"Hah? Apa-apaan lo? Berani lo sama gue?" kata Cindy, songong.
Athena rasanya ingin muntah saja. "Nggak usah songong lo. Merasa hebat, tapi kok bawa circle. By one dek." Ejek Athena.
Sebuah kepalan tangan melayang mengarah ke Athena. Cindy dengan kesal melampiaskan emosinya melalui pukulan. Namun, pukulannya berhasil dihindari oleh Athena.
"Kok nggak kena. Cupu ya?" ejek Athena lagi.
Tanpa ia sadari, seseorang mendekat dan,
Byurrrr
Aroma busuk langsung menyeruak masuk ke dalam indra penciuman mereka yang berada di sana. Athena menutup matanya, berusaha meredam emosi yang sempat ingin meledak.
Athena menatap tajam salah satu teman Cindy yang membawa tepung dan air kotor tadi. Sialan, ternyata air yang gadis tadi bawa sangat busuk dari dugaannya.
Cindy menjauh, menatap Athena jijik. Abel berhasil melepaskan dirinya dan mendekat ke arah Athena.
"Na! Lo nggak papa? Kita ganti baju lo dulu ya? Ayo." Ajak Abel menarik tangan Athena, berusaha menjauh dari kumpulan gadis itu.
"Bentar, Bel. Gue mau kasih mereka pelajaran dulu,"
Athena mendekat ke arah empat orang gadis itu, sembari tersenyum manis.
"Hei, kalian tau? Air yang kalian siram kepada gue, sangat busuk, kayak sifat kalian. Dan lagi, apa-apaan lo ngatain temen gue jual tubuh? Ga ngaca? Baju ketat, rok di lipat, buat apa? Buat narik perhatian cowok? Murahan."
Cindy emosi. Sudah Athena duga, Cindy adalah orang yang mudah terbawa emosi. Gadis dengan rambut diikat itu langsung menjambak rambut Athena. Athena tidak meringis. Ia sudah biasa di perlakukan kasar, toh, yang segini tidak ada apa-apanya.
Athena mencengkeram kuat pergelangan tangan Cindy. Cindy ternyata sudah meremehkan kekuatan gadis di depannya. Rasanya, tangan Cindy ingin remuk di saat itu juga. Cindy menggigit bibirnya, guna menahan sakit.
Baru saja Athena mengepalkan tangannya, ingin memberi pelajaran kepada gadis di depannya, suara berat seseorang memanggil nama Cindy dengan tegas. Mereka yang berada di situ sontak menoleh, Athena tersenyum miring.
"Akhirnya datang juga."
"L-liam." Cindy kelimpungan. Ia melepaskan jambakannya dan berusaha mencari alasan.
"Ini bukan seperti yang kamu lihat."
Cindy menatap Abel yang sedang memegang handphonenya dengan tangan bergetar. Kemudian ia mengalihkan tatapannya kepada Liam, dan berusaha untuk meluluhkan laki-laki itu.
Cindy menggenggam tangan Liam, "Sayang, kamu salah paham. Dia yang duluan."
Liam menepis kasar tangan Cindy. "Udah gue bilang dari kemaren. Kita putus. Paham?" Kata Liam penuh penekanan.
"Tapi---"
"Udah ya? Gue mau pulang."
Liam menghiraukan Cindy dan menghampiri Abel dan Athena.
"Liam, lo bisa anterin Abel pulang nggak? Supirnya belum datang, kayaknya sibuk. Gue juga takut dia kenapa-kenapa." Kata Athena yang sedang mengelap tangannya dengan tisu.
"Boleh aja. Lo gimana?"
"Gak usah mikirin gue. Gue mau ganti baju dulu, kalian duluan aja."
"Sayang. Aku nggak mau putus."
Liam melirik ke arah Cindy dengan malas, "Gue lagi nggak ada waktu buat pacaran lagi."
Athena dan Abel nenyimak. Mungkin Liam benar adanya. Liam sekarang harus fokus kepada kesembuhan Silla terlebih dahulu.
Cindy di bawa pergi oleh ketiga temannya, agar ia tidak kembali mengemis dengan Liam.
Athena memasukkan handphonenya yang sudah ia lapisi dengan tisu ke dalam tas. Athena melambai, "Bye-bye, kalian hati-hati, ya!", dan kembali ke dalam sekolah.
Athena mengambil baju olahraga miliknya yang berada di dalam loker. Athena mencium kembali seragam yang ia kenakan, sangat busuk.
"Sialan tu cewe. Kayaknya gue harus mandi kembang 20 rupa."
°•°•°•°•
Athena memasuki rumah, dan disusul dengan Theo yang sebelumnya menjemput Athena. Syukurlah Theo sudah bisa di hubungi, jadi Athena tidak perlu lelah berjalan kaki.
Karena kejadian tadi, ia jadi pulang pukul 6 sore. Athena jadi ingin berendam air hangat sambil tidur saja.
Namun, harapannya pupus. Baru 5 menit berendam air panas yang sudah dicampurkan dengan sabun, seseorang mengetok pintu kamar mandi.
"Na." Panggil Theo.
"Kenapa?" Sahut Athena dari dalam.
"Mandinya di cepetin, di bawah ada tamu yang nyariin lo. Di atas kasur sudah ada baju buat lo pake, dandan yang cantik, kata Mama."
Athena berfikir sejenak, "Oke."
Setelahnya, pintu kamarnya terdengar tertutup, pertanda Theo sudah pergi. Athena menyelesaikan mandinya dengan setengah hati.
Gadis itu memakai baju yang telah di sediakan dan mengeringkan rambutnya. Setelah selesai, ia hanya memoleskan bedak tipis dan sedikit pelembab bibir. Untuk apa juga berdandan seperti ingin berpesta?
Athena dengan penasaran berjalan menuju ruang tamu dan, rasanya Athena ingin mengumpat dan mengabsen makhluk kebun binatang saja saat ini.
"Nah, itu dia. Sini sayang." Kenapa Feby menjadi bersikap lemah lembut seperti ini? Ah, benar juga. Saat ini, sedang ada tamu di rumah mereka. Namun, kenapa tamunya harus dia?
Athena dengan perasaan campur aduk duduk di sebelah Feby dan bersebrangan dengan seorang laki-laki yang sangat ia kenali. Dan apa-apaan ini? Ayah laki-laki itu juga ada di sini? Jika ini membahas tentang bisnis, dirinya seharusnya tidak dilibatkan juga bukan? Perasaannya menjadi tidak enak.
"Jadi, ini anak kamu. Cantik juga." Kata Ayah dari laki-laki di depannya.
Feby mengangguk ramah, "Iya. Tapi yang ini juga anak saya. Cantik juga kan?" kata Feby menggenggam tangan Nasya yang berada di sisi kirinya.
Bisa Athena lihat, Nasya sedang tersenyum manis, terlihat sedang menarik perhatian dari kedua orang laki-laki berbeda usia di depannya.
Ayah laki-laki itu menatap anaknya jahil, "Mau yang mana? Yang satunya juga cantik, lho."
Rasanya, Athena saat ini sedang di perdagangkan. Athena menggeleng pelan, Semoga saja hal itu tidak benar-benar terjadi!
Laki-laki itu menatap Athena dengan senyum tipisnya, "Ya, tapi sepertinya saya lebih tertarik dengan Athena."
Ayahnya tersenyum dengan pilihan anaknya, "Pilihan yang bagus, Bara."
===============♧=============