseriusan di matanya.

Shirou tersenyum kecil, meskipun rasa khawatir masih ada. "Baiklah, kalau begitu. Aku akan siap jika sesuatu terjadi," jawabnya, mencoba tetap tenang meskipun tahu bahwa bertarung di laut akan jauh berbeda dari yang biasa dia hadapi di darat.

Mereka semua menunggu dengan tegang, memegang erat pancing masing-masing, menanti saat ketika monster laut akhirnya muncul. Kapal itu berlayar dengan tenang di tengah lautan, tapi semua orang tahu bahwa ketenangan ini hanya sementara.

Setelah beberapa lama menunggu dengan penuh antisipasi, suasana di atas kapal mulai berubah. Awalnya, semua anggota Loki Familia tampak bersemangat untuk menangkap monster laut besar ataupun Violas, namun semakin lama, tidak ada tanda-tanda monster yang muncul dari kedalaman laut. Angin laut berhembus tenang, dan hanya suara ombak yang terdengar, tetapi tak ada gerakan berarti dari tali pancing mereka.

Bete, yang paling tidak sabar di antara mereka, menguap panjang. Ia mulai merasa bosan dengan menunggu tanpa hasil. "Ini membosankan," gerutunya sambil meninggalkan pancingnya begitu saja dan berjalan ke ujung kapal, bersandar dengan tangan terlipat. "Kita di sini untuk melawan monster, bukan duduk-duduk memandangi laut."

Melihat reaksi Bete, Loki dengan santai berkelit dan memberikan senyuman yang licik. "Hei, memancing butuh kesabaran. Ini bagian dari pengalaman!" katanya, berusaha mempertahankan semangat. "Terkadang, hasil yang terbaik datang saat kita tidak menduganya."

Namun, ucapan Loki belum sempat menyemangati siapa pun ketika tiba-tiba Lefiya yang berdiri di dekat pinggir kapal, merasa tarikan pada tali pancingnya. Wajahnya langsung tegang ketika ia merasakan sesuatu yang berat menarik pancingnya. "T-Tali pancingku! Ada sesuatu yang menariknya!" serunya, suaranya penuh kejutan dan kecemasan.

Aiz, yang berdiri di samping Lefiya, dengan sigap bergerak. Dengan reflek cepat, dia meraih tali pancing dan membantu Lefiya menariknya. "Jangan khawatir, aku akan membantumu," kata Aiz dengan tenang, otot-ototnya menegang saat mereka bersama-sama menarik pancing itu ke atas.

Semua orang di kapal memperhatikan dengan cemas, berpikir bahwa ini mungkin momen yang mereka tunggu—mungkin Violas atau monster laut lainnya akhirnya menggigit umpan mereka. Namun, ketika tali pancing itu ditarik ke atas kapal, yang muncul bukanlah monster laut mengerikan atau Violas. Sebaliknya, mereka mendapati seekor ikan salmon yang sangat besar, jauh lebih besar daripada ikan biasa yang pernah mereka lihat. Ikan itu menggelepar di atas dek, mengilap dengan warna peraknya yang cerah.

Loki, yang menunggu dengan penuh harapan untuk sesuatu yang lebih dramatis, langsung mengutuk sambil meletakkan tangannya di pinggang. "Oh, ayolah! Kita sudah menggunakan Magic Stone sebagai umpan, tapi yang kita tangkap hanya ikan salmon biasa?!" katanya dengan nada kecewa. Jelas dia berharap lebih dari pengalaman memancing ini.

Namun, di saat yang sama, Shirou tersenyum kecil saat melihat ikan besar itu. "Yah, meskipun ini bukan monster, setidaknya kita menangkap sesuatu. Dan ikan salmon sebesar ini... bisa kita masak nanti setelah kita kembali ke daratan," ujarnya sambil mengangguk, sudah membayangkan berbagai hidangan yang bisa dia buat dengan ikan tersebut.

Mendengar kata-kata Shirou, Aiz tiba-tiba merasa tergugah selera makannya. Matanya sedikit bersinar, membayangkan masakan lezat yang akan disiapkan oleh Shirou. "Masakan salmon... itu terdengar enak," katanya pelan, tampak tak sabar menunggu kesempatan untuk mencicipi masakan Shirou.

