Chereads / Transmigrasi ll 2 Jiwa dalam 1 Raga / Chapter 33 - Chapter 33. Kejutan

Chapter 33 - Chapter 33. Kejutan

Athena akhirnya bisa menghela nafas tenang. Setelah selesai berbincang bersama Ela, yang tentunya membahas tentang kecelakaan 10 tahun yang lalu.

Ela terus meminta maaf karena sudah menyebabkan orang tua Athena minggat dari dunia, eh.

Ela juga menawarkan Athena untuk bertunangan dengan Ares. Tapi, Athena yang sadar bahwa ini bukan raga aslinya menolak. Ia beralasan ingin fokus untuk belajar, karena beberapa bulan lagi akan ada ujian.

Mengenai acara, acaranya di ganti menjadi acara keluarga. Stella sudah pulang menggunakan taksi karena...malu, mungkin? Setelah di telusuri, ternyata Stella melakukan itu demi harta. Orangtuanya telah bercerai, dan kini ia tinggal sendiri.

Athena menghampiri Abel yang sedang menikmati makanan beserta cemilan yang tersedia.

"Bel. Gue balik, ya? Cape."

"Tunggu dulu, Na! Makan dulu, baru pulang. Jadi, pas balik lo bisa langsung rebahan."

Athena berfikir sejenak. "Benar juga. Kalo gitu, gue ngambil makan dulu."

Abel tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya.

Tidak berapa lama, Ares menghampiri Abel. "Athena mana?"

Abel kembali mendongak. "Lo tunggu di sini aja. Athena lagi ngambil makan."

Ares berdehem singkat dan duduk di sebelah Abel.

Laki-laki yang masih mengenakan kemeja putih itu memainkan handphone-nya. Ia sedang mengirim pesan kepada Liam, mengabari tentang pertunangannya yang batal.

Ares

Liam!

Pertunangan gue udh batal

Liam

Oh, ya?

Baguslah klo tmn gw yg polos-polos

bgst ini g jatuh ama cewe munafik

WKWK

Ares

Kampret lo

Liam

Haha, canda elah

Ares

Gue juga mau ucapin terima kasih sama lo. Lo udh bntuin gue lewat nasihat.

Liam

Sans, kita kan brother.

Eh, gue mau nemenin Silla dulu

Nnti lgi, bye

Ares

Iya

•°•°•°

"Gue balik dulu."

"Gue anterin aja, Na."

Athena menggeleng, menolak tawaran Ares. "Gak usah. Lo istirahat aja."

"Tap--"

Ucapan Ares terpotong karena handphonenya berbunyi. Di sana tertera nama Liam.

"Bentar, Na." Setelah itu, Ares langsung saja menggeser tombol hijau disana.

Athena yang masih menunggu ojol yang sudah ia pesan hanya menatap wajah Ares yang awalnya menampilkan ekspresi penasaran, tiba-tiba berubah menjadi khawatir sekaligus panik.

Bersamaan dengan sambungan telepon terputus, ojol mobil yang di pesan Athena datang. Yah, alasannya memesan ojol mobil adalah karena dinginnya angin malam.

"Mas, tunggu bentar, ya?" kata Ares kepada supir ojol. Athena menatap Ares aneh. Ada apa dengan laki-laki itu?

Ares masuk ke dalam rumah. Tidak lama, ia keluar bersama Abel yang menatap heran ke arah Ares yang menyeretnya keluar.

Ares menyuruh Athena masuk. Gadis itu hanya menurut saja setelah Ares berkata akan menceritakannya di perjalanan.

Ares duduk di sebelah pengemudi, sedangkan Athena dan Abel duduk di bangku tengah.

"Tujuannya di ubah ya, mas. Jadi ke rumah sakit *****. Tentang bayaran, akan kami bayar sesuai prosedur."

Supir ojol itu hanya mengangguk paham dan langsung menjalankan tugasnya. Sedangkan kedua gadis di belakangnya menatap Ares heran.

"Rumah sakit?"

•°•°•°

Tiga remaja yang masih mengenakan baju rapi itu berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Sepanjang jalan, Ares menceritakan tentang suster yang menelpon dirinya menggunakan handphone Liam.

"Eh? L-liam operasi? Buat apa?" tanya Abel, khawatir.

Ares menggeleng. "Gue juga nggak tau. Tadi, suster yang di minta untuk nelpon gue cuman bilang kalo dia di mintai tolong oleh Liam untuk ngabarin tentang operasi itu."

"Kita harus cegah Liam, dan nanyain alasannya." Kata Abel.

Ares menggeleng pelan, lagi. "Operasinya udah di mulai 30 menit yang lalu."

