Serigala tadi menatap Eloise dengan murka. Berani-beraninya gadis itu mengganggunya saat dia sedang asik berburu.
"Kau terlihat paling muda di antara rombongan yang lain dan tentu saja darahmu lebih segar daripada mereka. Kau salah mengantarkan dirimu sendiri padaku," batin binatang berbulu perak tersebut.
"Kau kira aku benar-benar takut padamu? Dengan tubuhku yang sekarang aku yakin bisa menumbangkanmu. Mungkin jika aku masihlah Jenia, sekarang ini aku takkan berani menghadapimu." batinnya, lalu kembali mendekati serigala tadi.
Ia sampai, tepat ketika serigala tadi juga sudah berdiri pada keempat kakinya. Mata mereka saling beradu, perang mata.
Tinggal siapa yang nanti akan memenangkan pertarungan ini.
Sementara Nyonya Miel dan para wanita lainnya yang ada di sana melihat ngeri saat itu. Bagaimna tidak ngeri jika mereka melihat serigala itu berlari cepat kemudian membuat Eloise sampai jatuh terjungkal ke tanah.
"Eloise....!" panggil Nyonya Miel, takut sekali sesuatu terjadi pada gadis yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Ingin rasanya dia berlari saja menyusul Eloise, namun untuk bergerak saja susah. Jadi, dia hanya dia mematung melihatnya saja sembari berharap dalam hati semoga saja ada keajaiban.
Keajaiban untuk Eloise agar selamat dari serangan serigala saat ini.
"Jangan sombong dulu bisa menjatuhkanku sekarang. Bukan berarti aku kalah darimu." gumam Eloise dengan mata berkilat-kilat, lalu bangkit lagi.
Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi, karena ia melihat para kaum adam masih menghadapi banyaknya serigala lain.
Ia pun ingin segera menuntaskan pertarungannya agar bisa membantu mereka.
Kali ini Eloise diam, dia terlihat malah menunggu serigala datang menyerang. Bukan untuk membiarkan dirinya diserang terlebih dulu ataupun mengorbankan dirinya. Namun dia mengeluarkan pisau lipat yang ia sembunyikan di balik bajunya, di paha.
Dan butuh waktu untuk mengeluarkannya.
Shat! Tepat di saat serigala itu datang tepat di hadapannya, Eloise segera menghunus pisau lipatnya.
Ia menancapkan pisau itu ke bagian perut dan dengan cepat melakukan gerakan menyobek sampai ke bagian bawah perut.
Crat! Darah seketika muncrat keluar dari tubuh serigala tadi, tak hanya membasahi tanah tapi juga membasahi tangan dan baju Eloise.
Ia pun menghampiri binatang berbulu perak itu yang saat ini yang tergeletak di tanah dan menatapnya dengan mata nanar, tak percaya jika ada seorang wanita, terlebih seorang gadis lemah yang bisa membunuhnya.
Eloise berjongkok dan mengusap bulu perak binatang tersebut.
"Apa kau kenal dengan Erlan?" Eloise masih mengusap lembut kepala serigala tadi yang kini menatapnya dengan mata yang membelalak lebar.
"Wanita ini, kenapa dia bisa menyebut nama Lord Erlan? Apa dia salah satu korbannya? Tak mungkin ada seorang yang bisa lolos dari serangan lord." batin serigala tadi tergugu, menatap sosok wanita di depannya sembari merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
"Kurasa kau tidak mengenalnya, dan kau hanyalah serigala biasa bukan seperti dirinya." Eloise memegang kepala binatang berbulu tersebut.
"Tapi meskipun kau serigala biasa bukan berarti aku akan bersikap lunak padamu," ucapnya lagi dengan tawa menyeringai.
Mengingat kembali kejadian terakhir saat Erlan menghabisi dirinya, membuat adrenalinnya memanas. Dan membuatnya ingin sekali membalaskan dendamnya dengan menghabisi nyawa pria itu saat ini juga.
Slash! Eloise yang merasa marah, melampiaskan semua kemarahannya pada serigala di depannya itu.
Ia mengerahkan lagi pisau lipatnya pada bagian leher binatang berbulu tadi dan mengirisnya dengan cepat, membuat kepala itu terpotong dengan bagian tubuhnya.
Dikisahkan jika seorang werewolf, manusia serigala akan benar-benar mati jika bagian kepalanya terpenggal terpisah dari badannya.
Apabila mereka terluka parah akan tetap hidup selama bagian kepala mereka tidak terpisah dari tubuh.
Akh! Jerit para wanita yang ada di sana dan melihat semua kejadian itu. Sampai nyeri menyusup ke hati saat melihat pembunuhan binatang yang sadis seperti itu.
Meskipun dalam hati juga merasa lega karena selamat dari serangan binatang buas.
"Lord, maaf aku tak bisa menemanimu lebih lama lagi. Kuharap yang lain bisa menemanimu sampai misi ini selesai." batin Serigala tadi kemudian menutup matanya, di ujung sisa nafasnya tanpa bisa berbuat apapun.
"Eloise!" Nyonya Miel berlari menghampirinya.
Eloise pun kembali berdiri dan tersenyum kecil padanya.
Tak hanya Nyonya Miel saja yang datang, para wanita lain ikut menyusulnya. Mereka mengerubungi gadis yang saat ini bersimbah darah.
"Eloise, kau tak apa?" tanya wanita lain.
Warga di sana tentunya juga mengenal sosok gadis itu walaupun tidak begitu dekat.
"Ya, aku baik-baik saja. Seperti yang kalian lihat, ini bukan darahku tapi darahnya." jawabnya, sembari menunjuk ke arah serigala tadi yang kini sudah tak bergerak.
Bahkan tubuh binatang itu tiba-tiba terbakar menjadi abu.
"Kau hebat Eloise." puji mereka semua.
Tapi itu tak menjadikannya berbangga hati seketika.
"Akh! Tolong!" Terdengar suara teriakan dari para pria di sana.
"Permisi, aku harus pergi membantu mereka dulu," ucapnya.
Eloise merasa terpanggil hatinya untuk membantu mereka.