Shirou dengan hati-hati meletakkan ikan besar itu di dalam kotak es yang ada di kapal, memastikan ikan itu tetap segar sampai mereka kembali. Setelah semuanya siap, dia kembali ke posisi memancingnya, kali ini dengan harapan baru. Meskipun mereka belum menangkap monster, setidaknya mereka sudah mendapat hadiah dari laut.

Anggota lainnya kembali fokus pada pancing masing-masing, meskipun semangat mereka mulai berbeda. Beberapa, seperti Bete, masih tampak kurang tertarik, tapi yang lain, seperti Aiz dan Lefiya, tampak lebih optimis dengan peluang yang mungkin akan datang. Kapal terus berlayar dengan tenang di tengah laut, dan mereka semua menunggu kejutan apa lagi yang mungkin akan muncul dari bawah permukaan laut.

Setelah beberapa saat berlayar di tengah laut yang tenang, suasana kembali berubah ketika tiba-tiba pancing dari Tiona mulai ditarik dengan kekuatan yang cukup besar. Mata Tiona bersinar penuh semangat. "Akhirnya! Sesuatu menggigit!" teriaknya, memegang erat tali pancing dan menariknya dengan kuat.

Namun, tarikan di ujung tali itu ternyata jauh lebih kuat dari yang ia duga. Meskipun Tiona berusaha menarik sekuat tenaga, kombinasi kekuatan dari makhluk di bawah laut dan tenaganya sendiri membuat pancing itu tiba-tiba patah di tengah! Patahannya berderak keras di udara, mengejutkan semua orang di kapal.

Tidak terima dengan kejadian itu, Tiona dengan cepat mengambil tindakan. Tanpa berpikir panjang, dia langsung melompat dari kapal, masuk ke laut dengan percikan besar. "Aku akan menangkapnya sendiri!" serunya dengan penuh semangat.

Tione, yang tidak ingin ketinggalan dan merasa aksi adik kembarnya terlalu menarik untuk dilewatkan, tertawa lepas. "Tunggu aku, Tiona!" katanya sambil ikut melompat ke laut, mengikuti kembarannya.

Loki, yang menyaksikan kejadian itu dari dek kapal, terbelalak kaget. "Hei! Seharusnya kalian memancing, bukan berenang!" serunya panik, tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Dia memandang dengan bingung ke laut, sementara kedua Amazon itu berenang dan menyelam dengan penuh semangat, mengejar sesuatu yang tak terlihat.

Namun, sebelum Loki sempat melanjutkan protesnya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Tiba-tiba, kepala besar dari bunga Violas muncul ke permukaan laut, tampak seperti sedang berusaha melarikan diri dari kejaran Tiona dan Tione. Kepala bunga besar itu mengambang di atas air, membuat riak besar di sekitarnya.

Shirou, yang selama ini berjaga dengan tenang di atas kapal, langsung bereaksi. Dengan sigap, dia memprojeksi busur hitam andalannya dan memanggil Inferno Arrow. Tanpa ragu, dia mengarahkan panah api tersebut ke arah kepala Violas yang muncul. "Inferno Arrow!" serunya, melepaskan panah yang meluncur dengan cepat.

Panah api itu terbang tepat ke arah kepala bunga Violas dan dalam hitungan detik, panah tersebut menembus makhluk itu, membuatnya terbakar dalam nyala api yang berkobar. Violas itu meledak menjadi abu, menyebarkan debu hitam di atas permukaan laut, seolah menghilang tanpa jejak.

Melihat kejadian yang begitu cepat dan tidak terduga, Loki hanya bisa ternganga. "Apa-apaan ini...!?" katanya dengan kaget. Ini jelas jauh dari bayangannya tentang bagaimana petualangan memancing mereka seharusnya berjalan. Memancing monster laut dengan pancing? Tentu. Tapi kini mereka memancing monster dan malah berakhir dengan ledakan api di tengah laut!

