Para warga kemudian berdatangan melihat binatang buas yang sudah menyakiti mereka kini menjadi abu.
"Apa Anda tak apa?" tanya Eloise menghampiri salah satu warga yang bahunya terluka terkena gigitan serigala.
Bahu pria itu berdarah dengan bekas gigitan dalam terlihat mengoyak kulit luar.
"Aku merasa perih dan panas." jawabnya, sembari memegang bahunya yang sakit tersebut.
Eloise berniat akan mengobati luka tersebut, namun para wanita kemudian datang menghampiri mereka.
"Terima kasih kau sudah membantu dan menyelamatkan suamiku. Tapi biar aku yang mengobatinya." ucap salah satu wanita dengan cemas.
Eloise pun mengangguk dan membiarkan wanita tadi mengobati luka pria yang terluka.
Ia pun kembali menggerakkan matanya dengan liar untuk melihat dengan cepat dan mengetahui bagaimana kondisi semua warga yang ada di sana.
Sepuluh warga mengalami luka ringan dan dua warga lainnya mengalami luka sedang.
"Aku senang, kalian berdua tidak kenapa-napa," ujar Eloise pada Nyonya Miel dan suaminya yang menghampirinya.
"Kami juga senang sekali kamu selamat dari serangan serigala tadi." balas Nyonya Miel, tersenyum lega.
"Kau tahu Eloise, kami terkejut sekali kamu bisa melawan semua serigala tadi seorang diri." puji Tuan Rob.
"Aku hanya ingin melindungi kalian semua saja mungkin karena itu kekuatanku muncul sendiri," kilahnya.
Semua warga kemudian berkumpul. Mereka mengobati luka dari mereka yang terluka sebelum meneruskan perjalanan kembali ke kota untuk menjual hasil bumi mereka.
Di lain tempat, satu serigala yang kabur tadi akhirnya sampai di rumah Erlan.
"Lord!" panggilnya, lalu berubah ke wujud manusia.
Tubuhnya luka di hampir semua bagian, tapi untungnya dia bisa kabur. Jika saja tadi tidak kabur mungkin dia akan mati seperti para temannya.
"Bruno, apa yang terjadi padamu?" pekik Erlan terkejut, begitu menemui bawahannya itu yang duduk bersandar di dinding dengan lemah.
"Lord, ada yang memburu kelompok kita di hutan sana. semua rekan tewas dan hanya aku raja yang berhasil menyelamatkan diri untuk menyampaikan pesan padamu."
"Pesan? Katakan apa yang ingin kau sampaikan padaku."
"Lord, ada seorang gadis di hutan sana. Dia juga yang menghabisi semua kelompok kita. Bahkan dia mencarimu." tuturnya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
"Apa? Seorang gadis berhasil mengalahkan semua kawanan kita?"
Erlan sampai tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh bawahannya itu.
Bruno mengangguk, dan jawaban itu sudah cukup untuk meyakinkan dirinya.
"Lalu kau yakin dia mencariku?" ucap Erlan penasaran.
Baginya tak ada satu wanita pun yang mengetahui identitas dirinya. Semua wanita yang ia kencani akhirnya mati di tangannya sebelum mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya seorang werewolf.
"Yakin, Lord. Dia jelas sekali menyebut nama Anda." balas Bruno, mantap.
"Siapa dia?"
"Maaf, aku tidak tahu Lord. Dia datang bersama rombongan, sepertinya orang pinggiran sini, " jelasnya lagi.
"Orang pinggiran?"
Erlan tak habis pikir bagaimana bisa dia mengenal seorang wanita dari pinggiran daerah, sedangkan sampai saat ini dia berada di kota dan selalu menjalin hubungan dengan wanita kota.
Dia tak pernah bergaul apalagi mengenal seorang wanita yang berasal dari pinggiran sana. Seleranya pada wanita termasuk tinggi.
Dia tak mau dengan wanita lusuh atau kotor. Dia suka pada wanita bersih dan harum.
Ada kepuasan sendiri saat menghisap darah wanita yang bersih dan harum baginya.
Bruno lagi-lagi hanya mengangguk, merespon Lord-nya.
Erlan menghela nafas berat. Baginya hal itu masihlah menjadi teka-teki bagi dirinya. Namun yang terpenting sekarang dia harus mengobati kelompoknya yang terluka itu, baru nanti mencari informasi mengenai gadis pinggiran kota itu.
"Ayo masuk ke dalam, aku akan mengobatimu."
Erlan membantu Bruno untuk berdiri dan membawanya masuk ke sebuah ruangan. Di ruangan itu ada banyak anggota lainnya.
"Bruno, apa yang terjadi padamu?" pekik seseorang di sana terkejut melihat kondisi temannya itu.
Werewolf yang lain pun segera membantu untuk memulihkan kondisinya.
Kembali ke hutan di mana Eloise dan yang lainnya masih berada di sana.
Setelah 70 menit lebih maka istirahat dan mengobati luka warga, kini mereka semua sudah siap untuk berangkat kembali ke kota.
"Sekarang kita lanjutkan perjalanan kita ke kota." ucap seorang pria, bukan pimpinan mereka tapi perwakilan mengarahkan.
"Ya, baik. Kami sudah tak sabar ingin segera ke kota setelah perjalanan kita tertunda beberapa saat."
Para warga kembali berjalan dengan membawa hasil panen menuju ke kota yang tinggal berjarak 2 kilo saja.
Selama berjalan, Eloise tampak waspada. Ia berjaga kalau-kalau ada serigala yang datang lagi menyerang mereka.
"Akhirnya kita sampai." ucap seorang warga.
Bahkan warga lainnya pun tampak lega. Mereka sebelumnya rutin menyiapkan tempat khusus di sana.
Hampir mirip dengan sebuah lapak di pasar tradisional.
Ada meja juga bangku-bangku yang ditumpuk di sana. Jadi tinggal mana tanya saja jika digunakan.
Di saat yang lain sibuk, Eloise terdiam termenung memikirkan sesuatu.
"Ke mana rute menuju ke
Kampus Cambridge?" gumamnya, masih teringat pada tempat kuliahnya dulu.