Athena menatap lurus ke depan. Di sana, lampu ruang operasi sedang menyala. Athena langsung saja berlari pelan menghampiri suster yang duduk di depan ruangan.

"Permisi, sus."

"Iya. Ada apa?" suster itu berdiri dan tersenyum ramah.

"Siapa yang lagi operasi di dalam."

"Pasien yang sedang di operasi di dalam sana adalah atas nama Liam dan Silla."

Abel menutup mulutnya, tidak percaya. "Nggak."

Ares angkat bicara. "Apakah ada sesuatu lagi yang dititipkan Liam, selain telepon?"

Suster itu mengeluarkan tiga lembar kertas dari saku baju kerjanya. "Tuan Liam menitipkan ini. Dan juga, ini handphonenya saya serahkan kepada kalian. Apakah ada lagi yang ingin di tanyakan?"

Ares menerima kertas dan handphone Liam dengan sopan. "Tidak. Terimakasih, suster."

"Kalo begitu, saya permisi dulu. Selamat malam."

"Selamat malam juga." Sahut Athena dan Ares.

Abel duduk di depan ruang operasi. Gadis itu menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Pikirannya mendadak kacau.

Athena duduk di sebelah gadis yang sudah ia anggap sahabat itu. Ia mengelus punggung Abel lembut, berusaha menenangkan.

Sedangkan Ares menatap 3 kertas yang sedang ia pegang. Di depan masing-masing kertas, terdapat 4 nama yang berbeda.

Ares menyodorkan sebuah kertas kepada Abel. "Buat lo."

Abel mendongak. Ia menatap kertas itu sebentar, kemudian mengambilnya. Di sana, terdapat tulis tangan Liam.

Abel membuka kertas itu, dan mulai membacanya. Athena dan Ares juga ikut membaca surat itu.

Minggu, 28 November 202*

To : Abelle Cecilia

Kalo lo udah nerima surat ini, berarti gue lagi di operasi, ya? Maaf ya, gue nggak bilang-bilang. Kalo gue ngabarin, pasti lo yang paling ngelarang gue ngejalanin operasi beresiko tinggi ini. Maaf, ya?:)

Gue nggak pandai ngerakit kata-kata. Tapi, ada sesuatu yang belum sempat gue bilang ke lo. Tentang perasaan.

Lo tadi ngungkapin perasaan lo, kan? Maaf, ya, gue nggak bisa langsung jawab. Gue kaget, karena ternyata orang yang gue suka dalam diam, suka sama gue juga. Jangan kira gue yang buaya darat ini nggak bisa cinta tulus sama cewek lho, ya? Gue cium lo kalo mikir gitu! Yah, tapi itu kalo operasi gue berhasil.

Maaf, gue nyembunyiin sesuatu dari lo, maupun Ares dan Athena. Bahkan, Silla aja nggak tau. Sebenarnya, gue punya penyakit kanker darah, dan sekarang sudah sampai stadium akhir. Gue nggak punya banyak biaya buat ngelakuin 2 operasi sekaligus. Oleh karena itu, gue milih nyawa Silla di banding gue. Gue yakin, Silla pasti bisa bertahan hidup, walaupun tanpa gue.

Oleh karena itu, gue mohon. Rawat Silla. Gue nggak mau dia di sakitin bokap. Sorry ya, gue jadi ngerepotin lo lagi.

Kayaknya udah kepanjangan, deh? Pegal tangan gue nih. Jadi kek surat wasiat, ya? Haha

Ya udah, intinya, gue minta maaf sama lo. Dan juga,

I love you:)

Liam Agaskara

Air bening itu tidak dapat di tahan lagi. Abel terisak pelan, masih dengan surat Liam di tangannya. Athena yang berada di sebelahnya berusaha tegar. Gadis itu memeluk Abel dan mengusap lembut bahunya.

Ares pamit untuk mencari ketenangan, sekaligus ingin membaca surat yang di berikan Liam kepadanya dan Athena, sendiri.

"Kenapa lo nggak bilang lebih awal, Liam?" gumam Abel serak. Athena hanya mendengarkan Abel sembari menahan air matanya yang ingin ikut menerobos pertahanan.

"Kenapa lo nulis surat ini, seakan-akan kita nggak bakal ketemu lagi?"

"Kenapa, kenapa, kenapa?!" Abel mencengkeram baju Athena. Gadis itu mengeratkan pelukannya kepada Athena. Isakannya berusaha ia redam sekuat tenaga.

"Kenapa lo malah minta maaf ke gue? Seharusnya gue yang minta maaf." Suara Abel terdengar memelan, sangat pelan.

"Jangan tinggalin gue, gue mohon."

===============♤===============