Di sisi lain kapal, Bete, yang menyaksikan betapa serunya aksi Tiona, Tione, dan Shirou, mulai merasakan semangat bertarungnya membara. Dengan senyuman liar, dia membuka bajunya dan melemparkannya ke lantai kapal. "Yah, kalau begini caranya, aku ikut!" katanya, sebelum melompat dari kapal dan masuk ke laut, siap untuk berburu Violas di bawah permukaan air.

Loki, yang kini terduduk di dek kapal, hanya bisa menepuk dahinya sambil menghela napas panjang. "Mungkin ini... juga bisa dihitung sebagai memancing," gumamnya lelah, meskipun dalam hatinya dia tak pernah membayangkan akan ada banyak aksi dramatis dalam perjalanan ini.

Sementara itu, Shirou, yang masih memegang busurnya, tersenyum kecil melihat teman-temannya begitu semangat di tengah laut. Petualangan yang seharusnya sederhana telah berubah menjadi pengejaran monster yang lebih seru daripada yang mereka duga.

Melihat kegaduhan yang semakin menjadi, Gareth, yang sedari tadi diam di balik kemudi, mulai ikut terbakar semangatnya. Dengan tawa keras, dia melepaskan pegangannya dari kemudi kapal dan mengambil sekantong penuh Magic Stone. Dengan tangan yang kuat, dia menyebarkan isi kantong itu ke laut, menaburkannya seperti seseorang memberi makan ikan di kolam.

Tidak butuh waktu lama, kerumunan monster laut dan Violas mulai bermunculan dari dasar laut, tertarik oleh energi Magic Stone yang tersebar. Gelombang air di sekitar kapal mulai bergelora, menunjukkan kedatangan mereka. Kapal berayun lebih keras, dikelilingi oleh makhluk-makhluk buas yang siap menyerang.

Gareth tertawa lebar melihat kekacauan yang ia ciptakan. "Hahaha! Ini baru petualangan yang sesungguhnya!" serunya penuh kegembiraan, sambil dengan tangan kosong mulai menghajar monster-monster yang mendekati kapal. Setiap pukulan Gareth membuat monster-monster itu terpental kembali ke laut, kekuatan fisiknya yang luar biasa membuatnya tampak seperti raksasa di tengah-tengah lautan yang kacau.

Di sisi lain kapal, Aiz dengan ketenangannya yang khas, berdiri dengan pedang terhunus. Setiap kali monster laut atau Violas mendekat, dia dengan cepat menebas mereka, satu per satu. Gerakannya cepat, presisi, dan mematikan, seperti badai angin yang mengamuk di antara gelombang laut. Di tengah-tengah pertarungan, Aiz menoleh ke arah Shirou dan Lefiya. "Shirou, fokus memanah. Lefiya, rapalkan mantramu. Kita habisi mereka secepat mungkin," ucapnya tegas.

Shirou, yang sudah memegang busurnya, mengangguk dengan serius. "Baik!" Dia memanggil Inferno Arrow, busur hitamnya bersinar dengan api magis yang siap ditembakkan. Dengan tenang, dia menarik busurnya, menargetkan monster-monster yang mencoba melarikan diri atau menyerang dari kejauhan. Panah-panahnya melesat dengan akurasi tinggi, menghantam monster-monster itu, membuat mereka terbakar dan lenyap dalam sekejap.

Di sisi lain, Lefiya mulai merapal mantra panjangnya. Dengan tongkat sihir di tangannya, dia menutup mata dan fokus pada energi sihir yang berkumpul di sekelilingnya. Mantra Arcs Ray pun siap ditembakkan. Dalam satu gerakan, Lefiya mengarahkan tongkatnya ke depan, dan ledakan energi sihir yang kuat melesat dari ujung tongkatnya. Sinar energi itu menghantam monster-monster yang mendekat, menghancurkan mereka dalam sekejap.

Loki, yang tadinya begitu bersemangat memimpin "petualangan memancing" ini, sekarang bersembunyi di balik kokpit kapal. Matanya melebar penuh kekagetan, tak percaya dengan kekacauan yang terjadi di sekelilingnya. "A-apa-apaan ini?! Aku hanya ingin memancing monster laut, bukan menghancurkan kapalku!" serunya, panik sambil memikirkan biaya ganti rugi atas kerusakan kapal yang semakin parah akibat serangan monster dan pertarungan sengit di dek.

