Chereads / Transmigrasi ll 2 Jiwa dalam 1 Raga / Chapter 31 - Chapter 31. Tunangan

Chapter 31 - Chapter 31. Tunangan

Dua gadis dengan dress maroon dan biru malam itu datang lebih awal. Bahkan, para pelayan masih merapikan beberapa bangku dan hidangan. Sebenarnya tamu undangan mereka tidak banyak, hanya keluarga besar saja. Terkecuali Athena yang diberikan izin khusus.

Abel mengajak Athena untuk kelantai atas, berniat menemui Ares dan memikirkan cara untuk menggagalkan pertunangan ini. Karena Abel adalah salah satu keluarga dekat, mereka menjadi memiliki akses untuk menemui Ares sebelum acara di mulai.

Namun, sebelum mereka sampai di tempat Ares, mereka malah mendapati Stella yang terlihat sangat mencurigakan baru saja keluar dari salah satu ruangan.

Athena mengajak Abel untuk bersembunyi di dekat beberapa kotak yang tersusun rapi. Abel menatap Athena heran, namun Athena mengisyaratkan Abel untuk tidak bersuara sejenak.

Setelah dilihat Stella pergi ke arah berlawanan, Athena menghela nafas lega. Tanpa banyak bicara, Athena mengajak Abel untuk masuk ke dalam ruangan tadi.

Perpustakaan.

Untuk apa Stella ke sini? Serajin itukah dia, sehingga di acara penting dirinya sendiri, ia masih sempat-sempatnya membaca buku?

"Tadi Stella barusan dari sini, kan?"

Athena mengangguk, sembari matanya menelisik penjuru ruangan yang lebih dominan buku ini.

"Bel, kayaknya ada sesuatu yang Stella sembunyikan."

"Sesuatu?"

Athena mengangguk, menatap sahabatnya serius. "Gue mau mastiin sesuatu. Siapa cucu kesayangan nenek kalian?"

Abel nampak berfikir sebentar sebelum bersuara. "Kayaknya Ares. Omma sering manjain Ares karena sejak kecil, Ares lebih sering di rawat oleh omma. Sampe remaja juga Ares sering ngabisin waktu bareng omma."

Athena mengangguk paham. "Coba lo pikir. Emang nenek lo mau nyerahin cucu kesayangannya kepada cewek yang baru aja dia kenal? Lo ingat kata Ares? Stella dan nenek kalian nggak pernah bertemu. Kalo begitu, gimana dalam waktu singkat nenek kalian bisa nyetujuin perjodohan ini dan mendukungnya? Yah, memang bisa aja ada beberapa kemungkinan. Tapi, kayak ada yang janggal aja gitu."

Abel menutup matanya sembari berlagak berfikir. "Gue paham, separo."

Athena menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi merasa bahwa penjelasannya tadi terlalu panjang dan berlibet-libet.

"Pokoknya, kita cari barang mencurigakan di sini."

Mata Abel terbelalak. "Eh?! Mencari di ruangan seluas ini?!"

"Mau gimana lagi. Ayo cepat, kita gak ada waktu lagi."

Abel menatap Athena tidak percaya. Sepercaya diri itukah dia dengan dugaannya sendiri?

"Kayaknya lo deh yang bucin, bukan gue."

°•°•°•°•

Berulang kali Abel mengeluh, berulang kali juga Athena menyahutinya dengan berbagai macam cara. Seperti saat ini...

"Na. Gue cape. Gue makan dulu, ya?"

"Bukannya lo yang mulai 'misi' ini?"

Abel mengehela nafas pasrah. Ada benarnya juga.

Abel dan Athena menyusuri rak yang terpisah, membuka buku di sana satu persatu. Entah apa yang akan mereka temukan.

Athena menghela nafas lelah. Ia menyandarkan dirinya sejenak di salah satu rak. Gadis itu berfikir. Jika begini terus, acara pertunangan itu akan di mulai. Waktu mereka tidak banyak.

Athena menatap buku didepannya. Semua buku terlihat berdebu dan seperti sudah tidak tersentuh lagi.

"Debu, ya?" Athena terdiam. Akhirnya sebuah ide melintas di otaknya. Mungkin ini bisa di coba.

