Setelah jualan parfum dari pertamanya laris manis, Eloise kebanjiran order parfum setelahnya.
Minat warga Knoxville akan parfum tinggi. Mengingat banyak efek dan pengaruhnya setelah memakai perbuatan Eloise.
Para suami yang biasanya bau keringat akibat bekerja dan terkadang bau amis juga, kini mendapatkan perlakuan yang berbeda dari istri mereka.
Para wanita itu kini terlihat lebih betah bersama suaminya menghabiskan malam yang indah di ranjang, setelah mencium aroma harum dari tubuh para lelaki.
"Oh, lelahnya diriku," gumam seorang pria di pagi hari.
Ia melirik istrinya yang masih tidur dalam keadaan polos di balik selimut.
Semalam istrinya minta jatah padanya lima kali, dan tentu saja itu sangat menguras energinya.
Badannya terasa seperti babak belur dan pinggangnya sampai encok, setelah naik lima kali.
Di rumah lain juga terjadi hal yang sama. Seorang pria bangun dengan wajah bugar di pagi hari.
"Tumben sekali Leticia mengajak bercinta semalam penuh, padahal biasanya ogah-ogahan," gumamnya, menatap wanita yang masih tergolek lemah di tempat tidur dan tak sanggup membuka matanya karena dilanda lelah.
"Aku yakin ini pasti karena efek dari parfum Eloise," cicitnya lagi.
Setelah mengenakan bajunya, pria itu menuju ke meja dan mengambil botol parfumnya.
Ternyata parfumnya habis.
"Aku akan pesan parfum lagi pada Eloise, jika begini."
Pria itu kalau kembali botol parfumnya yang kosong dengan tersenyum lebar.
Di rumahnya Eloise. Terlihat pagi hari dia menggelar dagangannya di depan rumah. Dan tak sampai satu jam parfumnya ludes terjual.
"Eloise buat parfum yang banyak, biar kami punya stok," ujar seorang pria, mewakili pria lainnya.
"Ya, Tuan. Aku akan menambah jumlah botol parfum yang kujual. Tapi aku butuh waktu," jawabnya, sembari tersenyum lebar.
Ia senang, warga Knoxville suka pada parfumnya. Tapi memang dia butuh waktu untuk memproduksi banyak botol parfum.
Setelah tutup, bukannya Eloise istirahat. Tapi dia sibuk membuat parfum lagi.
Kita tinggalkan sejenak Eloise yang sibuk membuat parfum pemikat yang laris manis dan beralih pada Erlan.
Erlan yang sekarang mengikuti studi di Kampus Capschool, kembali menjadi idola di kampus itu seperti sebelumnya.
"Erlan, tunggu!" panggil seorang gadis, sampai berlari mengejarnya.
Erlan yang saat itu tengah berjalan bersama lima gadis, dan mereka berlima cantik semua tak ada yang jelek, berhenti lalu berbalik.
"Ya, Daisy. Ada apa?"
"Ini. Ini kau meninggalkan kacamatamu di meja," ucapnya, lalu menyerahkan kacamata bening pada Erlan.
"Terima kasih."
Erlan menerimanya dan tersenyum kecil meskipun dalam hatinya dia berdecak kesal.
Daisy bukanlah teman sekelasnya tapi sampai tahu kecamatannya tertinggal di meja. Apa namanya jika bukan gadis itu kelewat nge-fans padanya.
Dalam hati sebenarnya terkadang ia jenuh diperlakukan dan juga dielu-elukkan yang bahkan mengalahkan seorang artis saja seperti itu, namun dia pintar menutupinya di depan para gadis itu.
"Erlan, ayo kita jalan lagi," ajak seorang gadis dari 5 gadis yang berjalan bersamanya tadi.
Mereka janjian akan makan bersama di kantin.
Sebenarnya bukan Erlan langsung mengajak 5 gadis bersamaan, namun satu per satu gadis itu mendatanginya dan mengajaknya makan bersama. Tetnyata persamaan dengan para gadis lainnya.
"Ya, Daisy terima kasih jika begitu aku masih ada urusan, maaf."
Erlan minta izin dulu pada temannya tadi baru pergi bersama 5 gadis yang berjalan dengannya menuju ke kantin.
Mereka tiba di kantin. Dan bak pangeran dalam cerita dongeng, para gadis itu melayani Erlan.
Mereka memesankan makanan bahkan juga membayarnya untuk Erlan.
"Erlan, kenapa kau tak menyentuh makanan yang kami pesankan untukmu sama sekali?" tanya seorang gadis.
Berbagai makanan yang mereka pesan masih utuh di meja.
"Aku sudah kenyang, benar. Aku minum saja," timpal Erlan.
Padahal sebenarnya ia tak bisa memakan makanan manusia seperti itu. Dia hanya butuh darah atau minum saja. Minuman jenis apapun di dunia manusia, bisa masuk ke perutnya.
"Ayolah, makan sedikit saja, jangan kecewakan kami," ucap gadis lain.
Bahkan ia sampai mengambil fried potato yang ada di piring dan menaruhnya di bibir Erlan, terpaksa pria itu menelannya juga.
"Sudah, sudah cukup. Aku sebenarnya alergi makan kentang," ucapnya tiba-tiba.
Tentu saja gadis tadi langsung menaruh kembali piring berisi fried potato tersebut.
"Kenapa Lord enak sekali nasibnya? Di puja di dunia manusia dan d junjung di dunia werewolf?" desau seseorang yang merupakan anggotanya Erlan dan mengamati dari kejauhan.
"Begitu banyak mangsa datang, kenapa Lord lama sekali tak segera menyantap mereka saja?" sahut werewolf lain yang ikut mengamati dari kejauhan.
Di kantin, baru saja masuk seorang gadis untuk memesan makan siang.
"Gadis itu, dia mirip sekali dengan Jenia. Apakah dia Jenia? Tapi aku yakin, dia sudah mati," batin Erlan, di tengah keraguannya.