Chereads / Transmigrasi ll 2 Jiwa dalam 1 Raga / Chapter 9 - Chapter 09. Kerinduan

Chapter 9 - Chapter 09. Kerinduan

"Apa gue balik kayak dulu aja, ya?"

Ares yang mendengar gumaman gadis disebelahnya—yang tidak lain Athena itu sontak menoleh. Sekarang mereka sedang jamkos.

"Balik kayak dulu gimana? Balik suka Bara?" sahut Ares kembali fokus ke buku didepannya.

"Bukan gitu!"

"Ya terus gimana, Athena yang cantik."

"Ya gitu."

"Gitu gimana?"

"Ya gitu-gitu."

"Yang bener napa. Lelah aku tuh." Kata Ares dramatis.

Athena bergidik ngeri, "Gak cocok lo gitu."

"Jahat amat lo Na. Emang Lo mau jadi gimana?"

Athena mengangkat bahu acuh dan kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Liat aja nanti."

"Aneh lo."

Athena menghiraukan ucapan Ares dan mulai berselancar ke alam mimpi. Namun, baru beberapa menit mata itu tertutup, Citra si cabe-cabean memukul meja Athena. Sontak Athena terkejut dan menatap tajam sang pelaku.

Citra menatap Athena penuh permusuhan. "Kenapa? Kaget lo?"

Athena hanya berdecak kesal dan beranjak dari duduknya. Ia saat ini sedang malas berdebat. Dan lagi, moodnya masih kurang baik karena kehadiran kedua orangtuanya. Athena ingin keluar kelas dan jauh-jauh dari makhluk pembangkit emosi sejenis Citra.

Namun baru sampai didepan pintu, tangan Athena di tarik secara kasar dan wajahnya tiba-tiba basah. Air itu juga membasahi seragam Athena yang tidak terlalu tebal, hingga membuatnya sedikit tembus. Wajah Athena memerah, antara malu dan marah. Tiba-tiba, botol air mineral kosong melayang dan mengenai kepala Athena. Athena menunduk.

"Ups, Nggak sengaja. Jangan nangis." Ejek Citra, dan disambut tawa kedua temannya.

Tanpa mereka ketahui, Athena sedari tadi mencoba mengatur nafasnya yang memburu, tanda ia sedang emosi. Athena memilih untuk meninggalkan mereka agar emosinya tidak meledak saat itu juga.

Namun, Citra langsung menghalangi jalan Athena. Gadis itu menarik rambut Athena yang sedang diurai dengan bebas. Athena meringis pelan.

"Mau kemana? Takut ya lo?" kata Citra melepaskan rambut Athena dengan kasar.

"Minggir." Kata Athena pelan.

Mata gadis itu menatap lantai keramik dibawahnya tajam, seolah ia ingin menghancurkan lantai itu sekarang juga. Emosinya sudah memuncak dan siap meledak kapan saja.

"Hah? Nggak kedengaran!" ledek Citra mengeraskan suaranya.

"Minggir, sialan!"

Athena yang sudah tidak bisa membendung emosi itu menendang lemari kayu didekatnya yang dijadikan tempat menaruh sapu dan pel-pel an hingga hancur. Bahkan, beberapa sapu didalamnya terlihat patah. Athena menatap Citra yang syok didepannya tajam.

Ares yang sebelumnya ingin menghampiri Athena itu terdiam. Ini adalah ketiga kalinya Ares melihat sisi Athena yang menyeramkan.

"Minggir." Kata Athena dengan nada rendahnya.

Citra langsung menyingkir dan memberikan jalan untuk Athena. Emosi Athena sedikit mereda karena ia telah melampiaskannya kepada lemari kayu dikelasnya. Athena menjadi sedikit merasa bersalah karena sudah merusak salah satu properti di sekolah.

Athena bersandar di pagar pembatas rooftop, sembari menikmati angin yang mengelus lembut kulitnya. Athena (Alea) menjadi mengingat masa lalunya sewaktu ia masih SMP hingga SMA.

Dulu, Alea adalah salah satu siswi nakal di sekolahnya. Alea selalu membolos dan melanggar peraturan sekolah. Bahkan, ia menjadi langganan ruang BK.

Namun sewaktu Alea memasuki jenjang SMA, kedua orangtuanya bercerai. Hak asuh jatuh kepada bundanya. Hidup mereka sangat pas-pasan, tidak seperti sewaktu hidup bersama ayahnya.

