Eloise sebenarnya ingin minta izin pada Tuan Rob juga pada Nyonya Miel, namun saat ini sepertinya mereka berdua tak bisa diganggu gugat.
Pasangan suami istri itu nampak sibuk melayani pembeli yang berdatangan, dan tak mungkin baginya untuk menyela.
Maka ia pergi begitu saja dari sana.
Mungkin pergi satu jam tak apa, dan lapak ini belum tutup. batin Eloise, berlalu pergi lalu melihat beberapa ember milik Tuan Rob yang masih terisi penuh oleh ikan.
Ia kembali masuk ke hutan seorang diri.
Itukan Eloise, mau pergi ke mana dia? batin seorang pria, melihat kepergian Eloise.
"Brad, perhatikan pandaganmu. Apa yang kamu lihat? Cepat layani pembeli." ucap seorang wanita sembari menepuk bahunya keras.
"Ya, maaf aku hanya melihat-lihat saja sebentar," tukasnya.
Pria itu pun lalu segera fokus pada pengunjung yang ramai daripada memperhatikan Eloise.
Sementara itu di saat warga yang lain sedang sibuk berjualan dengan barang dagangan mereka, Eloise tengah asyik berjalan terus masuk ke hutan.
Dia memang tidak mengetahui hutan itu dan ingin mengetahui hutan itu secara mendadak sampai ke ujung bagian sekalipun.
Entah kenapa rasanya dia perlu menghafal tempat itu.
Setelah sepuluh menit lamanya berjalan Ia pun kemudian berhenti dan bersandar di sebuah pohon besar.
Di sekitarnya memang banyak pohon tinggi dan besar lainnya. Sejauh mata memandang, hanya ada deretan pohon hijau yang tertata dengan rapi seperti tentara yang sedang berbaris jika dilihat dari atas udara.
"Udara di sini benar-benar segar. Berbeda dengan udara di Knoxville," gumam Eloise berulang kali menarik nafas panjang di sana. Merasa oksigen di sana jumlahnya lebih melimpah.
Meskipun di Knoxville udaranya juga segar namun terkadang tercium aroma ikan, karena mayoritas warga sana mata pencahariannya mencari ikan. Dan tentu saja bau ikan membuat udara tak sedap.
Eloise lalu menyandarkan kepalanya ke pohon dengan beralaskan kedua tangannya yang ditekuk ke belakang.
"Ke mana Erlan pergi?" Pikirannya ternyata tetap tertuju pada Erlan.
Kali ini sorot matanya terlihat redup, tidak tajam seperti biasanya. Bahkan tak ada gemuruh emosi yang biasanya membakar tatkala memikirkan pria itu.
Menurutnya mencari Erlan tak mudah. Mungkin saja pria itu bisa saja merubah identitasnya sebagai pria lain yang tak dikenalnya dengan nama baru dan juga background baru yang benar-benar berbeda daripada sebelumnya.
Selain itu Erlan pasti juga sudah berpindah ke tempat lain untuk berburu. Dan itu sangat sulit baginya menemukan tempat baru yang dihuni Erlan.
"Ya, kenapa aku tak terpikirkan? Dia kan satu kelompok dengan serigala tadi. Jika ingin mencarinya, maka aku harus menemukan zerigala itu, dan aku yakin suatu saat akan bertemu dengannya lagi," celotehnya, setelah teringat.
Beberapa saat setelahnya terdengar suara seseorang tertawa di kejauhan.
Apa ada yang kemari selain aku? Atau ada perkampungan warga di sekitar sini, batinnya mendengar suara tawa yang semakin jelas.
Tepatnya sebuah tawa anak kecil yang sedang bermain dengan temannya.
Duk! beberapa saat setelahnya ada sebuah bola yang menggelinding dan berhenti tepat di depan Eloise duduk.
Ia mengambilnya dan bermaksud untuk mengembalikannya. Namun, tak lama setelahnya tiga anak kecil berlari ke arahnya.
"Kak, maaf. Kami mau mengambil bola kami. Maaf jika mengganggumu," ucap seorang anak lelaki tampak takut, takut gadis bermata tajam di depannya itu marah.
Namun ternyata dugaannya salah.
"Ini, bola kalian. Hati-hati kalau main di hutan, jangan sampai tersesat atau masuk terlalu jauh karena ada binatang liar seperti serigala atau binatang buas lainnya," tutur Eloise.
Mendengar Eloise menyebut nama serigala, tiga anak lelaki tadi langsung gemetar tanpa sebab.
"Ya, Kak. Terima kasih." Anak lelaki itu segera menerima bola yang disodorkan oleh Eloise.
"Ayo, cepat kita kembali. benar yang diucapkan oleh Kakak ini. Aku khawatir akan bertemu dengan serigala yang beberapa waktu yang lalu mendatangi rumah kita," timpal anak lelaki yang lain.
Eloise bisa mendengar apa yang dikatakan oleh anak tadi barusan dengan jelas.
"Tunggu, kalian!" panggilnya, saat tiga anak kecil tadi berjalan pergi.
Sontak saja mereka berhenti ketika dipanggil.
"Ada apa, Kak?" tanya salah satu anak, mewakili yang lainnya.
"Barusan satu dari kalian bilang jika ada serigala yang datang ke rumah kalian. Apa itu benar?"
Tiga anak kecil tadi menggangguk bersamaan.
Bahkan salah satu dari mereka pun bercerita jika tiga hari yang lalu ada kawanan serigala yang datang ke rumah warga.
Serigala itu kuat dan beberapa warga ada yang meninggal karenanya. Tapi untungnya mereka bertiga dan keluarganya selamat, meski tak tahu kira-kira segala itu akan datang kembali untuk menyerang atau tidak.
"Adik-adik, maukah kalian mengantarku ke tempat kalian? Aku hanya ingin tahu saja keadaan warga di sana. Tadi dalam perjalanan di sini aku juga mendapatkan serangan dari serigala tapi aku bisa mengalahkannya."
"Kakak berhasil mengalahkan serigala? Jika begitu, Kakak tinggal lah sebentar di tempat kami untuk mengalahkan serigala itu jika mereka datang," tukas anak kecil lain, menjadi antusias, setelah mendengarkan cerita dari Eloise.