Sementara itu, Gareth terus bertarung dengan monster yang mendekat, pukulan-pukulannya menghantam dengan keras. Aiz terus menebas dengan pedangnya tanpa lelah, dan Lefiya melancarkan mantra-mantranya. Shirou, dengan ketenangan yang luar biasa, terus memanah monster-monster yang mencoba melarikan diri atau yang mengancam dari kejauhan. Inferno Arrow miliknya meledak setiap kali menyentuh target, membakar musuh-musuh itu hingga menjadi abu.

Kapal yang awalnya tenang kini berubah menjadi medan perang di tengah lautan. Namun, meskipun kekacauan terjadi, koordinasi antara anggota Loki Familia membuat mereka berhasil mengendalikan situasi, meskipun tantangan yang datang jauh di luar dugaan mereka.

Pertempuran di tengah laut terus berlanjut, namun bukan dengan kekacauan tak terkendali seperti sebelumnya. Kini, anggota Loki Familia mulai mengatur diri dengan lebih baik, mengoordinasikan setiap gerakan untuk memaksimalkan kekuatan mereka dalam menghadapi monster-monster yang terus muncul dari kedalaman laut. Kapal itu mulai bergerak dalam pola melingkar, berlayar perlahan sambil terus menghadapi gelombang serangan monster.

Bete, Tiona, dan Tione masih berada di laut, berenang dengan lincah di antara ombak yang semakin tinggi. Meski berada di air, mereka sama sekali tidak terlihat lelah atau ragu. Setiap kali seekor monster laut atau Violas mendekat, mereka dengan sigap menanganinya. Tiona dan Tione menggunakan kekuatan fisik mereka untuk menghantam dan menenggelamkan monster-monster itu, sementara Bete berenang dengan kecepatan luar biasa, menyergap setiap monster yang mencoba mendekati kapal. "Monster-monster ini bahkan tidak cukup kuat untuk membuatku serius," geram Bete, sambil meninju salah satu Violas hingga terhantam balik ke laut.

Di atas kapal, Gareth, yang memegang kemudi, terus menjaga kapal tetap stabil. Dia tidak hanya fokus pada mengemudi, tapi juga sesekali menghadang monster yang berusaha mendekat dari samping kapal. Dengan satu ayunan kuat, Gareth bisa menghalau monster-monster tersebut tanpa kehilangan keseimbangan. "Hah, kalian pikir bisa merusak kapalku? Tidak semudah itu!" serunya dengan tawa besar, menikmati tantangan ini dengan semangat yang tak berkurang.

Di bagian belakang kapal, Aiz berdiri tegap, menjaga posisi Shirou dan Lefiya. Setiap kali monster mendekat terlalu dekat, Aiz dengan cepat menyabetkan pedangnya, menebas musuh-musuh itu sebelum mereka bisa mencapai rekan-rekannya. Shirou, yang berada di sebelah Lefiya, memegang busurnya dengan fokus penuh. Dia terus memproyeksikan panah sihir dan menembakkan Inferno Arrow ke arah monster-monster yang bergerak di kejauhan. Setiap panahnya melesat dengan akurasi sempurna, menghancurkan target dengan ledakan api yang dahsyat.

Di sebelah Shirou, Lefiya masih memusatkan pikirannya untuk merapal mantra. Dengan sihir Arcs Ray, dia meluncurkan sinar energi yang kuat, menghabisi monster-monster yang mencoba mendekat dari berbagai arah. Dengan setiap mantra yang berhasil dia rapalkan, serangan mereka semakin efektif dan terkoordinasi.

Sementara itu, Loki di dalam kokpit bersembunyi dengan cemas. Dia duduk di pojok, memeluk lututnya, dan berdoa dengan penuh harapan entah kepada siapa. "Tolong, siapapun... aku tidak peduli dewa mana, asalkan kapal ini tidak tenggelam. Aku tidak mau berurusan dengan biaya perbaikan kapal... atau hal-hal yang lebih buruk," gumamnya dengan nada putus asa. Sesekali, Loki melirik keluar melalui jendela kecil, melihat pertempuran di atas dek dan di laut dengan hati yang berdebar. Bukan karena takut pada monster, tetapi karena dia tahu jika kapal mereka rusak atau tenggelam, dia harus membayar mahal untuk ganti rugi.