Sejak saat itu, Alea merubah dirinya menjadi siswi yang rajin belajar, agar SPP bulanan yang dibayarkan bundanya tidak sia-sia. Alea bekerja keras untuk mempelajari pembelajaran yang tertinggal. Alea bahkan sampai rela meninggalkan dunia taekwondo yang sangat ia cintai hanya untuk belajar.

Dan kerja kerasnya itu tidak sia-sia. Alea mendapatkan beasiswa dan hidup mandiri di Jepang. Bundanya bangga? Tentu saja! Dan hal itu membuat Alea bahagia.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama dikala Alea mengetahui bundanya memiliki penyakit kanker stadium akhir. Selama ini, bundanya tidak mempedulikan penyakitnya demi membiayai sekolah Alea.

Tetapi, semuanya sudah terlambat. Bundanya tidak bisa terselamatkan dan pergi dengan tenang ke alam sana. Sejak saat itu, Alea menjadi gadis pendiam dan selalu sibuk dengan dunianya sendiri agar ia bisa menghilangkan penyesalan dan perasaan kesepian yang selalu menghantuinya.

"Alea kangen bunda."

°•°•°•

Athena saat ini sedang berada di sebuah pemakaman umum. Gadis itu sedari tadi menatap sendu nisan didepannya yang bertuliskan Tania Permatasari.

"Bun, Alea datang, ya meskipun Alea ga sama raga Alea yang asli." Kata Athena terkekeh sendiri.

"Bunda kangen Alea nggak? Alea kangen banget sama bunda. Gimana kabar bunda disana? Pasti bunda bahagia, kan?"

Pertanyaan lirih gadis cantik itu hanya di balas oleh hembusan angin. Tanpa bisa ditahan, mata Athena mengeluarkan air matanya.

"Alea mau jadi murid nakal lagi ya, bun? Tapi Alea janji, kalo urusan Alea di raga Athena sudah selesai, Alea bakal jadi anak baik lagi kok." Athena tersenyum.

Tanpa Athena sadari, langit di atasnya sedari tadi mendung dan siap menumpahkan kandungan airnya. Dan benar saja, hujan mulai turun sedikit demi sedikit.

"Alea pulang dulu ya, Bun. Kasian Ares nungguin. Nanti Alea datang dan curhat lagi sama Bunda. Dadah Bunda kesayangannya Alea."

Athena mengecup singkat batu nisan itu dan berlalu pergi dari sana dengan tudung jaket dikepalanya. Ya, setelah kejadian di sekolah tadi, Ares meminjamkan jaketnya kepada Athena.

Athena menghampiri Ares yang sedang duduk di warung yang sudah tutup, tidak jauh dari makam Tania—bundanya.

"Udah?" Athena mengangguk.

"Kita pul-- yah, malah tambah deras." Ares yang sudah berdiri itu kembali duduk. Hujan tiba-tiba semakin lebat. Athena ikut duduk di samping Ares.

"Lo nggak bawa jas hujan?"

"Kelupaan."

Athena mengangguk samar.

Keheningan menyelimuti dua insan berbeda gender itu. Athena semakin mengeratkan jaket kebesaran milik Ares pada tubuhnya.

"Lo nggak kedinginan Res?"

Ares menatap Athena dan tersenyum, "Nggak kok."

Athena mengangguk paham dan kembali menatap lurus ke depan. Tiba-tiba, seragam kebesaran menyelimuti tubuh Athena. Athena menatap Ares yang hanya menggunakan baju hitam polos itu dengan bingung.

"Suhunya dingin banget. Ntar lo sakit."

"Lo gimana? Yang ada, malahan lo yang sakit. Lagi pula, Lo udah minjamin gue jaket."

Ares menatap Athena dengan sombong, "Gue kan kuat."

"Serah lo deh!"

Ares tersenyum tipis melihat wajah kesal Athena.

Waktu terus berjalan. Sudah 30 menit mereka berada di sana sembari menunggu hujan reda. Namun, hujan itu tak kunjung reda. Athena menatap jam di handphonenya. Pukul 17.15.

"Res, udah sore banget." Kata Athena menunjukkan handphonenya ke hadapan Ares.

Ares nampak berfikir sejenak. "Terobos?"

==============♡=============