Ting
Gadis yang sedang duduk di dalam mobilnya itu langsung membuka notif dari Nasya, orang yang sedang ia tunggu. Dia adalah Athena, ia sedang menunggu Nasya yang katanya baru saja pulang dari rapat OSIS.
Sebenci-bencinya ia dengan Nasya, masih ada sedikit rasa peduli dalam dirinya kepada gadis itu. Athena juga merasa sedikit bersalah karena menyakiti gadis sebaik Nasya—begitulah yang ia pikirkan sebelumnya— demi terbebas dari keluarga toxic itu.
Nasya
Kak, aku mau minta tolong. Bantuin aku ngangkat barang, hehe. Tapi kalo kakak nggak mau, aku bisa sendiri kok.
Athena
Lo dmn
Nasya
Aku ada di gudang belakang sekolah.
Athena menghela nafas. Tanpa membalas pesan Nasya, Athena keluar dari mobilnya dan mengantongi ponselnya.
Setelah sampai, ia tidak menemukan Nasya di sana. Athena mengeluarkan handphonenya. Baru saja ingin menyalakan, seseorang mengambil secara paksa ponsel miliknya. Athena refleks mendongak dan mengerutkan keningnya. Laki-laki? Dia...tidak sendiri.
Tubuh Athena sedikit bergetar. Namun, ia berusaha terlihat kuat dan berusaha merebut kembali ponselnya. Ia harus mengambil kembali ponsel itu, karena banyak kenangan penting di dalamnya. Termasuk kenangan bersama keluarga kandungnya.
"Balikin, atau gue teriak?"
Laki-laki yang mengambil ponselnya tadi menyodorkan hp miliknya. Athena dengan cepat ingin merebut kembali ponselnya, namun ia kalah cepat dengan laki-laki itu yang sudah lebih dulu menarik kembali ponselnya. Laki-laki itu tersenyum jahil.
Athena bisa melihat orang-orang di depannya, meski ia tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas karena penerangan yang minim. Mereka ada...3? Eh tidak, ada 4 orang?
Athena melirik sekitarnya. Sepi.
Tentu saja sepi. Bahkan, jam saja sudah menunjukkan pukul 6 malam. Gelap dan sepi. Perasaan Athena menjadi tidak enak.
Athena langsung berbalik dan berniat untuk pergi. Yang terpenting sekarang mungkin melarikan diri terlebih dahulu. Namun, ternyata satu laki-laki sudah berjaga di belakangnya. Ternyata, mereka berlima.
"Jangan lari dong manis. Kita masih belum bersenang-senang." Kata laki-laki yang mengambil ponselnya.
Athena berbalik dan langsung memukul pipi laki-laki itu, refleks.
"Gue nggak sudi, bajingan!"
Laki-laki yang sebelumnya berada di belakang Athena langsung membalikkan tubuh mungil Athena dan mendorongnya ke tanah. Athena berteriak, refleks.
Laki-laki yang ia pukul tadi langsung menindih tubuh Athena. Dengan kasar, ia berusaha merobek pakaian yang Athena kenakan. Athena panik, takut, semuanya bercampur menjadi satu.
Athena memberontak. Ia mendorong tubuh laki-laki itu sekuat tenaga, dan berhasil. Athena langsung berlari tak tentu arah. Pikirannya sedang tidak jernih. Athena memasuki hutan, entah sudah berapa jauh ia berlari dari kejaran para pria itu. Ia hanya berharap, setelah keluar dari hutan ini ada rumah yang bisa menolongnya.
Namun, dirinya tertangkap. Laki-laki yang sebelumnya ia pukul itu mendorong kasar tubuh Athena hingga terjatuh. Di belakang laki-laki itu, ada 2 pria lainnya yang juga menemukannya. Entah dimana dua pria lainnya.
Gadis yang tengah mempertahankan pakaiannya yang sudah robek di mana-mana itu menunduk. Tenaganya sudah terkuras habis. Di depannya, 3 orang pria sedang menatap lapar pada tubuhnya.
Gadis itu sudah berusaha berlari keluar dari hutan yang tidak ia ketahui ini. Ia mengutuki dirinya sendiri yang malah memasuki hutan karena panik. Namun semuanya sia-sia. Air matanya sedari tadi tidak berhenti keluar.
"Theo, tolongin gue."
Namun, ia sadar. Tidak ada yang peduli padanya. Pada akhirnya, kesuciannya di renggut secara paksa, oleh laki-laki yang sama sekali tidak ia kenali.
Hal terakhir yang ia ingat sebelum tidak sadarkan diri adalah, wajah laki-laki yang telah mengambil kesucian. Laki-laki itu nampak familiar.
-•-•-
Athena menyudahi ceritanya, meski ia sangat ingin menceritakan tentang keputusasaan dirinya setelah kejadian itu, yang dimana dirinya di pukul oleh fakta yang dikatakan langsung oleh Nasya, adik angkatnya.
"Lo itu kotor. Pasti orang tua lo kecewa. Ups, Gue lupa. Orang tua lo kan udah nggak ada."
Pada akhirnya, Athena memilih menabrakkan mobil beserta dirinya. Dirinya putus asa, berfikir tidak akan ada yang menerima dirinya. Di ujung keputusasaan itu, Alea mendatangi dirinya dan kembali membuatnya bangkit secara perlahan.
Di tengah lamunan Athena, Bara memeluk gadis itu...dan menangis. Athena memukul pelan pundak Bara. Kenapa Bara menangis? Apakah ceritanya semenyedihkan itu sehingga orang lain ikut menangis?
"Bar. Lo kenapa sih? Aneh banget."
Bara menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Athena. Darah Athena berdesir. Rasanya aneh.
"Bar,"
"Maaf."
Athena mengerutkan keningnya. Kenapa Bara meminta maaf?
"Maaf, gue udah ngambil kesucian yang sudah lo jaga mati-matian."
Deg
Athena terdiam. Kata-kata barusan sangat sulit ia cerna. Tubuhnya berusaha keras menepis semua kata-kata Bara. Namun, otaknya membenarkan fakta itu. Suara dan wajah samar-samar laki-laki yang merenggut kesuciannya terasa familiar.
Kenapa ia baru sadar? Kamu bodoh, Athena.
Gadis itu mendorong pelan tubuh Bara, masih tidak menyangka laki-laki yang selama ini ia kira baik dan berbeda dari yang lain ternyata hanyalah seorang b*j*ng*n.
"Biarin gue sendiri."
Bara menggeleng. "Gue mohon, terima pertunangan ini dan biarin gue bertanggung jawab."
"Gue bilang biarin gue sendiri!"
Bara terhenyak, tangannya bergerak ingin menghapus air mata yang mengalir itu. Namun, tangannya di tepis secara kasar oleh Athena.
"Pergi."
Bara bangkit dan memutuskan untuk mengikuti perkataan Athena. "Maaf," Setelah mengatakan kalimat itu, Bara langsung pergi.
"Gue mau mati aja."
============♤============