Para warga sibuk menata lapak untuk menjual hasil bumi mereka. Termasuk Nyonya Miel dan Tuan Rob. Mereka juga menata lapak mereka untuk berjualan ikan.
"Rob, di mana Eloise?" tanya Nyonya Miel, tiba-tiba saja kehilangan sosok gadis itu.
Sebelumnya, Eloise ada bersama mereka. Ia bahkan ikut membantu mereka dengan menata beberapa meja dan bangku di sana. Tetapi baru saja dia tak kelihatan batang hidungnya.
"Dia bilang tadi mau pergi mencari toilet. Aku sudah tunjukkan arah ke toilet, mungkin butuh waktu baginya untuk menemukannya," papar Tuan Rob.
Nyonya Miel, lalu mengangguk tak khawatir lagi.
Sepuluh menit setelahnya terlihat banyak dari mereka sudah menyelesaikan penataan lapak mereka. Bahkan beberapa pembeli sudah ada yang datang.
"Berapa ikannya satu kilo?"
Seorang pengunjung datang, menanyakan harganya pada Tuan Rob.
"Ikan kami segar dan murah, Nyonya. Silahkan dipilih dulu," balas Tuan Rob setelah menyebutkan nominal harganya.
Dia dan istrinya pun lupa dengan Eloise yang belum kembali karena sibuk mengurusi pembeli.
Maklum saja, sekarang tempat itu ramai dan jumlah pembeli dari waktu ke waktu semakin meningkat.
"Semoga saja benar ini jalannya. Dan aku tidak tersesat," gumam Eloise yang sudah berjalan jauh dari para warga membuka lapak.
Tadi dia sempat bertanya ke mana arah menuju ke pusat kota setelah menanyakan arah keberadaan toilet pada Tuan Rob.
"Aku ingin melihat Kampus Cambridge dan tentunya si brengsek Erlan itu," cicitnya lagi.
Eloise memanfaatkan kesempatan yang ada, mungkin esok hari dia tak akan ke tempat ini, jadi sekalian saja saat ia berada di kota ini ia pergunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk mencari Erlan.
"Permisi, Tuan. Aku ingin bertanya di mana Kampus Cambridge berada?" tanyanya pada seorang pria yang kebetulan ia temui di tengah jalan.
"Nona, kau cukup ikuti jalan ini. Lurus hingga ke ujung sampai menemukan pertigaan lalu belok ke kanan, terus sampai ke jalan besar. Nah, kampus itu ada di jalan raya," jelasnya panjang lebar sedetail mungkin.
"Terima kasih, Tuan." balas Eloise.
Ia kemudian terus berjalan mengikuti arah sesuai yang ditunjukkan oleh pria tadi. Dia pun belok ke kanan setelah menemui pertigaan.
"Lumayan jauh juga rupanya," cicitnya setelah melewati jalan yang panjang dan kini berada di jalan raya.
Eloise terus berjalan. Dia masih hafal jalan menuju ke kampusnya.
"Aku sudah sampai."
Ia berdiri di seberang jalan tepat di depan kampus besar, tempat ia dulu mengenyam pendidikan namun juga belum selesai.
Ia tak langsung pergi ke sana. Tapi memperhatikan lalu lalang para mahasiswa yang keluar masuk melewati gerbang kampus.
"Kurasa semuanya masih seperti yang dulu."
Eloise melihat banyak para mahasiswa di sana beraktivitas normal seperti biasanya, tak ada yang aneh.
Senyum mereka tetaplah sama seperti dulu. Senyum senang, ada beberapa senyum licik juga.
Mungkin salah satu dari mereka adalah werewolf yang sedang mencari mangsa.
Siapa yang tahu?
Karena pikirannya dipenuhi oleh rasa penasaran dan juga rasa benci yang memuncak pada Erlan, maka ia pun tak membuang-buang waktu dan segera menyeberang.
Ia masuk ke kampus tersebut. Banyak pasang mata yang menatap ke arahnya.
"Coba lihat, siapa gadis itu?" bisik seorang mahasiswi di ujung pintu masuk sambil menunjuk ke arah Eloise.
"Apa dia mahasiswi baru?"
"Ihh, Sepertinya dia dari kampung atau pinggiran kota. Lihat saja cara berpakaiannya." tutur mahasiswa lain, menanggapi.
Tiba-tiba saja 5 orang gadis yang sedang bicara itu diam seketika saat, Eloise berhenti di depan mereka.
Saat itu Eloise memang mengenakan pakaian yang tidak up to fashion anak muda, pakaian yang dia kenakan adalah pakaian lama yang ada di lemari pakaian Eloise.
"Permisi, boleh aku bertanya pada kalian?" ucapnya dengan halus dan lembut.
Namun meskipun begitu para gadis tadi terlihat jijik melihat Eloise. Apalagi tercium bau amis dari tubuhnya. Salah satu gadis yang tidak tahan mencium aroma tersebut sampai menutup hidungnya dengan tisu.
"Kenapa dengan gadis ini, kenapa mereka menatapku seperti aku ini seorang sampah saja," batinnya bisa melihat dengan jelas reaksi mereka.
"Ya, cepat katakan saja apa yang mau kau tanyakan." ujar seorang gadis, ingin cepat pergi dari sana.
"Aku ingin tahu apakah mahasiswa yang bernama Erlan masih ada di sini?"
Pertanyaan itu membuat lima gadis tadi seketika bungkam.
Tentu saja, bagaimana bisa gadis kumal dan bau seperti Eloise mengenal sosok Erlan yang menjadi pujaan setiap wanita? Terlebih lagi, jika dilihat usianya tidak sepantaran dengan mereka.
"Oh Erlan, aku tidak menyangka kau terkenal juga. Sampai-sampai gadis dewasa seperti dia juga naksir padamu," batin salah satu gadis berdecak kagum.
"Erlan, dia sudah pindah dari sini lama," tukas seorang gadis lainnya.
"Apa?!" Seketika Eloise terkejut mendengar jawaban mereka.