Di tengah semua aksi ini, kapal terus berlayar dengan perlahan, berputar-putar di lautan sambil menghadapi serangan demi serangan dari monster. Mereka berhasil menjaga kapal tetap stabil, sementara Bete, Tiona, dan Tione terus memukul mundur monster di air. Gareth tetap di kemudi, memastikan kapal tidak keluar dari jalurnya, dan Aiz menjaga punggung Shirou serta Lefiya yang terus melancarkan serangan jarak jauh. Meski tantangan ini jauh lebih besar dari yang mereka perkirakan, koordinasi mereka yang solid membuat mereka berhasil menghadapi situasi dengan baik.

Perlahan namun pasti, monster-monster itu mulai mundur, menghilang kembali ke dalam laut, seolah-olah menyerah pada kekuatan gabungan Loki Familia.

Setelah berjam-jam bertarung di tengah lautan, kapal yang mereka tumpangi akhirnya mulai kembali ke pelabuhan. Namun, kondisinya benar-benar porak poranda. Layar kapal yang sebelumnya tegak berkibar kini terlihat gosong terbakar di beberapa bagian akibat ledakan dan serangan monster. Badan kapal pun penuh dengan lubang akibat benturan dan serangan Violas serta monster laut lainnya. Kayu-kayunya retak, dan kapal itu tampak seolah telah melalui pertempuran besar yang jauh melampaui sekadar "memancing."

Begitu kapal bersandar di dermaga, Loki adalah yang pertama turun dari kapal dengan wajah yang tampak semakin kesal. Dia menatap kapalnya yang rusak dan porak poranda, dan akhirnya menghela napas panjang. "Ini... Ini bencana," gumamnya dengan nada frustrasi, sambil melihat kerusakan kapal yang begitu parah. Dengan tangan terlipat di depan dada, dia berbalik menatap anggota Familia-nya yang turun satu per satu. "Kalau begini terus, aku akan memotong bayaran kalian semua untuk ganti rugi!" ancamnya, setengah bercanda namun ada nada keseriusan di balik ancamannya.

Namun, ancaman itu tidak terlalu mengintimidasi para anggota Loki Familia. Bete, yang sudah berada di pelabuhan lebih dulu, hanya tertawa keras, tampak senang dengan pengalaman penuh aksi yang baru saja mereka lalui. "Hah! Bayaran? Peduli amat! Pertarungan tadi jauh lebih menyenangkan daripada yang kubayangkan!" serunya sambil tersenyum lebar, seolah tidak peduli dengan keadaan kapal. Tiona dan Tione setuju dengan Bete, tertawa puas dan menikmati pengalaman mereka. Meskipun mereka kembali dengan kapal yang rusak, semangat mereka masih tinggi, senang bisa bertarung di laut dan melawan monster-monster laut secara langsung.

Gareth, yang turun terakhir dari kapal, menepuk bahu Bete sambil tertawa. "Aku setuju! Pengalaman itu lebih berharga dari apapun. Bukan setiap hari kita bisa memancing... eh, maksudku, bertarung di tengah laut melawan monster!" katanya, membuat Tiona dan Tione semakin tertawa.

Sementara Loki memutar matanya, merasa lelah dengan reaksi anggota Familia-nya, dia menggelengkan kepala dan berjalan menuju pemilik kapal. "Baiklah, aku harus bereskan masalah ini. Kalau tidak, kita semua akan diminta membayar kapal baru," gerutunya sambil berjalan ke arah pemilik kapal yang sudah menunggu di dermaga. Loki bersiap menegosiasikan ganti rugi, dan dari raut wajahnya, jelas bahwa ini bukan pertemuan yang dia nantikan.

