Chereads / Wolfie Hunter / Chapter 35 - Eps. 35 Investigasi Kasus

Chapter 35 - Eps. 35 Investigasi Kasus

Erlan tidak tahu itu jika klakson mobil Deborah terus berbunyi setelah dia pergi jauh.

Ya, Erlan sudah pergi jauh secepat bayangan seperti sebelumnya saat datang kemari.

Diin-diin-diin! Bunyi klakson yang panjang dan terus-menerus membuat keluarga Deborah yang berada di dalam rumah sampai keluar untuk melihatnya.

"Apa yang dia lakukan? Kenapa bermain-main dengan klakson seperti ini? Berisik sekali!" gerutu seorang pria, ayahnya Deborah.

Ia pun lari cepat menuju ke mobil putrinya.

"Deborah kau kenapa? Apa kau mabuk lagi?"

Biasanya, putrinya itu memang beberapa kali mabuk. Apalagi jika sedang ada masalah di mana sering pulang dalam kondisi mabuk seperti ini.

"Ayah sudah peringatkan jangan mabuk-mabukan. Kau tahu bahaya mengemudi saat mabuk?!" hardiknya, kesal.

Tapi sepertinya dia merasa tak mengindahkan ucapannya dan tetap membunyikan klakson berulang kali.

"Deborah, kau ini keras kepala sekali!"

Pria itu merasa kesal sekali ucapannya tak didengarkan oleh putrinya. Dengan kasar ia menarik tubuh Deborah.

Akh! Namun saat ia menariknya, ia terkejut sekali.

Deborah bersimbah darah, tubuhnya pucat dan dingin juga tak bergerak sama sekali.

Parahnya lagi wanita itu kini sudah tak bernafas lagi.

"Deborah!" teriaknya, lantang.

membuat seisi rumah ikut berhamburan keluar mendengar lengkingan pria tadi yang sangat menyakitkan dan terdengar mengerikan.

***

Kabar meninggalnya Deborah menghebohkan seisi kampus keesokan harinya.

"Kau sudah dengan berita tentang Deborah belum?" tanya seorang mahasiswi pada temannya.

"Deborah kenapa? Apa dia sakit?"

"Kau benar-benar tidak tahu kabar tentangnya?"

"Tidak, bilang saja langsung ada apa?" sungutnya, penasaran dan makin dibikin penasaran saja.

"Deborah. Dia meninggal semalam karena dibunuh. Entah, siapa pembunuhnya. Ada yang bilang itu bekas gigitan binatang buas, ada yang bilang juga itu memang murni pembunuhan."

"Ha?! Apa itu benar?!"

Mahasiswi itu terperanjat tak percaya.

Kemarin dirinya masih bicara dengan Deborah.

Mahasiswa lain pun juga membicarakan hal yang sama mengenai kematian Deborah yang mendadak.

"Tapi dengar-dengar semalam itu Deborah keluar bersama Erlan," tukas mahasiswa lainnya.

"Lalu apa hubungan kematian Deborah dengan Erlan?"

"Tidak! Jangan bilang maksudmu Erlan yang...." ucap seorang gadis, tak berani menyebutkan pikiran temannya itu.

"Tidak. Erlan tak akan melakukan itu. Jika benar itu dia, tak mungkin dia berani masuk ke kampus," bantah mahasiswi lain yang merupakan fans Erlan.

Ehem! Erlan berdehem kecil, saat masuk ke kelas dan mendengar dirinya sedang dibicarakan.

"Erlan, kapan kau datang?!" pekik para gadis langsung.

Mereka terkejut saat berbalik dan menatap pria yang dibicarakannya tiba-tiba muncul mendadak tanpa sepengetahuan mereka.

"Erlan, kami tak bermaksud membicarakanmu di belakang kami."

"Bicara? Apa yang kalian bicarakan tentang aku? Aku baru saja datang dan sama sekali tak mendengar percakapan kalian," tandas Erlan, malah melempar senyum manis.

Walaupun apa yang diucapkannya benarlah berbeda dengan apa yang dirasakannya. Ia pura-pura tak mendengar percakapan mereka dengan jelas dan tetap mengulas senyum manis.

"Oh, syukurlah. Kami membahas nilaimu yang bagus di kelas," ucap seorang gadis, bernafas lega, Erlan percaya saja dengan ucapannya.

Di kelas, Erlan termasuk dalam jajaran mahasiswa berotak cemerlang. Entah memang dia cerdas ataukah para mahasiswanya yang bodoh?

Tak ada yang tahu!

Semua percakapan itu pun terpaksa berhenti dikarenakan dosen masuk kelas.

"Dasar para gadis bermuka dua," geram Erlan dalam hati.

Ia lalu segera mencari tempat duduk lalu duduk, sebelum kelas dimulai.

***

Di luar sana polisi sedang melakukan penyelidikan atas kematian Deborah atas permintaan keluarganya.

Deborah berasal dari keluarga kaya, mereka tak segan merogoh kocek untuk masalah mencari informasi putrimereka, asal masalah itu bisa terkuak dengan jelas apa penyebabnya.

Siang hari, petugas polisi datang ke kampus setelah menyisir semua area lokasi tempat kejadian Deborah meninggal.

Mereka bahkan memeriksa satu per satu mahasiswa di sana yang sekelas dengan Deborah juga yang melakukan kontak terakhir dengan wanita itu.

Bahkan Erlan pun tak luput dari penyelidikan saat ini.

"Saudara Erlan, kau diduga berpeluang besar melakukan tindak kejahatan pada Nona Deborah, karena semalam yang terakhir keluar dengannya adalah kamu," ucap petugas polisi tegas.

"Memang benar saat itu aku yang terakhir kali keluar bersama Deborah. Tapi di tengah jalan tiba-tiba wanita itu pulang begitu saja, bahkan dia meninggalkanku tanpa sepatah kata pun," ucapnya bersaksi.

"Lalu apa kau tahu apa yang dilakukan Nona Deborah setelah itu?"

Erlan menggeleng.

"Maaf, aku tidak tahu apa yang dilakukannya setelah itu karena kami sudah berpisah di tengah jalan," tukas Erlan, bicara dengan nada yang berirama dan konsisten meskipun dia sedang berbohong.

Benar-benar bukan penipu amatir.

"Aku ingin melihat barang bawaanmu, keluarkan sekarang!" titah petugas polisi.

Hiss! Erlan mendesis dalam hati, "Kenapa dia berisik sekali?!"

Erlan sungguh merasa risih dan tak nyaman sama sekali mendapatkan berbagai macam pertanyaan seperti itu yang menyudutkan dirinya.

"Aku ingin semuanya berakhir sekarang," batinnya merasa sudah lelah mendapatkan banyak pertanyaan.

Erlan menatap petugas polisi tadi tepat ke matanya, matanya berubah merah dalam sepersekian detik. Dan merubah perilaku juga kesadaran orang yang ditatapnya barusan.