"Bel."

Abel menoleh dengan wajah lesu.

"Kalo kita buka buku satu-persatu bakal kelamaan. Gimana kalo kita nyari buku yang sedikit debunya?"

"Buat apa lagi?"

"Cari aja. Waktu kita mepet!"

Abel menghela nafas panjang dan mengikuti perkataan Athena. Mereka berdua menyusuri setiap rak, berharap apa yang mereka cari segera ketemu.

Setelah menyusuri setiap rak dengan teliti, Abel yang berada di rak terpisah tiba-tiba memanggil Athena.

"Na!" panggil Abel girang.

Athena dengan cepat menghampiri Abel.

"Liat, buku ini hampir nggak ada debu."

Athena mengangguk, menyetujui perkataan gadis di sebelahnya. Ia mengambil buku itu, membuka tiap halaman dengan cepat. Tidak ada apa-apa. Athena menggoyangkan buku itu, berharap ada sesuatu di dalamnya.

Namun tidak ada.

Abel menghela nafas kecewa. Athena menyerahkan buku itu kepada Abel. "Lo boleh istirahat dulu."

Setelah mengucapkan itu, Athena ingin beranjak pergi. Namun, tangannya di cekal oleh Abel.

"Na, liat!"

Athena menatap dua kertas yang sedang di pegang oleh Abel.

"Dapat dari mana?"

Abel dengan semangat berkata. "Dari belakang jejeran buku ini."

"Nice!"

Kedua gadis itu membawa kertas tadi dan duduk di salah satu meja di sana. Pertama-tama, Athena membuka sebuah potongan koran tua. Dengan teliti, kedua gadis itu membaca isi dari koran itu.

"Na. Ini..."

Athena mengangguk paham meskipun Abel menggantung ucapannya.

"Tentang hari itu, ya?" gumam Athena, sembari menatap lekat koran lusuh di depannya.

Amsterdam, 2010.

•°•°•°

Pembawa acara sudah membacakan beberapa rangkaian acara. Acara pertunangan itu sudah di mulai sedari 5 menit yang lalu.

"Baiklah, acara selanjutnya---"

"Tunggu!"

Gadis yang baru saja turun dari lantai dua dengan nafas ngos-ngosan itu menghentikan ucapan pembawa acara.

"Na. Lo aja deh yang ngomong. Gue capek." Kata Abel, masih dengan nafas yang terputus-putus.

Athena mengangguk. Gadis itu menghampiri seorang wanita tua yang sedang duduk di kursi roda. Athena menunduk, mensejajarkan tingginya dengan wanita yang kira-kira sudah berkepala 7 itu.

"Maaf karena saya sudah menghentikan acara ini. Tapi, bisakah--em, boleh saya panggil nenek?"

Wanita tua itu hanya mengangguk saja dengan tatapan bertanya.

"Bisakah nenek berbicara empat mata dengan saya? Tapi, acara pertunangan ini di tunda sebentar, karena ada hal penting yang ingin saya bahas, tentang pertunangan Ares. Apakah boleh?" pinta Athena, berusaha sopan.

"Kamu ini apa-apaan? Sudah menghentikan acara pertunangan anak saya, dan sekarang kamu mau apa lagi? Kamu tidak setuju dengan pertunangan ini? Padahal kamu cuma orang asing." Kata wanita yang duduk di sebelah wanita tua tadi. Dia nampak emosi.

Athena berdiri, menatap wanita yang duduk di sebelah nenek Ares. Sepertinya dia adalah ibu Ares.

"Maafkan saya. Tapi sepertinya ada hal penting yang perlu di luruskan. Anda juga boleh ikut untuk menjadi saksi pembicaraan saya dan nenek."

Nenek tadi menggenggam tangan ibu Ares. "Sudahlah, kita dengarkan saja dulu. Kalo begitu, kita bicarakan di taman belakang saja. Apakah ada yang tidak setuju?"

Senyap. Sepertinya tidak ada yang protes. Namun beberapa tatapan nampak bertanya-tanya, ingin tahu urusan mereka.

Nenek Ares kembali menatap Athena sembari tersenyum hangat. "Ayo kita bicarakan hal penting itu."

=============♧=============