Selagi Loki sibuk menegosiasi, Shirou, yang juga baru turun dari kapal, ingat dengan ikan salmon besar yang mereka tangkap sebelumnya. Ia berjalan ke bagian belakang kapal dan menemukan ikan itu masih berada dalam kotak es yang sudah hampir meleleh karena panas pertempuran. Shirou tersenyum kecil, merasa puas bahwa setidaknya mereka memiliki hasil memancing yang nyata, meski tanpa monster laut besar.

Dengan hati-hati, Shirou mengambil ikan salmon itu dan memasukkannya ke dalam kantong yang sudah disiapkan. "Setidaknya kita punya oleh-oleh untuk makan malam nanti," gumamnya pelan, senyum tipis menghiasi wajahnya. Meskipun perjalanan mereka lebih seperti petualangan penuh aksi daripada memancing biasa, dia merasa ada sesuatu yang bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.

Setelah menyimpan ikan itu dengan aman, Shirou berdiri di dermaga, memandang laut yang tenang. Angin laut bertiup lembut, dan meskipun kapal mereka rusak parah, dia merasa pengalaman ini adalah sesuatu yang berharga.

Setelah perundingan yang panjang dan melelahkan dengan pemilik kapal, Loki akhirnya berhasil membayar ganti rugi atas kerusakan yang mereka sebabkan. Dengan wajah yang masih menampakkan sisa kekesalan, Loki kembali bergabung dengan anggota Familia-nya yang sudah menunggu di pelabuhan. Meskipun hari penuh tantangan, mereka semua masih tampak semangat dan puas dengan petualangan yang baru saja mereka lalui.

Saat matahari mulai turun dan langit berubah menjadi warna oranye keemasan, mereka semua berjalan bersama menuju penginapan. Suasana sore itu terasa lebih santai dibandingkan sebelumnya. Dengan langkah yang tenang, Shirou berjalan di belakang sambil membawa kantong yang berisi ikan salmon besar yang mereka tangkap di tengah lautan. Meskipun hari ini penuh dengan kekacauan, Shirou tersenyum tipis memikirkan rencananya untuk memasak sesuatu yang spesial.

Sesampainya di penginapan, Shirou langsung menuju dapur yang ada di penginapan. Setelah meletakkan ikan salmon di meja dapur, dia mempersiapkan alat-alat masaknya. "Hari ini kita akan membuat sashimi salmon," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri, sambil mengamati ikan besar di hadapannya. Dia mulai membayangkan bagaimana dia akan menyiapkan hidangan ini, memotong ikan dengan presisi yang sempurna agar menghasilkan potongan sashimi yang lezat.

Saat Shirou sibuk di dapur, Lefiya datang dan menawarkan bantuan. "Shirou, aku bisa membantumu. Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya dengan semangat. Meskipun Lefiya lebih ahli dalam hal sihir daripada memasak, dia tetap ingin membantu Shirou dalam menyiapkan makanan.

Shirou tersenyum pada Lefiya. "Terima kasih, Lefiya. Kau bisa membantu menyiapkan bahan-bahan yang lain, seperti mencuci sayuran dan merapikan peralatan. Dan jangan lupa menyiapkan piring untuk sashimi nanti."

Lefiya mengangguk penuh semangat dan segera mulai bekerja, membersihkan sayuran dan mempersiapkan piring dengan cermat. Meskipun pekerjaannya sederhana, dia melakukannya dengan hati-hati, ingin memastikan semuanya sempurna.

Tak lama kemudian, Aiz datang ke dapur. Dia menawarkan diri untuk membantu juga, meskipun keahliannya lebih terfokus pada bertarung daripada memasak. "Apa yang bisa kubantu?" tanya Aiz dengan nada tenang, tapi ada sedikit rasa penasaran di matanya.

Shirou, yang menyadari beberapa bahan masih kurang, meminta Aiz untuk pergi membeli beberapa bahan tambahan di pasar. "Aiz, bisakah kau membantuku membeli beberapa bahan tambahan? Kita butuh kecap, jahe, dan sedikit sayuran segar untuk hiasan," katanya sambil menyerahkan daftar kecil bahan yang perlu dibeli.

Aiz mengangguk tanpa ragu. "Baiklah, aku akan segera kembali," jawabnya singkat sebelum pergi. Dia dengan cepat meninggalkan penginapan dan menuju pasar, berjalan dengan langkah cepat namun penuh ketenangan.

Sementara Aiz pergi, Shirou melanjutkan mempersiapkan ikan salmon. Dengan pisau tajam di tangannya, dia mulai memotong ikan itu dengan presisi, menghasilkan potongan sashimi yang halus dan sempurna. Setiap irisannya terlihat begitu lembut dan berkilau, menunjukkan kesegaran ikan yang ditangkap langsung dari laut.

Lefiya, yang bekerja di samping Shirou, sesekali melirik ke arah potongan sashimi itu dengan kekaguman. "Potongannya sangat rapi... Kau benar-benar ahli dalam hal ini, Shirou," katanya sambil terus membersihkan piring dan menyiapkan meja.

Shirou hanya tersenyum kecil sambil melanjutkan pekerjaannya. "Ini semua tentang kesabaran dan ketelitian," jawabnya sambil terus fokus pada irisan ikan di depannya.

Dengan kerjasama mereka, dapur menjadi penuh dengan kesibukan yang tenang dan harmonis. Shirou tahu bahwa malam ini, mereka akan menikmati hidangan yang enak setelah hari yang penuh dengan tantangan di lautan.

Setelah beberapa waktu, Aiz kembali dari pasar dengan bahan-bahan yang Shirou minta. Dengan cekatan, dia menyerahkan kecap, jahe, dan sayuran segar yang ia beli. "Ini semua bahan yang kau butuhkan," kata Aiz sambil meletakkannya di meja dapur. Dia tampak tenang, tapi jelas ada rasa penasaran dalam matanya saat melihat persiapan yang dilakukan Shirou.

Shirou tersenyum dan mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Aiz. Ini sempurna," katanya. Dia segera memulai tahap terakhir dari persiapannya: membuat saus untuk sashimi. Dengan gerakan hati-hati, dia mencampurkan kecap dengan sedikit jahe yang sudah dihaluskan, serta beberapa bumbu lainnya untuk menambahkan cita rasa khas pada saus tersebut. "Saus ini akan memberikan keseimbangan rasa pada ikan salmonnya," jelasnya, meskipun tahu sebagian besar orang di sini mungkin belum pernah mencicipi hidangan seperti ini sebelumnya.

Setelah saus siap, Shirou mulai menata sashimi salmon di atas piring besar yang cantik, menyusunnya dengan rapi agar terlihat menggugah selera. Irisan salmon yang lembut berkilauan di bawah cahaya lampu dapur, menandakan kesegarannya. Di samping sashimi, ia menyiapkan nasi putih hangat sebagai pelengkap, serta hiasan sayuran yang segar.

Ketika semuanya sudah siap, Shirou membawa piring-piring tersebut ke ruang makan di penginapan, di mana beberapa anggota Loki Familia sudah menunggu. Begitu Aiz, Tiona, Tione, dan yang lainnya melihat hidangan itu, mata mereka bersinar kagum. Aiz yang biasanya tidak menunjukkan banyak emosi, kali ini tampak sangat antusias. "Ini terlihat sangat enak," katanya sambil mengambil posisi duduk di meja.

Shirou tersenyum, bangga dengan hasilnya. "Ini adalah sashimi, hidangan tradisional dari Jepang, tempat asalku," jelasnya sambil meletakkan piring sashimi dan nasi di depan mereka. "Biasanya, sashimi disajikan dengan saus yang dibuat dari kecap dan jahe, seperti yang sudah kusiapkan di sini. Kalian bisa mencelupkan potongan sashimi ke dalam sausnya sebelum memakannya."

Aiz tidak menunggu lama. Dia mengambil sepotong sashimi, mencelupkannya ke dalam saus, lalu memasukkannya ke mulut. Saat dia mengunyah, matanya tampak berbinar. "Rasanya luar biasa," katanya dengan nada serius, tetapi jelas menikmati setiap gigitan.

Tiona, yang duduk di samping Aiz, juga mencoba untuk pertama kalinya. "Ini pertama kalinya aku makan hidangan seperti ini," katanya dengan mata berbinar saat ia mencicipi sashimi. "Teksturnya lembut, dan rasa sausnya benar-benar menyatu dengan ikannya!"

Shirou tertawa kecil mendengar antusiasme mereka. "Ini memang salah satu hidangan yang cukup populer di tempat asalku. Sashimi adalah cara menyajikan ikan segar tanpa dimasak, dan bumbu sederhana seperti kecap serta jahe membantu menonjolkan rasa alami dari ikan," jelasnya, bangga bisa memperkenalkan tradisi kuliner Jepang kepada teman-teman barunya.

Tione, yang tidak mau ketinggalan, mencicipi sashimi dengan ekspresi penasaran. "Aku belum pernah mencoba makan ikan tanpa dimasak sebelumnya... tapi ini sangat enak! Rasanya segar dan lembut," ujarnya, terkejut dengan betapa ia menikmati hidangan ini.

Malam itu, mereka semua makan dengan lahap, menikmati hasil tangkapan laut yang bertransformasi menjadi hidangan lezat berkat keterampilan memasak Shirou. Suasana ruang makan terasa hangat dan akrab, penuh dengan tawa dan percakapan tentang hari petualangan mereka di laut. Meskipun pertempuran melawan Violas dan monster laut tadi cukup melelahkan, momen makan malam bersama ini menjadi penutup yang sempurna untuk hari yang penuh aksi.

Setelah menikmati makan malam yang lezat dan penuh tawa, suasana di penginapan mulai mereda. Satu per satu anggota Loki Familia mulai merasa lelah setelah hari yang panjang. Perut mereka sudah kenyang, dan energi yang tersisa pun semakin sedikit setelah petualangan di laut dan pertempuran dengan monster-monster laut tadi siang.

Shirou, yang menjadi pusat perhatian malam itu berkat keahlian memasaknya, merasakan kelegaan saat melihat semua orang menikmati hidangannya. Tapi sekarang, tubuhnya mulai terasa berat, dan pikirannya dipenuhi dengan keinginan untuk segera beristirahat. Setelah berbincang sedikit dengan anggota lainnya, Shirou pamit untuk kembali ke kamarnya.

Dia berjalan dengan langkah yang tenang di lorong penginapan, suara tawa dan percakapan dari ruang makan perlahan menghilang di belakangnya. Saat mencapai kamarnya, Shirou membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam ruangan yang sunyi. Kamar itu sederhana, dengan sebuah ranjang, meja kecil, dan jendela yang menghadap ke luar. Angin malam yang sejuk bertiup lembut melalui celah jendela, menambah rasa nyaman di dalam ruangan.

Shirou meletakkan kantong yang biasa ia bawa di samping meja, dan mulai melepas baju luar yang ia kenakan. Tubuhnya terasa pegal-pegal setelah hari yang begitu panjang, dari memancing hingga bertarung melawan Violas dan memasak untuk seluruh Familia. Dia melihat bayangannya di cermin, sedikit tersenyum sambil mengingat kejadian hari ini. Meskipun penuh tantangan, hari ini berakhir dengan kenangan indah.

Setelah mempersiapkan diri, Shirou berjalan menuju tempat tidur. Dia duduk sebentar di tepi ranjang, menatap langit-langit kamar yang gelap. Suara desiran ombak dari luar jendela terdengar samar-samar, mengingatkannya pada petualangan laut mereka.

"Begitu banyak yang terjadi hari ini," pikirnya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan, merasakan kelelahan meresap ke seluruh tubuhnya.

Dengan pelan, Shirou berbaring di atas kasur yang lembut. Tubuhnya segera merespons, tenggelam dalam kenyamanan dan kehangatan. Matanya perlahan-lahan tertutup, sementara pikirannya mulai terbang menuju mimpi. Bayangan-bayangan dari petualangan mereka di laut, tawa teman-temannya, dan senyum mereka saat menikmati makan malam menyelimuti pikirannya sebelum akhirnya terlelap.

Dalam keheningan malam, Shirou tertidur nyenyak, siap untuk menghadapi hari baru dengan tenaga yang kembali pulih.